'Saya Tau' yang Nyatanya Gak Tau Apa-Apa

     Setelah gue join di maskapai yang baru, gue emang jarang banget kena semprot penumpang. Bisa dibilang hampir gak pernah. Tapi akhirnya di penerbangan Jakarta - Pekanbaru gue akhirnya kena damprat lagi gara-gara makanan yang gue kasih gak anget.
     "Mbak, kamu gimana sih masaknya? Kok makanan dingin begini kamu kasih penumpangmu, hah?" kaget banget gue tiba-tiba kena amukan kaya begitu.
     "Oh maaf Bapak, ini bukan saya yang masak, tapi pihak katering kami." jelas gue. Iyalah, menurut ngana (kamu-dalam bahasa Manado) aja gue bawa kompor, penci dan temen-temennya ke pesawat. Mana muat di koper gue?
     "Iya saya tau, yang masak bukan kamu. Tapi kan kamu bisa angetin makanannya?" gue jedotin kepala ke trolley. Tadi nuduh gue yang masak, sekarang ngakunya tau kalo bukan gue yang masak.
     "Jadi begini Pak, saya minta maaf sebelumnya, tapi memang kalau penerbangan pendek seperti Pekanbaru, makanannya memang sudah tersedia langsung di tray putih itu," kata gue lagi sambil menunjuk tray putih yang sedang dipegang si Bapak. "Tapi karena penerbangannya pendek, jadi kami tidak perlu menghangatkan makanannya lagi. Semua sudah dipersiapkan katering dari bawah, inflight kami tinggal service ke penumpang. Beda dengan penerbangan 2 jam ke atas. Boks makanan yang diserahkan katering masih frozen jadi kami para flight attendant harus panesin dulu di oven. Jadi kalau makanannya gak panas, Bapak bisa complain sama kita. Tapi karena kejadiannya kaya begini-"
     "Heh kamu jangan ngejawab ya! Saya sudah 10 kali naik pesawat ini dan selalu complain sama pramugarinya tapi gak ada yang ngeyel kayak kamu!"
     "Justru itu Pak," gue menarik nafas panjang. "Sudah 10 kali Bapak complain tapi gak ada perubahan kan? Nah disini saya bukannya bermaksud ngeyel seperti yang Bapak tuduhkan, saya hanya menginformasikan bahwa ini bukan kesalahan kami. Mungkin pramugari lain memilih meminta maaf dan mengaku bahwa ini kesalahan mereka, tapi kenyataannya bukan seperti itu Pak. Kalau Bapak mau, bagaimana kalau Bapak complain langsung ke customer care kami, supaya suatu saat nanti ada perubahan. Kami secara pribadi sudah menyampaikan apa saja complain dari penumpang, namun kalau ternyata dari katering tidak ada perubahan, ya kami bisa apa? Pramugari lain memilih untuk sekedar meminta maaf. Tapi saya ingin penumpang juga tau, bahwa pada kasus ini, jelas bukan kesalahan kami." gue menunggu reaksi dari si penumpang. Gue gak peduli kalau si Bapak bakal lebih marah dan mau report gue ke chief flight attendant gue nantinya. Yang jelas gue sudah mengedukasi penumpang gue, bahwa kadang ada hal-hal yang gak sepantasnya disalahkan ke pramugari. Seperti headrack yang kelewat penuh sehingga penumpang yang datang terakhir tidak mendapat tempat untuk meletakkan bagasi mereka. Apakah itu salah kami? Bukan. Itu kesalahan dari ground staff yang tidak menyortir bagasi yang dibawa ke atas. Atau kadang itu kecurangan beberapa penumpang, sudah tau batasan bagasi yang boleh dibawa ke pesawat hanya satu koper seberat 7 kilo, tapi mereka diam-diam bawa 2-4 bagasi dan semuanya diletakkan di headrack. Nah mereka yang gak kebagian bagasi marah-marah ke siapa? Ya ke pramugarinya. Padahal kan bisa ngomong baik-baik, tapi nyatanya kebanyakan penumpang memilih untuk marah-marah ke pramugari karena berpikiran "pramugari digaji gede kan memang buat dimaki-maki."
     Believe me, kadang-kadang waktu kalian bilang 'saya tau' kenyataannya kalian gak tau apa-apa.

Komentar

priatama mengatakan…
Welcome back!

terus bapaknya njawab gimana lagi tu?
Anonim mengatakan…
yang sabar ya mbak,tiap pekarjaan pasti ada resikonya :)
tica titanica mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Postingan Populer