Ceritaku Untuk Ibu

     2 hari lagi menjelang hari pernikahanku di Jakarta. 2 malam terakhir aku memang menangis, mataku hingga bengkak dibuatnya. Namun ada yang berbeda dari malam kemarin. Karena terlalu lelah dengan kucuran air mata yang memaksa terus jatuh, maka aku tertidur dengan linangan air mata. Dalam mimpiku, aku dibawa kepada kenangan 15 tahun lalu, dimana Radinna kecil masih menggunakan seragam merah-putihnya.
     "Pokoknya Ugek mau buku tulis baru, Buk! Ugek gak semangat nyatet pelajaran di kelas kalo buku tulisnya udah 'elek kayak begini!" kata Radinna kecil dengan ketusnya. Bibirnya mengerucut, tanda sebentar lagi tangisnya akan meledak.
     "Ya sabar, Gek. Ibuk gak ada uang. Tahun ajaran baru gak selalu berarti semuanya harus baru. Justru disana hebatnya anak Ibuk kalo bisa terus berprestasi meski tanpa buku baru. Bukumu yang lama kan masih bagus, halaman belakangnya masih banyak yang kosong," dengan sabar Ibuk berusaha menenangkan Radinna kecil. Aku yang melihatnya emosi sekali! Tega-teganya anak itu berteriak dengan Ibuknya hanya karena menginginkan buku tulis baru!
    "Ibuk emang pelit! PELIT!" pekik Radinna kecil. Ia membuka gordyn terlalu kencang hingga copot dari tiangnya. Ia tak peduli. Ia tampak kesal karena keinginannya tidak terpenuhi. Keinginan yang menurutnya mulia, ingin buku baru agar semangat belajar. Tapi sungguh membuat sesak dada Ibuk yang merasa tak mampu membahagiakan anak-anaknya. Dalam mimpi aku melihat Ibuk menangis. Pilu sekali. Tanpa sadar, aku ikut menitikkan air mata. Alangkah durhaka aku saat itu, Buk. Tega-teganya membuat Ibuk menangis seperti itu.
      Aku terbangun dan menyadari bahwa aku tertidur dalam posisi duduk. Aku membenarkan posisi tidurku dan merenung. "Sebegitu besar kasih sayang orangtuaku, dan aku selalu membuat mereka menangis kecewa. Kini saatnya kubuat mereka bahagia. Akan kubuat masa tua mereka bahagia. Mungkin tidak bergelimang harta, tapi cukup untuk tidak meneteskan air mata."
     Itulah ikrarku.
     Satu bulan berlalu. Aku telah dinikahi pria idamanku. Dan masalah itu datang. Emosi, bosan, muak dan kekecewaan membuatku ingin melayangkan surat pengunduran diri. Aku berusaha mencari pekerjaan lain, sembari menunggu tahun ajaran baru. Lowongan pegawai XXI, BlitzMegaplex, Gramedia hingga penyiar radio habis kutelusuri. Tak peduli dengan gaji yang akan kuterima nantinya, yang penting aku minggat dari perusahaan ini. Emosiku tak tertahan lagi, hingga suatu ketika suara Ibuk ditelfon meredamnya.
     "Tolong dipikir lagi keputusanmu, Gek. Maaf kalo Ibuk bergantung padamu. Anak perempuan, sudah pula dinikahi orang. Tapi memang kamu yang Ibuk andalkan. Kamu yang Ibuk banggakan. Maaf kalo Ibuk menaruh beban ini di pundakmu, Gek."
     Aku menangis dan tak mampu berkata-kata. Sudah lama aku tidak mendengar Ibuk menangis. Dan kini beliau menangis karenaku. Sungguh besar dosaku kepada Ibuk. Sungguh telah kukotori surgaku dengan kesedihannya. Maka cepat-cepat kusimpan surat pengunduran diriku dan kukunci di laci ingatanku yang terdalam, agar tak sampai hati lagi aku untuk melakukannya.
     "Ibuk, semua ini kulakukan bukan semata-mata untuk membalas jasa karena pernah menumpang inap 9 bulan di rahimmu. Aku melakukannya untuk tujuan sederhana : membuatmu bahagia."

Komentar

Ariessa mengatakan…
aaahh kak😂 , sedih bgt :'( ternyata kita sm2 jd anak perempuan yg jd tulangpunggung keluarga :') Bava cerita ini bikin aku lbh semangat lgg :')
Anonim mengatakan…
semangat mbak pramugari......
Andrew mengatakan…
Mba radin i want to ask u somethin' ,, what's trouble u and that company? So that make u want to go out from that company. I looking forward ur reply :) Thanks
Unknown mengatakan…
Mbak Dinna,
saya mau tanya, kalau jadi pramugari itu boleh nikah ya?
karena ada yang bilang katanya harus berhenti?
betul apa gk Mbak?
Vera81 mengatakan…
"Ibuk, semua ini kulakukan bukan semata-mata untuk membalas jasa karena pernah menumpang inap 9 bulan di rahimmu. Aku melakukannya untuk tujuan sederhana : membuatmu bahagia."

Airmataku mengalir membaca posting kali ini.
Fighting...Dinna! Never give up!
Unknown mengatakan…
Aaaaa.... :'( ikut kebawa sedih jg akunya mba. nasibku sama kyk mba.. tapi akunya udh g ada ibu.. :'( hiks hiks hikss.... jadi semangat buat dapetin cita" jd mugari kyk mba dina.. :')
Unknown mengatakan…
Duh, bacanya ikut sedih banget,,,,,jadi keinget sama ibu sendiri, masih sering bikin sedih dan nyusahin :'(

Postingan Populer