tag:blogger.com,1999:blog-72004010105827784382024-03-11T02:13:34.017+07:00Budin's DailyNulisnya suka-suka, topiknya apa aja.Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.comBlogger185125truetag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-45297590153701093502021-01-01T20:54:00.003+07:002021-01-01T21:16:54.588+07:00Mengenal Istilah Anak Durhaka dan Sejauh Mana Kebebasan Layak Diperjuangkan<p align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd3LT6zb6tMgVNPiXtOilN3M-YeVSEqs0td_HNN4oZyZmOlezPpiC8K2329tEO2ibrlVWUlVeXV_UgXYucknZ6BqhLkgG_WBRMScGd1KWg6OaP9W5jOouOCUzE-ZiEVgNMCvvc1Eg-mmk/s1600/1609510601813984-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd3LT6zb6tMgVNPiXtOilN3M-YeVSEqs0td_HNN4oZyZmOlezPpiC8K2329tEO2ibrlVWUlVeXV_UgXYucknZ6BqhLkgG_WBRMScGd1KWg6OaP9W5jOouOCUzE-ZiEVgNMCvvc1Eg-mmk/s1600/1609510601813984-0.png" width="400">
</a>
</div><br></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Coba aku inget-inget dulu, pertama kali kenal istilah durhaka itu kalau ga salah usia-usia 5 tahun deh. Waktu itu, Ibuku yang seorang pendongeng hebat lagi cerita tentang Malin Kundang, si anak durhaka asal Padang yang dikutuk ibunya jadi batu. Buat kalian yang lupa atau malah gak tau ceritanya, jadi si Malin Kundang ini diceritakan hidup miskin berduaan doang sama sang ibu. Suatu hari, dia bilang sama ibunya, </span></p><blockquote><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> “Bu, aku mau merantau ke pulau seberang. Siapa tau rejekiku ada di sana dan kita bisa hidup makmur setelahnya.”</p></blockquote><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Dengan berat hati, sang ibu melepas Malin pergi dari rumah. Karena dasarnya si Malin ini memang orang rajin dan pekerja keras, ia pun menjadi kaya raya tanpa perlu ikut pesugihan. Long short story, setelah tajir melintir, si Malin malah lupa sama ibunya dan memperistri seorang perempuan. Suatu kali, saat ia bepergian, kapalnya karam di tanah kelahirannya. Ajaibnya, Malin dan sang istri berpapasan dengan ibu tua berpakaian compang-camping seperti sobat misqueen. Ibu Malin yang selama ini gak tau kabar anaknya karena jaman dulu belum ada video call, langsung berlari dengan semangat memeluk Malin.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Karena risih dengan kondisi sang ibu, Malin langsung berusaha melepaskan diri dan malah membentak ibunya dengan berkata, <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"></p><blockquote><span lang="EN-US"> “Dasar pengemis tidak tahu diri! Berani-beraninya kau memelukku? Aku tidak punya ibu sepertimu!”<o:p></o:p></span></blockquote><p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Karena sakit hati mendengar perkataan Malin, Ibu Malin mengutuk sang anak yang durhaka dan mengubah Malin Kundang menjadi batu. Nah sejak saat itu, aku selalu berpikir bahwa aku tidak boleh durhaka pada orangtua. Tapi…. Durhaka itu sebenarnya apa sih?<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"> Kalau berdasarkan cerita Malin Kundang, bisa dibilang istilah anak durhaka adalah label untuk anak yang tidak mengakui dan menghormati ibunya. Tapi nyatanya, istilah anak durhaka mudah sekali melekat bahkan jika konteksnya tidak sama seperti si Malin dimana anak bagai kacang lupa kulitnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Malin dibesarkan dengan baik oleh seorang ibu tunggal. Meski hidup miskin dan serba kekurangan, ibu Malin menyayanginya dengan segenap hati. Ia bahkan merelakan Malin merantau padahal Malin adalah satu-satunya yang ia miliki di dunia ini. Sang Ibu rela hidup sendiri bahkan hingga sakit-sakitan karena rindu dengan anaknya. Namun saat Malin kembali, bukan hidup makmur yang ia beri kepada orangtuanya, namun justru pengabaian dan penghinaan. Hingga titik ini, aku sangat setuju dengan konsep anak durhaka jika berdasar cerita Malin Kundang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Namun di era modern saat ini, kita justru menemui banyak sekali orangtua yang dengan mudah melabeli anaknya sebagai anak durhaka hanya karena sang anak ‘tidak menuruti’ keinginan mereka. Pun sebaliknya, ada banyak anak yang memperjuangkan kebebasan mereka dengan dalih <i>‘open minded person’</i>tapi sebenarnya mereka justru melakukan hal yang mirip seperti yang Malin Kundang lakukan pada ibunya. Ia mengabaikan peran orangtua dan tidak menghormati mereka. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Aku gak bakal berkomentar banyak soal tulisan Mbak Dea Safira, karena aku gak tau persis <i>relationship </i>antara dia dan orangtuanya. Namun, aku punya prinsip sederhana :<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"></p><blockquote><span lang="EN-US">“Jika kau bersyukur dengan hidup yang diberikan oleh orangtuamu, maka kamu wajib berterimakasih dengan cara menghormati mereka.”<o:p></o:p></span></blockquote><p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Meskipun aku adalah orang yang cukup anti dengan <i>sandwich generation </i>dan orangtua yang menganggap anaknya sebagai investasi masa tua, tapi bukan berarti aku mendukung seorang anak bersikap semena-mena dengan orangtuanya, terlebih jika si anak belum sepenuhnya dewasa dan masih berdiri di bawah naungan orangtua. Pandanganku ini bukan karena aku takut anak-anakku akan durhaka saat mereka besar nanti, sama sekali bukan. Aku memang gak bisa nebak masa depan akan seperti apa, tapi aku selalu berjanji pada diri sendiri dan juga anak-anakku, saat melahirkan mereka ke dunia, mereka tidak berhutang apapun padaku. Mereka akan memperoleh kebebasan mereka, meski itu mungkin akan menyakitiku di kemudian hari. Tapiiiiiiii…. Ada tapinya ya tetep. Tapi HANYA saat mereka sudah dewasa dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Tentu ini termasuk mandiri secara finansial dan juga mampu berdiri di kaki sendiri, gak butuh orangtua lagi sebagai tempat bertumpu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">So, kalian pasti sudah bisa membayangkan reaksiku saat membaca tulisan Mbak Dea, bukan? Sedih, tentu saja. Sebagai orangtua dan sebagai anak dari orangtuaku, aku merasa sedih sekali membaca tulisan itu. Karena apa yang Mbak Dea tulis bertentangan dengan prinsipku. Tapi siapa lah aku, hanya penonton di hidup mereka. Aku ga berhak menghakimi keputusan orang lain, terlebih yang tidak bersinggungan langsung dengan kehidupanku. Hanya satu hal yang aku yakini, bahwa semua kebebasan, jika dianggap benar dan layak diperjuangkan, maka perjuangkanlah. Namun semua kebebasan itu ada konsekuensinya. Bahkan saat Indonesia merdeka, kita harus tertatih-tatih untuk berdiri sendiri. Maka begitu pula seorang anak yang menginginkan kebebasan dari orangtuanya, mereka sedang berlari di ladang ranjau tanpa tau tanah yang dipijaknya akan meledak atau justru ia akan tiba dengan selamat di tujuan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US"><br></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri, sans-serif; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US">Sebagai orangtua, aku akan berusaha memberi yang terbaik yang bisa kulakukan. Jika kedua gadisku ingin pergi, maka pergilah. Jika mereka melupakanku, maka lupakanlah. Mereka tidak berhutang apapun. Namun jika mereka ingin kembali ke pelukanku, maka mereka harus terima aku ‘cintai’ dengan caraku. Meski Bahasa cintaku mungkin terdengar sebagai ocehan menyebalkan sekalipun, itu adalah ‘bayaran’ dari kebebasan yang lepas dari tangan mereka.<o:p></o:p></span></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-17927426146590743332020-11-22T23:19:00.001+07:002020-11-22T23:20:51.791+07:00Tips Membangun Komunikasi Yang Baik Dengan AnakCara kita berkomunikasi antara sama pasangan dan sama anak pastinya beda dong yaa. Topik obrolannya pun pasti berbeda, sesuai stage umur mereka. Gak mungkin kan kita ngebahas pasar saham dan obligasi ke toddler 3 tahun? Gak mungkin juga kita ngobrol sama mereka dengan bahasa formal dan gesture kaku, yang ada mereka ketiduran saking bosennya. Nah jadi menurutku penting banget untuk kita ketahui, tips membangun komunikasi yang baik pada anak sejak dini. Makanya aku memilih topik ini untuk dibahas, tapi harap diingat, apa yang aku bahas di sini berdasar informasi yang aku baca dan juga hasil pemikiranku sendiri. Sama sekali ga ada maksud untuk sok menggurui, wong aku penganut paham bahwa GAK ADA metode parenting yang benar ataupun salah. Semua metode yang paling sesuai dengan kemampuan kita sebagai orangtua dan paling cocok dengan karakter anak kita ADALAH YANG TERBAIK.
<blockquote>1. Luangkan waktu yang berkualitas</blockquote>
Aku dulu salah kaprah berpikir saat jadi fulltime IRT dan bener-bener fokus ngurus anak berarti aku sudah menjadi ibu yang baik. Aku juga berpikir karena mengurus anak begitu banyak menyita waktu dan energi, aku ga akan bisa punya kegiatan lain di luar anak. Tapi saat melihat ibu lain yang bekerja kantoran dan hanya bertemu anak di malam hari tapi tetap bisa mengurus anak dengan baik, aku sadar kalau kuncinya bukan hanya di durasi, tapi di quality dan support system.
In fact, anak-anak gak pernah minta 24 jam kita lho. Buat apa kita standby 24 jam di rumah tapi mata nyantol di akun gossip dan ghibahin artis? The point is, 24 jam kita di rumah yang gak berkualitas, akan gak ada artinya dibanding 1 jam berkualitas sama anak-anak.
Saat mengelola Bali Belly, bisa dibilang aku banyak abai tentang anak. Kepalaku terlalu stress sama omzet yang suka di bawah target. Tapi waktu Akira batuk sampai muntah-muntah dan sesak nafas, aku langsung nangis tiap malam. Kaya nyesel banget gitu sering gak nanggepin permintaan dia buat main bareng. Semenjak itu aku jadi makin sering luangin waktu buat mendongeng, salah satu kegiatan orangtua-anak low budget yang menurutku dan beberapa pakar parenting adalah kegiatan berkualitas yang baik untuk membangun karakter anak. Waktu berkualitas yang kita luangkan ke anak akan membuat anak-anak ini nyaman Bersama kita. Rasa nyaman ini juga yang nantinya akan memicu keterbukaan anak pada kita.
<blockquote>2. Beri Anak Kesempatan Bicara dan Belajar Mendengar Keinginan Anak</blockquote>
Siapa bilang karena kita adalah orangtua, kita berhak mengatur SEMUA hal dalam hidup anak kita? Komunikasi yang baik harus terjadi dua arah, jadi jika kita ingin didengar oleh anak kita, ada baiknya kita juga belajar mendengar keinginan mereka. Bukan berarti kita harus mengiyakan segala keinginannya, tapi kita bisa mendengar dan berdiskusi, ketimbang langsung berkata TIDAK.
Salah satu contoh yang saat ini sedang terjadi, Akira dan Gending ternyata sudah mulai punya gaya fashion-nya sendiri. Mereka sudah bisa memilih ingin pakai baju apa dan menolak jika pilihan bajuku gak sesuai sama keinginan mereka. Kadang memang ngerepotin ya, bayangin aja diajak liburan pengennya pakai daster. Tapi aku belajar untuk mendengar keinginannya dan menanyakan pendapat mereka.
“Kenapa maunya pakai daster? Kan kalau di rumah udah selalu pakai daster?”
“Biar gak panas, Bu. Kan di pantai hot.”
“Oke, gimana kalau dasternya tetep dibawa tapi dipakai pas bobo di hotel, nah buat pergi kita pakai tank top sama celana pendek aja?”
Bhaiiiikkkk! Karena bahan daster anak yang mereka sering pakai memang adem sih ya, wajar banget mereka pengen pakai terus biar ga kepanasan. Kadang aku juga suka iseng pilih baju yang modelnya lucu tapi gak peduli kalau mereka ga nyaman, entah kepanasan atau bahannya memang ga enak untuk mereka.
Bahkan saat kita gak setuju dengan permintaan mereka, setidaknya dengan ngasih mereka kesempatan bicara dan kita jadi pendengar baik bagi mereka, itu saja udah cukup untuk membangun fondasi komunikasi yang baik pada anak.
<blockquote>3. Ajak Anak Terbuka Dengan Perasaannya </blockquote>
Beberapa pakar parenting menyarankan orangtua untuk tidak membagi masalah keluarga kepada anak-anak agar mereka tidak tertekan. Tapi menurutku pribadi, di usia yang tepat, anak tetap HARUS dilibatkan, meski bukan sebagai pengambil keputusan, tapi mereka berhak tau ada kejadian apa di keluarganya. Saat ini Akira dan Gending memang belum paham dengan apa yang sebenarnya terjadi pada orangtuanya, namun aku berencana akan tetap memberitahu mereka suatu saat nanti.
Beberapa kali aku menangis di depan mereka, Gending memang masih cuek, tapi Akira udah bisa nunjukin rasa simpati dengan menghapus airmata dan memelukku. Ini sangat menyentuh. Aku selalu mencium keningnya dan mengatakan apa yang membuatku sedih.
“Ibu sedih, masih belum puas main sama Kakak tapi udah harus balik ke Tangerang. Tapi ibu janji nanti pasti pulang lagi, kita main dan liburan lagi.”
Membagi perasaan kita sebagai orangtua membuat anak merasa dipercaya dan nyaman untuk melakukan hal yang sama. Entah saat ia putus cinta, marah dengan temannya, kecewa dengan guru di sekolahnya, dan masih banyak lagi. Aku percaya, cara terbaik agar anak mau membagi perasaannya adalah dengan membiasakan membagi perasaan kita lebih dulu. Anak adalah peniru handal, bener kan?
<blockquote>4. Jangan Merespons Negative Saat Anak Berusaha Terbuka</blockquote>
Pasti kalian sering mendengar kasus anak bunuh diri karena hamil di luar nikah, kan? Menurutku itu terjadi karena kurangnya keterbukaan antara orangtua dengan anak. Mereka terlalu takut dengan emosi negative kita saat tahu kalau mereka membuat kesalahan. Sebenarnya ini bisa diatasi dengan membangun komunikasi yang baik dengan anak sejak dini dan merespons keterbukaan mereka dengan baik. Baik bukan berarti :
<blockquote>“Ma, aku udah gak perawan.”</blockquote>
<blockquote>“Baik….baik… Teruskan nak!”
</blockquote>
Baik yang aku maksud adalah merespons dengan kepala dingin dan tanpa emosi berlebihan. Hindari juga silent treatment yang menjadikan anak tidak nyaman lagi terbuka dengan orangtuanya. Misalnya :
<blockquote>“Ma, aku udah gak perawan.”</blockquote>
<blockquote>“Nak, jujur Mama kecewa. Harusnya kamu cerita ke Mama, sebelum kamu mutusin itu, bukan setelah kejadian. Jadi Mama bisa sharing insight lain supaya kamu ga terburu-buru ngasih keperawanan kamu. Tapi nasi udah jadi bubur. Mama ga marah, Mama hanya kecewa. Mama harap kamu gak bikin Mama makin kecewa dan merasa gagal menjadi orangtua dengan hal-hal lain sejenisnya. Cerita dulu ke Mama sebelum kamu memutuskan sesuatu, Mama sangat terbuka dengan apapun. Kamu tau kan?”</blockquote>
Nah respons ini memilik impact yang berbeda lho ke anak ketimbang kita langsung ngamuk kaya hulk dan ngumpat-ngumpat anak dengan Bahasa yang kasar. Respons yang tidak emosional seperti yang aku sebut di atas akan tetap membuat anak merasa bersalah, namun mereka jadi semakin yakin untuk membagikan rahasia-rahasianya kepada kita. Karena kita bisa menanggapinya tanpa banyak menghakimi mereka dan masih tetap memberi mereka kesempatan untuk memperbaikinya.
Baiklah, itu dia tips membangun komunikasi yang baik pada anak. Gak pernah ada kata terlambat lho, yuk kita coba pelan-pelan dimulai dari sekarang ya!
Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-78088448946843299912020-11-20T18:26:00.002+07:002020-11-20T18:26:16.588+07:00Review Hydroclean Service Untuk Mengatasi Penyebab Alergi dan Susah Tidur<p style="text-align: justify;"> <span> </span><span> </span><span> </span>Well, setelah drama-insomnia yang tak kunjung usai, aku bener-bener nyoba berbagai cara untuk tidur nyenyak. <i>For the very first time of my life</i>, aku kenalan sama obat tidur dong! Memang efektif sih, obat-obatan ini bisa bikin tidur sebelum matahari nongol. Tapi tetep aja ya kan tsaaayy, ga boleh dipakai setiap hari supaya ga sampai ketergantungan. </p><p style="text-align: justify;"><span> </span><span> </span><span> </span>Nah, efek kurang tidur ini memicu banyak masalah dalam hidup (termasuk masalah keuangan karena kalau kita bangun kesiangan, rejekinya dipatok ayam bukk). Aku jadi gampang sakit, tidur gak pernah nyenyak, sering sesak nafas dan juga permasalahan yang tak kunjung usai dengan JERAWAT! Akhirnya karena tak kuasa menahan derita ini, aku nyoba panggil team Hydroclean buat bersih-bersih kasur dan sofa di kamar, yang mana adalah dua spot kerja favoritku!</p><p style="text-align: justify;"><span> </span><span> </span><span> </span>Nah buat yang gak tau nih Hydroclean itu apa, mereka adalah perusahaan jasa vacuum debu dan tungau penyebab alergi. Mereka menggunakan HydroAllergic System berteknologi separator dengan daya hisap lebih dari 20.000 rpm sehingga mampu memisahkan udara, partikel debu dan tungau. <i>But, dont worry, </i>jangan takut tungau yang terhisap akan beterbangan kemana-mana karena setelah dihisap, tungau-tungau ini bakalan terperangkap di air dengan metode pengisolasian 99,99%. Aku sangat merekomendasikan buat kalian yang akan menyambut <i>newborn baby</i>, punya masalah alergi dengan debu, yang ngerasa akhir-akhir ini mudah sakit dan flu, WAJIB HUKUMNYA BUAT SEDOT VACUUM. <i>By the way, </i>vacuumnya bukan vacuum debu biasa ya! Alatnya jauh lebih besar dan daya hisapnya juga jauh lebih kencang dan ini sesuatu yang gak mudah kita lakuin sendiri, secara mesti berkali-kali bowk, sampai air di mesin vacuumnya mendekati jernih. Kalian liat sendiri yaa perbandingan before-after pada kasurku di bawah ini :</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8lz3BUV6dIN10iVYgrEcB-1q-0zzOuzU-OEwLlxvxw6Z4E3LRzQtPzT84evpUEKRwjcDgMnXhwgSVE_K1SJgbMU2nQmmL56c_uX5BSqsRMkYutr5432qAEBD8SdPTmwDnu30wGdge-Xc/s2048/IMG_20201120_094704.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8lz3BUV6dIN10iVYgrEcB-1q-0zzOuzU-OEwLlxvxw6Z4E3LRzQtPzT84evpUEKRwjcDgMnXhwgSVE_K1SJgbMU2nQmmL56c_uX5BSqsRMkYutr5432qAEBD8SdPTmwDnu30wGdge-Xc/s320/IMG_20201120_094704.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil vacuum pertama.<br /></td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRa36bBcq-1_knwWBPbYAGO3kU6kybLIXRh6-kHSobe5hoDEJ1fuZSu8OEP5fBhItGWXU9vR2OkVBNpvGQTmfy1iiSJ6F1vg8P27EpBIcTXRhzzMIkS3Vzhvff_tJ6Y_uLGYTExlWZ_Mg/s2048/IMG_20201120_100432.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRa36bBcq-1_knwWBPbYAGO3kU6kybLIXRh6-kHSobe5hoDEJ1fuZSu8OEP5fBhItGWXU9vR2OkVBNpvGQTmfy1iiSJ6F1vg8P27EpBIcTXRhzzMIkS3Vzhvff_tJ6Y_uLGYTExlWZ_Mg/s320/IMG_20201120_100432.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil vacuum kedua.<br /></td></tr></tbody></table><br /><p style="text-align: justify;"><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbnhPwm3BWKANwPO2EQsxz97aaDSsn9ccQKHPZaRZ9LQNxk-6BKVifFy03PknxRalefYRbplKsrRcHgbblV13m5pQfc-YWPxTOtuHCxWwZvV8DEheiaECeauxNovLM-lW12puGJb1aSU/s2048/IMG_20201120_100437.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJbnhPwm3BWKANwPO2EQsxz97aaDSsn9ccQKHPZaRZ9LQNxk-6BKVifFy03PknxRalefYRbplKsrRcHgbblV13m5pQfc-YWPxTOtuHCxWwZvV8DEheiaECeauxNovLM-lW12puGJb1aSU/s320/IMG_20201120_100437.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil vacuum ketiga.<br /></td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9rLX9Yw_zT0pQnKAGrXBidYUyIbPANm2kR8vTNGn5PvSmy9hhkRr3DbPVh__YLmc_VPWdrw7aQCsi5TMGhXpKtM61lA1FdgXUi8x2o5bMpT23hOGDvYEDJUk4cTw96VERSdbbFivJb2g/s2048/IMG_20201120_102540.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9rLX9Yw_zT0pQnKAGrXBidYUyIbPANm2kR8vTNGn5PvSmy9hhkRr3DbPVh__YLmc_VPWdrw7aQCsi5TMGhXpKtM61lA1FdgXUi8x2o5bMpT23hOGDvYEDJUk4cTw96VERSdbbFivJb2g/s320/IMG_20201120_102540.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil vacuum keempat.<br /></td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>Staff Hydroclean yang garap kasur dan sofaku tadi namanya Mas Aditya, orangnya super duper ramah dengan <i>smiley face </i>yang enak dipandang mata dan telaten banget nge-vacuumnya. Aku perhatiin memang Hydroclean punya standar operasional dimana staff mereka harus ramah dan juga bisa bikin kita merasa nyaman. Secara ga semua orang nyaman mengundang orang asing masuk ke rumahnya ya kaannn, jadi kalau penampilannya jutek dan ngeselin, kayanya malah kita yang nyuruh dia cepet-cepet ngelarin kerjaan. </p><blockquote><p style="text-align: justify;">"Udah Mas, yang bagian itu gak usah. Mas pulang aja deh daripada gue kesel di rumah sendiri!"<br /></p></blockquote><p><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>Oh iya, gak usah khawatir juga di masa pandemi ini manggil team Hydroclean ke rumah karena mereka menerapkan protokol kesehatan dengan menggunaka masker dan juga sarung tangan. Mas Aditya bahkan ga mau waktu ditawarin minum, padahal coffee latte buatanku tuh enak banget lho Mas.... (lah jadi promosi) </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0YGsOY8FRMuV6ePFy0joELtgCTdtO5XtXOzVET-vBCXu6CXU1c3lqrhknpj2BpN3v-JVTV60FKWHX_QUxqrgah_NCZuOxsbHadFoGI4k9l1Zzr44ngYJ8XkDU0WsDDirZMPia9AJKxXg/s2048/IMG_20201120_092651.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0YGsOY8FRMuV6ePFy0joELtgCTdtO5XtXOzVET-vBCXu6CXU1c3lqrhknpj2BpN3v-JVTV60FKWHX_QUxqrgah_NCZuOxsbHadFoGI4k9l1Zzr44ngYJ8XkDU0WsDDirZMPia9AJKxXg/s320/IMG_20201120_092651.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>Terakhir, kalian pasti penasaran kan, biaya jasa Hydroclean itu segimana? Sini deh, aku bisikin!</p><p></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheR9YehbqMdu6yKhjVd0g3p5u2gFZpqp4mFzKs8qblFz5-Gu47roIOY01HNhR3xhGgpRUCGxI4-c1cDC4En5HhwlEojtUFJp6qmsUk_V8XrZMxreQJZaevjtvdCJJ3QCOVV_oWhnKlIys/s1280/IMG-20201120-WA0022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="371" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheR9YehbqMdu6yKhjVd0g3p5u2gFZpqp4mFzKs8qblFz5-Gu47roIOY01HNhR3xhGgpRUCGxI4-c1cDC4En5HhwlEojtUFJp6qmsUk_V8XrZMxreQJZaevjtvdCJJ3QCOVV_oWhnKlIys/s16000/IMG-20201120-WA0022.jpg" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pricelist Hydroclean November 2020<br /></td></tr></tbody></table><br /><p><br /></p><p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia1w6NGeijxQiQFsKcLUWfyl2aJkeqCZxaVBCAKB14X0yj-h_qkpZoGM8BsYustWVR9PfyMqrWa3bkFVYgfjVjAVWGpXwTTwCyx-gulVDJy11a900Nx4FdWY-ZdBjtj1tZ0iOYfe77rOA/s1280/IMG-20201120-WA0021.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1028" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia1w6NGeijxQiQFsKcLUWfyl2aJkeqCZxaVBCAKB14X0yj-h_qkpZoGM8BsYustWVR9PfyMqrWa3bkFVYgfjVjAVWGpXwTTwCyx-gulVDJy11a900Nx4FdWY-ZdBjtj1tZ0iOYfe77rOA/s320/IMG-20201120-WA0021.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Biaya untuk vacuum mobil.<br /></td></tr></tbody></table><br /></p><p><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span>Enaknya lagi, kalian gak perlu bayar cash ke mereka! Bisa dengan transfer so kalian gak perlu ribet siapin uang tunai dulu di bawah bantal. *lhaaa. Oh iya, kalian juga sudah bisa lho, order jasa mereka via website dengan klik link <a href="https://hydroclean.id/collections/all" target="_blank">ini</a> atau kalau mager bisa check aja instagram mereka <a href="https://www.instagram.com/hydroclean.id/" target="_blank">di sini</a>. Jangan lupa untuk minta pricelist terkini dari mereka dan juga bisa ditanya dulu, apakah area tempat tinggalmu sudah masuk ke service-area mereka. <br /></p><p><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><span> </span><i>Overall </i>aku sangat-sangat puas dengan service dari team Hydroclean. Gak akan bosen untuk panggil mereka lagi secara berkala karena kesehatan adalah yang UTAMA. Kalau sakit, kita gak akan bisa cari uang dengan maksimal kan. So ini semacam investasi juga untuk kesehatan dan kenyamanan di rumah kalian. Jangan lupa untuk rutin memanggil jasa Hydroclean minimal 1-2 bulan sekali, atau kapanpun kalian merasa butuh untuk bersih-bersih 'besar' di rumah. <i>Stay save everyone!</i><br /></p><p><br /></p><br /><p>#hydroclean</p><p>#hydrocleanindonesia</p>#hydroAllergic<p style="text-align: justify;"><span></span><span></span><span></span><span></span><br /></p><br /><br /><br /><br />Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-88567495877632491592020-11-08T22:41:00.001+07:002020-11-08T23:08:46.785+07:00Atur Keuangan Lebih Mudah Dengan Jenius<div style="text-align: center;"><span><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgvlC8Gp2Mtm8Cb7B7cCqwG3sseJ1ICEdgNHI3DXl1ONR5YGvLbeWGZlCyk1L_AR4bSB17MvzULuEi996bkTcKZi0S9Qgl3npdzyH4YmIXmbB51jBMS29xA2UHZB7ExM32kgu1jhAb7jg/s343/Menabung+Jenius.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="147" data-original-width="343" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgvlC8Gp2Mtm8Cb7B7cCqwG3sseJ1ICEdgNHI3DXl1ONR5YGvLbeWGZlCyk1L_AR4bSB17MvzULuEi996bkTcKZi0S9Qgl3npdzyH4YmIXmbB51jBMS29xA2UHZB7ExM32kgu1jhAb7jg/w491-h210/Menabung+Jenius.jpg" width="491" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Cara bergabung bisa klik link : <a href="http://bit.ly/GetJeniusNow">bit.ly/GetJeniusNow</a><br /></td></tr></tbody></table></span><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"><span> </span></div><div style="text-align: justify;"><span><span> </span>Bagi kalian yang sering menghabiskan waktu dengan bertransaksi online wajib banget baca tulisanku ini sampai habis. Setelah membaca, diharapkan kalian semua kena ratjun-ku untuk turut menggunakan aplikasi super <i>amazing</i>, simple, <i>user-friendly </i>dan pastinya punya banyak benefit! </span><blockquote><blockquote><span><i>"Aplikasi apa sih, Budin? Jangan sok misterius gichu deh!" </i></span></blockquote></blockquote><p> <span> </span>Lho, misterius darimana, <i>wong </i>ngeliat judul dan foto pembuka aja udah jelas banget kok, aku pengen ngenalin kalian sama JENIUS, salah satu produk tabungan berbasis online besutan bank BTPN. Jenius ini konon katanya merupakan produk manajemen perbankan PERTAMA di Indonesia yang terintegrasi penuh lewat aplikasi di smartphone <i>user</i>-nya. Ini serius lho, aku udah buktiin sendiri, <i>user</i> bisa daftar, verifikasi hingga aktivasi kartu TANPA KELUAR RUMAH SEDIKITPUN! <i>Whole process </i>bisa dilakukan modal hepong doang (tapi bukan hepong jadul eim, wajib smartphone sik). Proses verifikasi bisa melalui videocall dengan Jenius Crew (sebutan untuk customer service dari Jenius) dan itupun caranya mudah banget, kalian cukup mempersiapkan diri dengan KTP, NPWP dan juga menjawab pertanyaan seputar data pribadi yang akan ditanya oleh pihak Jenius. Males videocall karena ngerasa gak photogenic? Kalian bisa <i>effort </i>sedikit dan mengunjungi <i>booth </i>Jenius Live terdekat denganmu atau cabang BTPN Sinaya di kotamu (jika tersedia, mengingat belum semua pelosok Indonesia yang dijangkau oleh mereka).</p><p><span> </span>Kalian gak perlu khawatir juga karena Jenius ini sudah launch sejak 2016 lalu dan Bank BTPN sendiri sudah terdaftar dan diawasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Melihat rekam jejaknya selama 4 tahun, aku bisa percaya kalau Jenius ini <i>well-reccomend </i>banget sebagai aplikasi produk perbankan yang terpercaya. Aplikasinya sendiri bisa kamu download di handphone berbasis android ataupun iOS.</p><p><b>CARA REGISTRASI</b></p><p style="text-align: center;"><b></b></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr609qaBPjWZtDTSKtPtOycOM6tRN_wPPjB9yVipCGzOlUbxp5Wq4nDg99c2Y1CThczuAPG877xx3tez5rhwS6gO5mYAG_nHdY2aytUknml81CDBfUDvtvO7t2y8SJIX7xhtmiq0KIpMI/s310/jenius4.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="310" data-original-width="162" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr609qaBPjWZtDTSKtPtOycOM6tRN_wPPjB9yVipCGzOlUbxp5Wq4nDg99c2Y1CThczuAPG877xx3tez5rhwS6gO5mYAG_nHdY2aytUknml81CDBfUDvtvO7t2y8SJIX7xhtmiq0KIpMI/w209-h400/jenius4.png" width="209" /></a></b></div><b><br /><br /> </b> <br /><p></p><p> Nah untuk proses membuat akun Jenius, kalian gak perlu punya rekening BTPN dulu gais, karena Jenius ini merupakan produk independent dari bank BTPN. Dengan membuat akun Jenius, kamu otomatis menjadi bagian dari Bank BTPN. <i>So</i> kalian bisa langsung klik link<span><a href="http://bit.ly/GetJeniusNow"> bit.ly/GetJeniusNow</a></span> dan mendaftar tanpa perlu memiliki rekening Bank BTPN dulu.</p><p><span> </span> Oh ya, saat mendaftar kalian akan diminta untuk memasukkan <i>refferal code </i>untuk mendapatkan promo menarik dari Jenius (promonya bisa berubah-ubah sesuai suasana hati si Jenius). Jangan lupa masukin <i>refferal code </i>aku yaitu : $nandakitanian ya! Sebelum mendaftar, kalian harus menyiapkan :</p><ul><li>Alamat email aktif </li><li>Nomor HP aktif</li><li>KTP dan NPWP (bisa pakai NPWP orangtua atau suami kok kalau gak punya NPWP pribadi)</li></ul><b>KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN JENIUS</b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b><br /><span> </span>Aku bisa bilang kalau Jenius ini cocok banget buat kawula muda berjiwa misqueen (cieh, bahasa anak radio banget nih?) karena Jenius tidak memerlukan setoran minimal seperti kebanyakan bank lain dan segala prosesnya GRATIS! Masih kurang enak? Nih, Budin tambahin lagi deh benefit yang kamu bisa dapat dengan menggunakan Jenius :</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><ul><li><b> TIDAK PERLU SALDO MENGENDAP : </b>Seperti yang kita ketahui, kebanyakan bank lain memberi syarat saldo minimum ceban-goban yang mengendap di rekening dan gak bisa kita tarik. Nah di Jenius, kita bisa menyisakan saldo 0 rupiah tanpa perlu merasa bersalah! Juara banget nih kalo kepepet pengen chatime tapi saldo tiris-tiris, masih bisa lah gengs!<br /></li><li><b>INVESTASI MATA UANG </b>: Yang menarik dari Jenius, kita bisa beli dan jual mata uang
dunia. Sejauh ini, ada 6 mata uang dunia yang bisa di transaksikan,
yaitu: Euro (EUR), Pound sterling (GBP), Dolar Hong Kong (HKD), Yen
Jepang (JPY), Dolar Singapore (SGD), dan Dolar Australia (AUD). <i>By the way, </i>untuk melakukan pembelian mata uang negara lain hanya bisa dilakukan di <i>weekdays </i>jam 8 pagi sampai jam 4 sore aja ya.<br /></li><li> <b>BEBAS BIAYA ADMIN BULANAN </b>: Pada umumnya tabungan bank
mebebankan biaya admin bulanan, tapi tidak dengan Jenius. Tuh kan, Budin bilang apa, belum kelar baca tulisan ini kalian pasti udah gak sabar pengen download aplikasinya kan?</li><li><b>PROMO MENARIK SETIAP SAAT : </b>Ini juga jadi nilai tambah, karena kamu gak cuma bisa nabung atau
melakukan transaksi perbankan. Karena banyak promo dan cashback
untuk bikin kita jadi lebih hemat, yang penting rajin cek aplikasi aja untuk liat update promonya ya!</li><li><b>BUNGA TABUNGAN : </b>Layaknya bank pada umumnya, jenius juga memberikan bunga setiap
bulannya. Masing-masing uangmu di m-card, e-card dan x-card akan
menerima bunga sebesar <b>1% per tahunnya</b>. </li><li><b>FASILITAS REKENING VALAS : </b>Berhubung aku gak terlalu butuh fitur ini, sebenernya pengen aku coret dari <i>list benefit</i>. Tapi kali aja pembacaku ada yang suka <i>travelling </i>ke luar negeri, dan menurutku fasilitas ini MEMBANTU banget karena kalian bisa buat rekening valas secara online di aplikasi Jenius dan melakukan tarik tunai dengan mata uang valas, bukan dari rekening rupiah kita. <b></b>Nah pembukaan rekening valas di aplikasi Jenius cukup dengan satu kali klik.
Di bank lain, kamu mungkin harus datang ke kantor cabang, antri di CS dan
menyelesaikan paperwork yang belibet, tidak bisa online. Dengan Jenius, semuanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan, eh, secara mudah lewat aplikasi maksudnya. Sebagai catatan tambahan, bunga di rekening valas ini 0% alias tanpa
bunga. Tujuannya lebih untuk transaksi valas dengan nilai tukar
bersaing aja.<br /></li><li> <b>FASILITAS SAVE IT JENIUS : </b>Uang yang kamu setor ke rekening Jenius, secara otomatis, akan masuk ke <b>Saldo Aktif</b> atau <b>Active Balance</b>. Untuk
menikmati bunga hingga 5,75% yang ditawarkan dari Jenius, kamu harus
memindahkan uangmu dari Saldo Aktif ke pilihan fitur tabungan yang ada
di Save It, yaitu: Flexi Saver, Dream Saver dan Maxi Saver.</li><li><b>FASIITAS UNTUK MEMONITOR KEUANGAN : </b>Kamu juga bisa memantau transaksi keuangan secara real-time. Tidak perlu
menunggu karena semaunya dalam genggaman di smartphone dengan Jenius. Terdapat fitur monitoring transaksi keuangan dalam aplikasi untuk mengatur keuangan, yaitu:</li></ul><ol><li><b>Semua transaksi uang keluar dan masuk di Saldo Aktif</b> bisa Anda telusuri. Bisa melihat daftar permintaan uang/pengiriman uang yang sudah dijadwalkan.</li><li><b>Pencarian lebih detail dengan filter yang kamu pilih sendiri</b>. Anda bisa melakukan pencarian berdasarkan besar transaksi, kategori transaksi, rentang waktu transaksi, dan tipe transaksi. <br /></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><b>TOP UP E-MONEY : </b>Sudah jadi bagian dari kebutuhan, punya dompet atau uang elektronik,
GoPay dan OVO misalnya. Masalahnya, kita perlu cara top up emoney dengan mudah
dan cepat dan murah! Jenius menyediakan fitur top-up emoney ke berbagai perusahaan, misalnya GoPay, OVO, Dana, LinkAja dan lainnya. Keunggulannya
adalah Anda tidak perlu mengetik e-money setiap kali akan melakukan top
up karena Jenius sudah menyimpan nomer e-money Anda di fitur e-wallet center
di aplikasi</li><li><b>VIRTUAL CREDIT CARD (VCC) :</b> Nah, ini dia poin yang dari kemarin-kemarin pengen banget Budin bahas. Pembahasannya akan rada panjang, semoga kalian masih semangat '45 bacanya ya! </li></ul><div style="text-align: center;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6fbeE-TzLc4VgJ6iqYSDSSrOrWofB9ENYTIUUEvlL2mRC5Ay64xKxTGVWK46KOL7_A43j5lq6ZnNfVbzDIxQw-6WUzJSUVHwzQ5GycHBklb4Dwc0sMYPHmfqIoHpcXlJUZuFhyLh7OX0/s281/Jenius+Card.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="179" data-original-width="281" height="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6fbeE-TzLc4VgJ6iqYSDSSrOrWofB9ENYTIUUEvlL2mRC5Ay64xKxTGVWK46KOL7_A43j5lq6ZnNfVbzDIxQw-6WUzJSUVHwzQ5GycHBklb4Dwc0sMYPHmfqIoHpcXlJUZuFhyLh7OX0/w400-h255/Jenius+Card.jpg" width="400" /></a></div><br /> <br /></div></div><div style="text-align: justify;"> <span> </span>Bagi kalian yang sering belanja produk digital dari internet sebangsa spotify, netflix ataupun belanja barang dari situs belanja online luar negeri seperti Ali Express dan Amazon pasti tau dong pentingnya kartu kredit dalam proses pembayarannya. Yap, situs-situs tersebut memang tidak bisa diakses dengan kartu debit. Namun seperti yang kita ketahui, kartu kredit yang kita gunakan di situs-situs belanja tersebut sangat rentan dengan tindakan kriminal dunia maya atau yang biasa disebut CYBER FRAUD seperti <i>carding </i>(metode berbelanja menggunakan nomor dan identitas kartu kredit
orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan mencuri data
di internet) dan <i>phising </i>(kegiatan memancing pemakai komputer di internet
agar mau memberikan informasi data diri pemakai (username) dan kata
sandinya (password) pada suatu website yang sudah di-deface. Phising
biasanya diarahkan kepada pengguna online banking. Isian data pemakai
dan password yang vital yang telah dikirim akhirnya akan menjadi milik
penjahat tersebut dan digunakan untuk belanja dengan kartu kredit atau
uang rekening milik korbannya). </div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Nah di sini aku ngerasain banget fungsi dari Virtual Credit Card/e-card yang ditawarkan oleh Jenius. Karena VCC ini sebenarnya berfungsi seperti debit online tapi di approve oleh merchant-merchant di atas, jadi kita harus top up saldo dulu sebelum bisa digunakan. Nominalnya pun bisa sebatas yang dibutuhkan kok. Misal, kita ingin belanja senilai Rp 1.000.000,- kita tinggal top up ke e-card sebesar 1 juta dan e-card sudah bisa langsung digunakan di situs-situs yang aku <i>mention </i>tadi. Dengan fitur ini, aku jadi ngerasa aman banget kalau mau transaksi online dan gak takut credit card-ku dibobol orang gak dikenal. </div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Selain Jenius sebenarnya ada banyak provider Virtual Credit Card lain, tapi aku udah terlanjur jatuh cinta dengan semua kemudahan yang ditawarkan oleh pihak Jenius. Aku juga sangat menyarankan kalian untuk menggunakan VCC terutama untuk transaksi online, jangan sampai deh uang yang kita kumpulin susah payah, dengan nguras keringat hingga bercucur airmata, malah dikuras habis oleh <i>carder </i>dengan mudahnya. Jenius juga sudah bisa digunakan untuk verifikasi PayPal lho, jadi buat aku yang lagi usaha expand ambil <i>job</i> <i>freelance </i>dari luar negeri dimana rata-rata pihak mereka membayar via PayPal, aku udah gak pusing lagi deh.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: center;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtQ-HLPnv0t6BbpTKN8OFv39dA7XW55cRM-XXi-p5OXHE2f4j8L8HC82iRv_Hxm9bEMb7VzyXlNe05JZ5iZmVXToFINkBored9CRB8Rxaol0kXzyf8iwcCR0dIgTP8uEwUbKEnQscW_-k/s334/Jenius3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="151" data-original-width="334" height="181" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtQ-HLPnv0t6BbpTKN8OFv39dA7XW55cRM-XXi-p5OXHE2f4j8L8HC82iRv_Hxm9bEMb7VzyXlNe05JZ5iZmVXToFINkBored9CRB8Rxaol0kXzyf8iwcCR0dIgTP8uEwUbKEnQscW_-k/w400-h181/Jenius3.jpg" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jenis-jenis kartu pada Jenius<br /></td></tr></tbody></table><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span> </span><span> </span>Mungkin kalian bingung pada awalnya, jangan sedih, Budin pun sama! Hahaha! Daftar satu aplikasi tapi banyak bener dapet kartu. Ada m-card, e-card dan juga x-card. Tapi ternyata fungsi mereka beda-beda loh!</div><div style="text-align: justify;"><ul><li><strong>M-Card</strong> – Ini merupakan<strong> </strong>primary card alias kartu utama untuk akunmu, kartu ini berbentuk fisik dan dapat digunakan untuk transaksi <strong>di semua ATM jaringan Prima, ATM Bersama, Plus</strong> tanpa terkena biaya admin <strong>(syarat dan ketentuan berlaku)</strong>. Setelah proses registrasi dan verifikasi berhasil, M-Card akan dikirim ke alamat korespondensi yang kamu daftarkan. Proses pengiriman cepet banget pakai si Ninja. wkwkwkwk!<br /><strong></strong></li><li><strong>E-Card</strong> – Kartu ini juga banyak disebut sebagai kartu debit rasa kredit . Kamu bisa menggunakan kartu jenis ini untuk
bertransaksi ke semua merchant yang support pembayaran kartu kredit.
Kartu jenis ini tidak ada fisiknya, kalian bisa pakai kartunya melalui <strong>aplikasi</strong>.</li><li><strong>X-Card</strong> – Kartu ini adalah kartu “<strong>secondary</strong>” yang fungsinya sama seperti M-Card. Bentuknya ya kartu seperti M-Card, bisa tarik tunai juga dan kamu bisa request maksimal 4 kartu di menu <strong>Card Center</strong>.
X-Card biasanya dipakai sesuai dengan preferensi masing-masing dalam
mengelola keuangan. Misal kartu satu untuk Akira, kartu dua untuk Gending, kartu 3 khusus untuk Bali Belly dan kartu 4 khusus untuk budget liburan. Jadi pengelolaan keuanganmu bisa bener-bener teratur dengan Jenius apps ini. Sama seperti M-Card, kartu ini juga akan dikirim ke alamat korespondensi yang kamu daftarkan di aplikasi.</li></ul></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span> </span>Akhir kata, aku sungguh merekomendasikan kalian untuk bijak mengelola keuangan dengan aplikasi Jenius. Buat aku yang cukup <i>well-coordinated </i>masalah duit, Jenius ini jelas sangat membantu untuk aktifitas keuanganku sehari-hari. Aku bahkan berencana menutup kartu kredit yang sudah setia satu tahun terakhir menemaniku, mengingat beberapa bulan lalu pernah sangat pusing karena ada transaksi belanja Ali Express gak dikenal di kartu kreditku (<i>but lucky me, </i>setelah diselidiki dana bisa kembali). Dan jangan lupa gunakan <i>refferal code </i>$nandakitanian untuk dapetin promo menarik dari Jenius ya!<br /></div><div style="text-align: justify;"><span></span><span></span></div></div>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-75042182441706326722020-10-07T11:11:00.003+07:002020-10-07T11:11:30.672+07:00Berpikir Seperti Anak-Anak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wA5o-QUA3jW6r4lymPbNe7RzHlLQ3F9xbKv208ZtC8nRyQYkmEmcib86FoK8aDJTJMwq4B6xNvNTkgYIIsMumOQnfsGj-hrXTPEmO1uc0uZKpqKESGotJn51M1avuI0NW2yLSVV9SIg/s1024/IMG-20201005-WA0047.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4wA5o-QUA3jW6r4lymPbNe7RzHlLQ3F9xbKv208ZtC8nRyQYkmEmcib86FoK8aDJTJMwq4B6xNvNTkgYIIsMumOQnfsGj-hrXTPEmO1uc0uZKpqKESGotJn51M1avuI0NW2yLSVV9SIg/s320/IMG-20201005-WA0047.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"> Sebelum aku multi ngoceh panjang lebar, aku hanya ingin mengingatkan kalian kalau di sini aku menulis bukan sebagai pakar parenting, bukan sebagai psikolog anak, bukan pula sebagai anggota Komisi Perlindungan Anak. Aku menulis sebagai seorang ibu millenial yang sedang berusaha menjadi ibu dari versi yang kuinginkan saat aku masih anak-anak. Tentu saja realitanya sering melenceng dari harapan, tapi ada banyak hal yang bisa tetap aku wujudkan, termasuk pola parenting untuk bisa berkompromi dengan anak.</p><p style="text-align: justify;"> Beberapa waktu lalu, aku mendapat pertanyaan tentang alasanku menitipkan anak-anak di Bali. Ada banyak sekali alasan untuk itu, tapi kebanyakan dari alasan-alasan tersebut bersifat private dan beberapa orang akan merasa tidak nyaman jika aku membuka alasan itu di sosial media. Namun aku bisa mengungkapkan beberapa alasan yang mungkin saja bisa menjadi bahan pertimbangan kalian saat kalian menjadi ibu atau selama kalian menjadi seorang ibu.</p><p style="text-align: justify;"> Dalam beberapa keputusan parentingku, aku mencoba untuk tidak selalu bersikap egois terhadap anak-anak. Aku berusaha berpikir seperti seorang anak-anak, mencoba kembali menjadi Radinna kecil dan mempelajari bagaimana pola pikirku sebagai seorang anak. Apa yang kuinginkan saat aku seusia mereka Anak-anak mungkin tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan, tapi mereka tau apa yang diinginkannya. Sebaliknya, orangtua merasa tau apa yang dibutuhkan anak-anaknya, namun sering abai terhadap keinginan mereka.</p><p style="text-align: justify;"><span> <span> <span> Dengan kondisiku saat ini yang tinggal di ruko sendirian, aku sebenarnya bisa saja mengajak anak-anak dan Alda tetap tinggal bersamaku di sini. Aku tetap bisa mengurus usahaku di lantai 1 dan main bersama anak di lantai 2. Tapi apa yang akan aku beri pada mereka? Berhari-hari dikurung di kamar tanpa merasakan udara segar di luar ruko? Saat ada pilihan lebih baik untuk tinggal di Bali, apa aku harus tetap egois memaksa mereka menemaniku di sini hanya karena aku takut tinggal sendirian dan ga sanggup jauh-jauhan terlalu lama sama anak?</span></span></span><br /></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span> <span> <span> Di saat berhadapan dengan keputusan-keputusan sulit terhadap anak, aku mencoba memposisikan diriku sebagai anak-anak. Mereka belum bisa menyampaikan apa yang benar-benar mereka inginkan, jadi aku hanya bisa menerka-nerka, saat aku seusia mereka, apa yang lebih aku inginkan? Tinggal bersama ibuku meski tidak bisa bebas bepergian atau tinggal bersama kakek nenekku tapi bisa bebas bermain bersama sepupu-sepupu, berinteraksi dengan anak tetangga dan ada halaman luas untuk belajar naik sepeda? </span></span></span><br /></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> Jika boleh memilih, tentu Radinna kecil akan lebih memilih tinggal bersama ibunya di Bali. Tapi saat aku tidak bisa mendapat segala hal yang aku inginkan, aku harus belajar berkompromi dengan keadaan, begitupun anak-anakku. Mereka tinggal terpisah dengan sosok terdekatnya dan harus beradaptasi di lingkungan baru, tapi mereka bisa leluasa menghabiskan masa kanak-kanak sebagaimana mestinya. Sementara aku memang bisa fokus mencari uang, tapi aku harus merasakan kesepian dan rasa sedih yang luar biasa setiap kali merindukan mereka. </span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"> Sejatinya, aku dan anak-anakku sedang belajar bersama-sama. Kami berada di dalam proses menjinakkan ego dan berkompromi terhadap satu sama lain. Hal-hal seperti ini akan bermunculan di sepanjang hidup kami dan mungkin akan semakin complicated kedepannya. Tapi aku berusaha percaya, mereka akan tumbuh sebagai generasi yang lebih baik dariku. Generasi yang mudah beradaptasi, pantang menyerah dan sanggup berkompromi untuk mencari solusi terbaik. </p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Tertanda,</p><p style="text-align: justify;">Budin yang selalu menyebut Akira dan Gending dalam doanya</p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-9159937660191376152020-09-02T21:18:00.000+07:002020-09-02T21:18:01.116+07:00Tentang Tiga Perempuan<p style="text-align: justify;"> <span> Sudah ada dua cerita pendek yang aku publish di blog. Yang satu berjudul Amplop Kosong dengan karakter utama bernama Nining. Nining adalah perawan (agak) tua yang pekerja keras (sekeras pemikirannya), independent dan juga cerdas. Ia adalah jenis perempuan kaku yang ambisius, berani memutuskan untuk resign dari kantor lama dan berjualan daster hasil karyanya <i>door to door</i>. Meskipun seringkali mengambil jalan-jalan antimainstream, tapi Nining tetap teguh dengan pendiriannya. </span></p><p style="text-align: justify;"><span><span> <span> <span> <span> Cerita pendek kedua berjudul Anak Perempuan dengan karakter utama bernama Ayu. Berbanding terbalik dengan Nining, seperti namanya, Ayu adalah sosok perempuan yang lembut dan penurut. Lebih mementingkan keluarga ketimbang isi hatinya sendiri, tidak memiliki ambisi besar dan lebih suka ikut arus yang berjalan saja. Menerima nasib dikawinkan saat usia masih sangat muda dan bertahun-tahun berusaha keras memenuhi 'kodrat' seorang perempuan untuk bisa hamil namun Tuhan tidak pernah mempermudah hidupnya begitu saja. Setelah 5 tahun menunggu, Ayu akhirnya hamil dan langsung kehilangan bayi yang dinantinya dalam hitungan 3 bulan. </span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> <span> <span> <span> <span> Nah yang akan menyusul, cerita pendek ketiga berjudul Bukan Bookingan dengan karakter utama bernama Erika. Karakter berbeda dari Nining yang keras dan Ayu yang lembut, Erika adalah karakter penyeimbang dengan sisi jenakanya. Perempuan yang berprofesi sebagai pramugari ini tidak pernah punya rencana dalam hidup. Baginya, hidup hanya tentang hari ini, dia tidak mau direpotkan dengan rencana-rencana untuk hari esok yang belum tentu akan datang. Tidak percaya dengan konsep pernikahan, hidup bebas bergelimang harta dan dikelilingi laki-laki tampan. Lebih lengkap tentang karakter Erika bisa kalian baca saat cerpennya publish di blog ya.</span></span></span></span></span><br /></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> Tiga Perempuan adalah kisah persahabatan Nining, Ayu dan Erika yang bermula dari <i>open trip </i>yang mereka ikuti ke Kepulauan Samudra. Rencananya, kisah Tiga Perempuan ini ingin aku post di KBM app (aplikasi Komunitas Bisa Menulis), tapi cerita pendek pengenalan karakter dan spin off cerita-cerita masa lalu mereka aku posting di blog pribadi dan juga instagramku. Akan banyak sekali cerita sedih, lucu dan menginspirasi dari perjalanan mereka. Ini challenge untukku apakah bisa menyelesaikan <i>the whole story</i> sesuai deadline yang aku tetapkan sendiri. Kalian gak sabar? Sama! Semoga bisa segera terealisasikan ya!<br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-63510157597365730592020-09-02T19:02:00.004+07:002020-09-02T19:02:59.107+07:00Berteman Pasca Berpisah<p style="text-align: justify;"> <span> <span> Banyak orang salah sangka mengira aku rujuk setiap kali melihat postinganku saat sedang bersama mantan suamiku. Begitu juga dengan mereka yang langsung menduga 'oh ini pacar barunya Budin' setiap kali aku posting sedang bersama teman laki-lakiku. </span></span>Aku tidak terlalu menyalahkan mereka, mungkin mereka memang tidak terbiasa melihat laki-laki dan wanita memiliki hubungan pertemanan biasa. Di tulisan kali ini, aku ingin berbagi sudut pandangku yang memutuskan untuk tetap berteman baik setelah berpisah dengan Maherda. </p><p style="text-align: justify;"><span> <span> Aku memang tidak pernah secara gamblang menceritakan alasan perpisahan kami, karena itu melibatkan orang lain yang tentu akan keberatan jika disebut namanya. Tapi yang jelas (seperti yang selalu aku katakan) kami tidak berpisah karena ada perempuan ataupun laki-laki lain. Kami juga bukan berpisah karena faktor ekonomi (seperti yang pernah diduga oleh salah satu follower instagramku) karena perpisahan itu sudah dibicarakan dan bahkan kami sudah pisah rumah sebelum pandemi datang. Perpisahan ini terjadi karena kami sudah lelah berdebat. Bertengkar. Dan menangis. Kami sudah tidak nyaman lagi untuk hidup bersama sebagai suami-istri dengan segala tanggung jawabnya. Sebelum akhirnya kami saling menyakiti lebih jauh lagi dan menjadikan ini sebagai pembenaran untuk berselingkuh, maka kami dengan lapang dada (akhirnya) memutuskan untuk saling melepas dan tetap berhubungan baik demi anak-anak kami.</span></span><br /></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span> <span> <span> Mungkin karena tidak ada faktor orang ketiga ini lah yang membuat kami bisa tetap berteman. Karena perpisahan ini terjadi tanpa melibatkan emosi sesaat saja, melainkan sudah melalui pertimbangan matang selama 1 tahun sebelumnya. Ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan, jujur saja. Aku bukan perempuan berhati malaikat, aku punya segudang rencana jahat untuk membuat mantan suamiku benar-benar menderita hanya agar ia merasakan sakit yang pernah aku rasakan. Aku pernah berpikir untuk mengumbar semuanya agar kami tenggelam dalam rasa malu bersama-sama. Aku pernah berpikir untuk mengabaikannya bertahun-tahun meski kami tinggal di bawah atap yang sama. Aku pernah berpikir untuk memakinya dengan sumpah serapah meski sadar betul, kesalahannya ada pada KAMI, bukan dia saja. Tapi amarah, rasa benci, saling serang dan saling maki itu bagaikan penyakit hati yang melemahkan manusia. Aku sudah mengalaminya. Masa-masa galau yang aku isi dengan minum miras, begadang, menangis, tidak bisa makan dan susah berkonsentrasi dengan pekerjaanku, semuanya memuncak saat aku sakit dan harus dirawat inap. </span></span></span><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Saat itu aku bertanya pada diriku sendiri, mau sampai kapan ini terjadi? Cinta kami sudah pudar, lalu kami bertahan demi apa? Demi anak-anak yang seringkali melihat ibunya menangis di depan mata? Ibunya yang egois menyalahkan ayah mereka padahal mereka sama sekali tidak mengerti masalah orangtuanya? Aku tidak ingin memberi kenangan pahit pada masa anak-anak mereka yang seharusnya jauh lebih bahagia daripada masa kecilku dulu. Besar inginku, anak-anak tumbuh besar tanpa harus melihat betapa menyebalkan dua orang dewasa saat harus berumah tangga dan terikat dalam pernikahan seperti masa kecilku dulu yang seringkali harus melihat orangtuaku bertengkar di depan mata. </span></span></span><br /></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Jadi, meskipun aku berkata aku tidak berhati malaikat, aku juga tidak pula sebejat iblis jahanam. Aku tidak mau membuat kekacauan di keluarga orang lain. Aku juga tidak mau memutus hubungan orangtua dan anak dengan memperebutkan hak asuh mereka. Kami bicarakan semuanya dengan kepala dingin dan mencari titik tengah yang terbaik bagi anak-anak tanpa harus mengorbankan perasaanku ataupun mantan suamiku. Aku sangat bersyukur karena aku dan Maherda bisa menyelesaikan hubungan kami dengan baik tanpa harus berseteru dan saling menjelekkan masing-masing di sosial media. Kami bahkan bisa saling bercerita sedang dekat dengan siapa dan pengalaman-pengalaman lucu yang kami hadapi. Cemburu? Sudah tidak bisa dan tidak ada lagi. Aku sudah membunuh perasaan-perasaan itu saat memutuskan untuk melepasnya. </span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Kenapa meskipun sudah tinggal terpisah dari anak-anak, kami masih sering bertemu dan jalan-jalan bersama? Selain karena masing-masing dari kami belum punya pasangan baru, sebenarnya karena Maherda satu-satunya orang yang bisa mengerti kerinduanku dengan anak-anak. Meski aku berusaha cuek, tapi sebenarnya aku seringkali khawatir berlebihan, padahal mereka diasuh oleh kedua orangtuaku yang aku tau persis, tidak hanya akan merawat tapi juga mendidik mereka dengan baik. Tapi separation-anxiety ini benar-benar menyiksaku dan membuat waktu berjalan sungguh lambat. Aku harus mencari banyak kegiatan untuk membunuh waktu dan Maherda menawarkan diri untuk melakukannya bersama, tentu saja sebagai teman yang baik dan sesama jomblo yang pengertian.</span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Kami sudah berkali-kali menegaskan bahwa kami tidak ingin kembali bersama sebagai suami-istri karena tau persis, hubungan ini sudah rusak dan tidak akan pernah kembali harmonis seperti dulu. Serindu apapun aku terhadap hubungan di masa lalu, aku sadar bahwa berteman jauh lebih baik. Kami tidak harus takut kehilangan apalagi cemburu karena kami berteman. Dan kondisi ini jauuuuuuhhh lebih baik daripada ribut-ribut di depan anak-anak kami.</span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-89453602525575243452020-08-29T21:04:00.003+07:002020-09-01T17:26:18.012+07:00CERITA PENDEK : Anak Perempuan<p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Ayu memandang keriuhan teman-teman seangkatannya mencorat-coret baju seragam mereka. Bahagia sekali mereka tampaknya, tidak seperti Ayu yang termenung lama dengan wajah muram. Ia tidak mengijinkan seorangpun menandatangi seragamnya, pun belum sekalipun ia menyemprotkan cat pylox di tangannya ke seragam anak lain. Ia hanya duduk diam di bawah pohon kamboja, dekat kantin sekolah dengan pikiran yang campur aduk.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Bagi anak lain, hari ini adalah hari terakhir mereka menjadi anak sekolahan. Namun bagi Ayu, hari ini adalah hari terakhirnya menjadi seorang anak-anak. Karena kalau anak lain akan melanjutkan esok sebagai anak kuliahan atau pekerja pabrik, esok Ayu akan melanjutkan hidup menjadi istri seseorang. Jangan kaget. Ayu memang lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang berpikiran bahwa SMA adalah jenjang pendidikan tertinggi yang berhak diperoleh anak perempuan. Tidak perlu sekolah terlampau tinggi untuk bisa masak, mengurus rumah dan membuat anak, bukan? Sekolah bukan investasi yang tepat jika kalian bisa memahami pola pikir orangtua pelaku perkawinan usia anak seperti orangtua Ayu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Bu Nanik melihat salah satu siswi kesayangannya dari jendela aula. Ayu memang bukan tergolong pelajar berprestasi, tapi ia sangat giat belajar. Bonusnya, ia juga murid yang sopan dan ringan tangan membantu siapapun. Dengan karakter demikian, Bu Nanik yakin Ayu akan memiliki karir cemerlang di dunia kerja, apapun bidangnya. Selain itu, tentu saja ia merasa kehilangan siswi favorit yang senantiasa membantunya mengetik laporan bahkan mengecek silang hasil ulangan kelas sebelah secara diam-diam. Tiba-tiba ide itu muncul begitu saja di kepalanya. Cepat-cepat ia berjalan ke arah kantin, mendekati Ayu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Yu, ibu punya tawaran!”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Ayu menaikkan sebelah alisnya. “Tawaran apa, Bu?”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Gimana kalau kamu ikut ibu? Ibu carikan beasiswa, nanti sisa biayanya serahin ke Ibu aja. Kamu cukup belajar dan bantu-bantu ibu di rumah kalau kamu senggang.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Ayu menarik nafas. Berat. Seandainya ia bisa menjelaskan ke Bu Nanik bahwa biaya bukanlah masalah, namun pola pikir keluarganya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Makasih banyak Bu, tawarannya. Ibu baik banget sama Ayu. Jujur, Ayu pengen banget kuliah. Tapi… Orangtua Ayu pasti ga setuju.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Mereka ga boleh egois gitu dong, kamu punya hak untuk sekolah setinggi-tingginya. Itu resiko mereka punya anak, apalagi ini kan gak membebani mereka. Ibu akan bantu urus semuanya. Soalnya ibu yakin banget, Yu, kamu itu anak baik. Kamu punya masa depan yang cerah. Sayang sekali kalau ga lanjut kuliah.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Bapak sama ibu bukannya egois, Bu. Mereka justru khawatir sekali dengan Ayu makanya pengen Ayu segera nikah. Ayu bersyukur masih dibiayai sampai SMA, banyak sepupu perempuan Ayu yang bahkan baru tamat SMP sudah dinikahkan.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">Bu Nanik tak kuasa menahan rasa harunya dan memeluk Ayu. “Ibu masih gak ngerti pola pikir keluargamu, Yu. Tapi Ibu sedih, kamu masih semuda ini sudah harus bersikap dewasa terhadap mereka yang sudah tua.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;">“Ibu jangan sedih, Ayu ikhlas kok. Sedih, pastinya. Tapi Ayu sadar, ini demi kebaikan Ayu juga. Kalau Ayu cepat nikah, Ayu gak akan terseret arus pergaulan bebas. Ayu bisa menjalankan kodrat sebagai perempuan sesuai alurnya. Walau gak bisa jadi guru hebat seperti Ibu, Ayu masih bisa jadi istri dan ibu yang hebat untuk anak-anak Ayu.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;"> Bu Nanik mengangguk. “Kalau itu memang sudah jadi keputusan Ayu, Ibu hargai. Ibu hanya mohon, kalau bisa ini berhenti di Ayu. Kelak saat Ayu punya anak perempuan, beri ia pilihan yang sama seperti anak lelaki. Jangan paksa mereka dibalik alasan kodrat, karena sekolah dan karir itu bukan hanya milik laki-laki. Kita juga berhak memilikinya, berhak memilihnya.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;"> Ayu menggenggam tangan Bu Nanik. “Seandainya Ayu bisa punya keberanian sebesar itu untuk menghentikannya, Ayu pasti akan terima tawaran Ibu sekarang. Sekarang Ayu hanya bisa berdoa, bukan berdoa supaya anak-anak perempuan Ayu tidak bernasib sama. Ayu berdoa agar hanya melahirkan anak laki-laki saja.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;"> Merubah nasib dan mengatur jenis kelamin anak dalam kandungan itu sama saja sulitnya. Tapi bagi Ayu dan keluarganya yang sederhana, berdoa kepada Tuhan untuk memiliki anak lelaki jauh lebih memungkinkan daripada menuntut kesetaraan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 28px;"> </span></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-2871727131697418202020-08-28T12:30:00.004+07:002020-08-28T12:30:33.028+07:00Cerita Pendek : Amplop Kosong<p style="text-align: justify;"> <span> <span> Nining menyalami pasangan pengantin baru yang tengah menebar senyum ke seluruh tamu undangan. Sang pengantin perempuan, Ratri, adalah teman seangkatan SMA-nya dulu yang bahkan (seingat Nining) tidak pernah mengobrol dengannya semasa sekolah. Sementara Raharjo, suami Ratri adalah kakak kelas mereka yang dulu pernah mengejar-ngejar Nining semasa MOS. Semua murid, bahkan guru-guru hingga ibu kantin sekolah mereka tau persis seberapa besar usaha laki-laki itu mendekati Nining. Anehnya, meski Raharjo cukup tampan dan disegani karena embel-embel anak Sekda di kota mereka, Nining tidak pernah tergiur untuk menerima tawaran Raharjo untuk berpacaran. Raharjo belum dewasa, dan lelaki kekanak-kanakan bukanlah tipe laki-laki idamannya, begitu alasan yang Nining beri setiap kali ditanya kenapa menolak Raharjo. Jawaban itu mengundang banyak tanya, 'kedewasaan seperti apa yang Nining inginkan dari laki-laki usia belasan?'</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span> <span> <span> "Selamat ya, Ratri dan Mas Harjo. Semoga pernikahannya langgeng hingga maut memisahkan dan senantiasa diberi kebahagiaan."</span></span></span><br /></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Ratri melengos, ia bahkan tidak sudi berbasa-basi untuk menerima ucapan selamat dari Nining. Ia mengundang Nining hanya untuk pamer bahwa Mas Raharjo akhirnya, setelah 10 tahun, bisa move on dari Nining dan menikahinya. Ratri sama sekali tidak menyangka bahwa Nining akan menyambut baik undangan itu dan hadir di hari bahagianya.</span></span></span><br /></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> "Terima kasih ya, Ning sudah menyempatkan hadir. Kamu pasti sibuk jualan keliling, tapi kamu mau meluangkan waktu hari ini." Raharjo tersenyum mengejek. Nining, seolah tidak terganggu dengan ucapan Raharjo, tetap membalas penuh senyum.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> "Aku loh yang makasih, Mas. Padahal kita gak pernah dekat, tapi Mas tetep undang aku di hari bahagia kalian. Lumayan aku bisa dapet makan gratis. Maaf tadi aku ngamplop kosong ya, Mas. <i>Soale eman </i>uangku Mas. Nyarinya susah, mesti ngider ke rumah-rumah orang buat jualin daster. Aku yakin uang Mas pasti lebih dari cukup jadi gak butuh uang amplop dari aku."</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Raharjo dan Ratri tercekat mendengar ucapan Nining. Uli, sahabat Nining yang juga teman sekelas Ratri menarik lengan Nining cepat untuk menjauhi area panggung pengantin. </span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> "Kok kamu ngomong gitu? Gak sopan lho, Ning. Kalau mau ngamplop kosong ya diem-diem aja, gak usah ngomong depan orangnya."</span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> <span> "Lho justru kalau kita diem-diem itu yang gak sopan, Li. Masak kita diundang dan dikasih makan malah bohongin yang punya acara? Mending jujur aja, mereka pasti ngerti. Lagipula, mereka ngundang kita bukannya butuh amplop kok."</span></span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> <span> "Kalau bukan amplop, terus apa?"</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> <span>"Mereka butuh doa untuk pernikahannya. Menikah itu hanya 1 hari Li, tapi pernikahan? Mereka butuh didoakan agar bisa bertahan satu sama lain untuk waktu yang lama. Mengingat karakter mereka yang sama kekanakannya, aku rasa mereka jauh lebih butuh doa tulus dari tamu-tamu seperti kita dibandingkan amplop yang isinya tak seberapa."</span></span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> <span> <span> Uli tertawa mendengar ucapan sahabatnya. Mereka bergegas menuju meja prasmanan, tak sabar 'membeli' makan dari doa yang telah mereka sambatkan.</span></span></span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: center;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span>***</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: right;"><i>Ditulis dan disebarkan oleh Radinna Nandakita</i></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-35105801616652290932020-08-28T11:13:00.001+07:002020-08-28T11:13:10.932+07:00Perjuangan Wirausaha PART 1<div style="text-align: justify;"> <span> </span> Tulisan ini aku buat karena beberapa followersku di instagram mengeluh dengan pekerjaannya dan berkata, "enak ya Mbak Dinna punya usaha sendiri, gak perlu ngerasain tertekan sama bos." <i>Well</i>, aku gak akan menyalahkan pemikiran itu karena dulu pun saat aku masih jadi budak-koorporat (istilah sadis dari karyawan), aku punya pikiran yang sama terhadap orang-orang yang ber-wirausaha. Jadi aku putuskan untuk menulis beberapa pengalaman wirausahaku sebagai 'penyeimbang' agar orang-orang tidak melulu melihat sisi enaknya saja. Tulisan ini bukan berarti aku mengeluh ya, jujur saja aku mulai menikmatiku kok masa-masa ini, tapi tetap saja, layaknya koin, semua pekerjaan punya dua sisi yang bersebrangan. <span></span></div><a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2020/08/perjuangan-wirausaha-part-1.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-46994032800832626562020-08-13T20:59:00.003+07:002020-08-13T20:59:47.643+07:00Long Distance Motherhood<p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> Sebelum aku membuat keputusan untuk menitipkan anak-anak di Bali, aku coba nanya ke beberapa temenku yang sudah lebih dulu ngerasain pisah sama anak-anaknya, entah karena harus kerja jauh atau karena bercerai. Mereka selalu meyakinkan aku bahwa ini hanya terasa berat di awal, <i>by the time, </i>aku akan terbiasa. Pisah sama anak gak akan mengurangi sedikitpun rasa sayang kita ke mereka, <i>because you are still their mother even you don’t live under the same roof. </i>Perkataan-perkataan ini lah yang membuatku mantap akhirnya menitipkan anak-anak di Bali meski proses perceraianku belum sepenuhnya selesai. Bahkan, saat ini aku sudah tidak yakin untuk mengurusnya lagi. <i>I will tell you why.<span></span></i></p><a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2020/08/long-distance-motherhood.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-63247045439247348412020-08-10T19:31:00.002+07:002020-08-10T19:31:34.884+07:00Definisi Gentleman Yang Sesungguhnya<p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> Aku suka banget kalau laki-laki bersikap <i>gentle</i>. <i>Seriously, I’m not that weirdo </i>yang gak klepek-klepek kalau dipepet gentleman. Tapi…. Kadang laki-laki sering salah mengartikan <i>‘gentleman’</i>sebagai <i>‘let me do all those things for you’</i>dimana ini GAK COCOK banget buat jenis perempuan seperti aku yang ngecat aja bisa sendiri. Aku bisa naik motor berbagai jenis, entah itu motor besar semacam scorpio, motor antik seperti vespa tua atau motor simple seperti Honda scoopy. Begitupun dengan mobil, bisa nyetir manual juga matic. Di kondisi kepepet, aku malah bisa nyetir sambil menyusui (tapi ini engga buat ditiru sama sekali ya gengs). Jadi <i>basicly</i>, aku ga butuh laki-laki buat nganter-jemput aku kemanapun, <i>I can do it by myself.</i>KALAUPUN, mereka dengan senang hati menjemputku, <i>I will appreciate it</i>. Tapi ya gak usah terus-terusan juga sih. Jatuh cinta harus dua arah, begitupun kebaikan-kebaikan yang terjadi di dalamnya. Kalaupun aku gak bisa jemput si cowok, minimal aku bisa permudah dengan ketemu di kawasan deket rumah tinggalnya sebagai balasan atas jemputan dikencan sebelumnya. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> <i>Gentleman </i>juga bukan berarti bersikap royal setiap saat dan bayarin semua makan saat nge-date atau belanjain ceweknya, apalagi kalau hubungannya baru sebatas pendekatan, hubungan casual atau pacaran. Kalau udah masuk ke ranah pernikahan, okelah. Aku penganut prinsip ‘uangmu, uangku, uang kita sama-sama. Gak ada yang disembunyikan’. Giliran hubungannya lanjut, malah mencak-mencak marah dan menganggap perempuan matre, padahal elu-nya juga bego <i>boys,</i>ngapain juga bayar-bayarin kalau gak ikhlas?<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> Jenis <i>gentleman </i>yang aku suka adalah mereka yang bisa bertanggung jawab mengurus diri mereka sendiri, menunjukkan <i>effort </i>terbaik mereka tanpa mengharap imbalan dan <i>pure </i>sebagai bentuk tanda cinta aja dan yang terpenting, SUPPORTIVE ke lawan jenis. Aku ga suka laki-laki sok superior yang ngerasa perempuan gak bisa melakukan apa-apa tanpa laki-laki. Mungkin aku pribadi gak bisa melakukan semua hal yang biasanya dilakukan laki-laki, misal perbaiki mobil atau bangun rumah, but hey, bahkan gak semua cowok loh bisa melakukan itu. Dan sekalipun aku gak bisa hal-hal pertukangan, aku bisa cari uang buat bayar orang yang mau ngerjain hal-hal itu. Jadi dibanding laki-laki yang selalu melakukan apapun untukku karena menganggap aku gak bisa apa-apa tanpa mereka, <i>I prefer to choose those kind of guys </i>yang memberi bantuan saat diminta, bukan selalu ngasih bantuan tanpa diminta dan membuat aku manja. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> <i><o:p></o:p></i></p><p class="MsoNormal" style="font-family: Calibri; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-24642471932231759752020-08-09T17:33:00.000+07:002020-08-09T17:33:00.039+07:00SAFETY EMERGENCY PROCEDURE : TURBULENCE CONDITION<p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><span> <span> <span> <span> </span></span></span></span> Hai semuanya! Di sini aku mau jelasin ke kalian, prosedur standar yang harus dilakukan seorang pramugari saat berhadapan dengan turbulence. Turbulence itu adalah guncangan yang terjadi saat penerbangan berlangsung. Ini adalah materi yang akan kalian pelajari saat ground training nanti, tapi akan lebih baik lagi kalau kalian sudah memahaminya justru sebelum kalian terbang aktif. Selain untuk menambah pengetahuan saat kalian terbang sebagai penumpang, dengan membaca tulisan ini kalian jadi bisa mencuri start lebih awal untuk belajar. </p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><span> </span>Saat aircrew melakukan pre-flight briefing, mereka memberi arahan yang mencakup informasi mengenai turbulence (jika ada) dan prosedur yang harus diterapkan jika itu terjadi. <o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Jika area turbulence diperkirakan selama penerbangan<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Perkiraan waktu hingga mencapai area dimana turbulence kemungkinan terjadi<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Tingkat turbulence yang mungkin terjadi, entah itu ringan, sedang atau parah<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Tindakan yang diinginkan oleh PIC (Pilot In Command/Captain) agar dilakukan oleh awak kabin saat turbulence terjadi<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Cara yang digunakan oleh awak pilot untuk memberi tahu awak kabin bahwa turbulence akans segera terjadi. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><o:p> </o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">Nah saat awak pilot merasa bahwa jenis turbulence yang terjadi tidak aman bagi para awak<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">kabin untuk melakukan service, maka mereka akan memberi command melalui PA (Public Announcement) :<o:p></o:p></p><p align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: center; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><b>“FLIGH ATTENDANT BE SEATED”</b><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><o:p> </o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><span> </span>Jika kalian mendengar command seperti di atas, berarti turbulence-nya cukup kencang atau tergolong kategori MODERATE atau SEVERE INTENSITY TURBULENCE. Yang harus awak kabin lakukan :<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Menghentikan service/sky sale secepatnya<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Mengamankan diri mereka ke station terdekat dan duduk dengan sabuk pengaman<o:p></o:p></p><p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]-->Menginformasikan kepada FA 1 (atau purser) dan ke awak pilot mengenai kondisi kabin<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;"><o:p> </o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0.25in; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">Jika command di atas belum diberikan dan guncangan masih terasa ringan (LIGHT INTENSITY TURBULENCE), namun tanda kenakan sabuk pengaman dinyalakan, maka service bisa tetap dilakukan TANPA MENGHIDANGKAN MINUMAN PANAS SEPERTI TEH/KOPI. Awak kabin juga bisa melakukan check cabin untuk memastikan semua penumpang duduk mengenakan sabuk pengamannya.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="-webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: black; font-family: Calibri; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0in 0in 0.0001pt; orphans: auto; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0.25in; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">Turbulence bisa sangat membahayakan dan beresiko patah tulang hingga kematian terutama ditingkatan guncangan yang parah, jadi sebagai awak kabin ataupun penumpang, jangan pernah meremehkan penggunaan sabuk pengaman ya!<o:p></o:p></p><p><style class="WebKit-mso-list-quirks-style">
<!--
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0in;
margin-right:0in;
margin-bottom:0in;
margin-left:.5in;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-family:Calibri;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
@page WordSection1
{size:8.5in 11.0in;
margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in;
mso-header-margin:.5in;
mso-footer-margin:.5in;
mso-paper-source:0;}
div.WordSection1
{page:WordSection1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1706826229;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1100769198 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l0:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:1874532617;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-1191285520 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level2
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level3
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
@list l1:level4
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level5
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level6
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
@list l1:level7
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level8
{mso-level-number-format:alpha-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-.25in;}
@list l1:level9
{mso-level-number-format:roman-lower;
mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:right;
text-indent:-9.0pt;}
-->
</style></p><p class="MsoNormal" style="font-size: medium; line-height: 24px; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"> <o:p></o:p></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-41883678678129163402020-08-08T18:35:00.004+07:002020-08-08T18:35:28.744+07:00Alasan Kenapa Banyak Pramugari Yang Resign Sebelum 1 Tahun Pertama Terbang<p style="text-align: justify;"> Meskipun profesi seorang pramugari menjadi idaman banyak sekali perempuan di negeri ini, tapi rupanya banyak dari mereka yang setelah terbang aktif malah tidak mampu menyelesaikan kontrak. Jangankan kontrak yang makin lama, makin panjang saja durasinya. Banyak dari mereka yang bahkan tidak bisa bertahan di tahun pertamanya. Kenapa? KENAPA??? Well, dari begitu banyak curhatan junior, temen ataupun seniorku, aku bisa merangkum beberapa alasan yang membuat banyak dari mereka akhirnya memilih berhenti sebelum berkembang.</p><p style="text-align: justify;">1. SENIORITAS</p><p style="text-align: justify;"> Aku yakin banget disemua airlines atau bahkan di profesi apapun, APAPUN, akan selalu ada yang namanya senioritas. Senioritas ini bahkan udah sering terjadi saat kita duduk di bangku sekolah. Contoh kecil yang konyol, kita dideketin sama gebetannya kakak kelas. Either habis itu disamperin pulang sekolah atau dilabrak di kantin sekolah sama kakak kelas and the ganks. Di dunia kerja, senioritas jadi lebih complex karena gak cuma berkaitan sama kehidupan pribadi aja, tapi juga menyangkut etika kerja. Mau berdiri ijin, mau makan ijin, mau jalan-jalan ijin, mau ngerokok ijin. </p><p style="text-align: justify;"><span><span>"Mbak ijin di atas ya."</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span>"Mbak aku ijin makan ya."</span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span>"Mbak aku ijin check lavatory ya."</span></span></p><p style="text-align: justify;">"Mbak aku ijin nabok Mbak ya."</p><p style="text-align: justify;"><span> <span> <span> Gak sampai di sana, ada junior yang pernah mengalami masa-masa di mana masuk FLOPS (Flight Operations) udah berasa lebaran karena harus nyalamin SEMUA senior yang ada di sana. Nyiksa? Pastinya! Bayangin kalau ada 50 orang dalam FLOPS, berapa lama waktu yang mereka habiskan buat nyalamin senior-seniornya? Nekat gak nyalamin? Well, kalau seniornya cuek mungkin aman ya. Tapi masalahnya, BANYAK dari mereka yang gila hormat, trus bisa nyemprot di tengah FLOPS dengan ngabsen kata-kata makian.</span></span></span><br /></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span>"HEH MBAK, MATA LO BUTA YA? GAK LIAT GUE DUDUK DI POJOKAN? NGERASA UDAH SENIOR BANGET LO? ID BERAPA SIH? LO MASIH NGEDOT, GUE UDAH DORONG TROLLY, TAU GAK? JADI JANGAN BERANI-BERANI YA LO SENGAK SAMA GUE!"</span><br /></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span> <span> <span>Padahal demi apapun, junior ini adalah anak ter-gak-songong sejagat. Jangankan berani sombong sama seniornya, ngeliat mata senior aja masih takut. Dia cuma nge-skip salaman ke beberapa orang karena buru-buru mesti check nama crew dan nyatet informasi flight-nya seperti registrasi pesawatnya apa, parkirnya di mana dan lain-lain (catat-mencatat ini tugas para junior, anyway).</span></span></span><br /></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span> <span> Sebenernya masih banyak contoh senioritas yang seringkali bikin banyak pramugari gak betah kerja di industri satu ini, tapi kebanyakan dari mereka masih berusia remaja yang GAK TAU bahwa dunia kerja memang SERINGKALI MENYEBALKAN. Kita gak setiap saat bisa beruntung nemu tempat kerja yang enak, nyaman, bergaji fantastis tapi tingkat senioritas rendah. Nope. </span></span><br /></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><br /></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span>2. JAM KERJA TIDAK MENENTU</span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Yap, berbeda dengan rata-rata orang kantoran yang kerja pagi pulang sore, pramugari punya jam kerja yang luar biasa gak nentu. Schedule kita ditentukan per-geneva (siklus 15 hari) antara tanggal 1-15 dan 16-akhir bulan. Schedule terbang inipun bukan kita yang nentuin, tapi pihak scheduling dan ditengah jalan berubah sesuai kebutuhan. Jadi jangan harap deh kita bisa commit dalam hal bikin janji. Kalo kita lagi apes (dimana itu sering banget terjadi, terutama di masa-masa peak season) schedule kita akan dirombak buat gantiin orang lain. Kenapa? Karena banyak yang ijin sakit mendadak lah, ijin sakit beneran lah, ijin sakit karena takut terbang sama senior atau captain-nya lah, akhirnya mau-gak-mau kita deh yang mesti menggantikan mereka. </span></span></span><br /></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Ketidak-pastian ini seringkali membuat para pramugari junior gerah dan kesal. Merasa kehidupan pribadinya jadi berantakan terutama saat mereka punya pasangan yang tidak supportive dan menuntut waktu mereka terlalu banyak. Muncul deh niatan untuk resign meski baru beberapa bulan terbang.</span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span>3. GAJI TIDAK SESUAI</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> <span> Gaji pramugari bukannya gede ya? True, tapi banyak dari mereka yang merasa, nominal yang mereka dapatkan terlalu rendah untuk apa yang mereka berikan. Terlebih setelah mereka memasuki kehidupan pramugari, life style dan standar mereka pun seringkali meningkat. Apa yang dulu mereka anggap cukup, mulai terasa kurang. Beberapa orang memilih pasrah, beberapa tidak menyerah dan mencari tambahan, beberapa melepas begitu saja apa yang sudah ada di genggaman. Meskipun aku tidak merasakan yang samam tapi rupanya ini juga salah satu alasan beberapa pramugari memutuskan resign sebelum melewati tahun pertama mereka.</span></span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span>4. INGIN SEGERA MENIKAH</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span><span> <span> Meski aku salah satu pelaku nikah muda, tapi aku gak pernah kepikiran untuk resign saat ingin menikah dulu. Tapi nyatanya BANYAK BANGET yang resign sebelum melewati tahun pertama karena ingin menikah. Padahal sayang aja, udah susah payah jadi pramugari, eh baru beberapa bulan harus resign karena mau membina rumah tangga. But still, itu urusan pribadi mereka lah, aku ga punya hak ikut campur. Aku cantumin alasan ini karena memang banyak alasan resign yang dilatarbelakangi keinginan untuk menikah. Meskipun banyak juga yang setelah cerai pengen balik terbang lagi. In case ada yang nanya, boleh gak sih pramugari nikah? Boleh-boleh aja, selama gak hamil ya. Tapi itu tergantung kontrak kerjanya juga. That's why sebelum kalian tanda-tangan kontrak kerja, ada baiknya baca kontrak kalian dengan baik. Kalau ternyata ada larangan untuk menikah dan kalian berencana menikah dalam waktu dekat, ya lebih baik gak usah. Daripada harus bayar penalty gede-gede yekan.</span></span><br /></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;"><span> <span> Nah itu dia 3 alasan yang paling sering aku denger saat ada temen-temen pramugari yang memutuskan untuk resign sebelum kontrak kerja-nya berakhir. Kalau kalian adalah ex-pramugari dan dulu juga resign sebelum setahun terbang tapi bukan karena 4 alasan di atas, feel free untuk share di kolom komentar alasan-alasan kalian resign ya. Untuk jadi bahan pertimbangan juga buat calon-calon pramugari di masa mendatang. Cheers!</span></span><br /></p><p style="text-align: justify;"><span><span><span><span><span><span> </span><br /></span></span></span></span></span></p>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-83199794145604766022020-08-04T17:41:00.001+07:002020-08-04T17:55:41.920+07:00You Will Only Believe in True Love When You Have Felt It<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0X77qc17x8q1RsvsT3PHK7gmINZURlIF8jRSBeWWSPKaFVogNf994XiADYZgsYDN30FeHTBOUl0j8DckZIYK0d7ip8JNDc3YTND-T146cGq-KDJ1-sflhO3fIukd2lQhMqVU6gWlXpv8/s1600/1596537682443265-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0X77qc17x8q1RsvsT3PHK7gmINZURlIF8jRSBeWWSPKaFVogNf994XiADYZgsYDN30FeHTBOUl0j8DckZIYK0d7ip8JNDc3YTND-T146cGq-KDJ1-sflhO3fIukd2lQhMqVU6gWlXpv8/s1600/1596537682443265-0.png" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Judul di atas benar. Setidaknya, begitulah pengalaman mengajarkanku tentang percintaan. Aku pernah 2 kali patah hati berat yang sampai membuatku menangis histeris dan berujung bersikap skeptis sama pasangan. I still believe in love, but not the boys. Aku cukup nyaman bergonta-ganti pacar dan gak lagi menjalin hubungan serius selama beberapa tahun. Setiap kali aku merasa perasaanku terlalu dalam, aku melakukan keahlianku : selingkuh. Aku lebih takut diselingkuhi, jadi aku selalu berusaha melakukannya lebih dulu. Jangan buru-buru menyalahkan aku, kalau kamu membaca buku keduaku nanti, kamu akan tau kenapa aku begitu skeptis terhadap laki-laki.</div><div><br></div><div>But that's only before I met him. I just saw his eyes and knew there was something. Sesuatu yang ga bisa aku jelasin karena bekerja di luar nalar manusia : jatuh cinta pada pandangan pertama. I work soo hard to get him. Benar-benar definisi memantaskan diri untuk seseorang, bahkan, gak berlebihan kalau aku bilang, aku bener-bener mendedikasikan diri buat dia.</div><div><br></div><div>But one day, I woke up on the hospital, and everything just go away. After 1 year of fight, I know, I don't 'love' him anymore. I don't love him like we first met. Aku menyadari itu saat aku tidak lagi terbangun di bayang ketakutan akan kehilangannya.</div><div><br></div><div>Dulu aku jatuh cinta dengannya sebagai 'dia' bukan sebagai 'ayah' atau 'suami' yang rupanya ia tidak memenuhi ekspektasiku untuk dua peran itu. Ketika tekanan berkeluarga, tuntutan emosi dan banyak hal dalam rumah tangga turut serta, cinta....terasa memberatkan.</div><div><br></div><div>Sejak itu aku memutuskan untuk melepas hubungan kami, aku mulai menganggap cinta sejati itu semu. Cinta sejati hanya bagian dari fantasi yang manusia harapkan untuk exist, tapi tidak : cinta sejati itu tidak ada. Aku berharap sekali untuk bisa memilikinya, tapi semakin aku berharap, semakin terasa menyesakkan. Menikah puluhan tahun dan masih saling cinta? Apa itu sungguh-sungguh cinta sejati, atau hanya rasa terbiasa? Aku meragukannya.</div><div><br></div><div>Atau menikah puluhan tahun dengan saling menyakiti tapi tidak rela saling melepas, apakah itu cinta? Atau ego-maniac? Aku meragukannya.</div><div><br></div><div>Ada banyak hal yang membuatku jadi meragukan cinta. Jujur saja, aku merasa kehilangan, kesepian, sendirian dan perasaan-perasaan membuatku sedih dan menguras emosi beberapa bulan terakhir. Tapi aku tetap memutuskan untuk berpisah meski aku sadar, perasaan cinta itu masih ada, tapi bukan jenis perasaan yang cukup kuat untuk membuatku rela berjalan di bara api demi membuktikannya. Bukan jenis cinta sejati yang dulu 'kupikir' sudah aku dapatkan. Cintaku hanya sebatas 'ia adalah ayah dari anak-anakku'. Aku tidak lagi merasakan emosi yang terlalu dalam. Sedih saat berpisah, jujur saja iya. Tapi bahkan aku bersedih saat kehilangan anjingku, kehilangan rumahku dan nyaris kehilangan usahaku. Aku memang sering sekali dibuat menangis oleh dunia, tapi bukan berarti mereka semua cinta sejatiku, bukan? </div><div><br></div><div>So, ya... Pada akhirnya aku hanya ingin duduk manis, berada di tempat nyamanku sekarang dimana aku tidak lagi mempercayai hal berbau cinta lagi. Terdengar angkuh, tapi manusia memang diciptakan seperti itu. Berlagak tahu akan semua hal dan paham bagaimana sistem dunia ini bekerja, padahal nyatanya tidak. </div><div><br></div><div>Aku tau, sebagian orang menganggapku egois. Pernikahan bukan semacam barang yang bisa kau buang saat kau tidak menginginkannya. True. Tapi, aku bukannya tidak menginginkannya lagi. Aku justru rela melakukan apapun demi kembali ke masa-masa cintaku masih begitu besar untuknya. Aku...hanya tidak ingin merusaknya dengan pengkhianatan. Akan lebih baik aku akhiri saat aku sadar perasaanku pudar daripada diakhiri saat ia menemukanku bercinta di mobil seseorang. </div>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-72012992662006005622020-07-16T00:39:00.001+07:002020-07-16T00:41:30.210+07:00Perempuan Dalam Cagar Patriarki<div style="text-align: justify;"><font size="5"> Indonesia dan banyak negara lain masih menganut budaya patriarki, dimana laki-laki selalu dianggap setingkat lebih tinggi daripada perempuan dan menempatkan mereka (perempuan) sebagai warga kelas dua yang kurang diperhitungkan. Hal ini menyebabkan perempuan seringkali berada di posisi inferior karena laki-laki selalu mendapat 'hak istimewa-nya' sebagai penguasa tunggal. Budaya patriarki ini sudah ada sejak manusia masih hidup di jaman berburu. Laki-laki bertugas mencari hewan buruan, sementara perempuan hanya bertugas mengurus urusan domestik di rumah dan mengangkang saat sang laki-laki sedang ingin kawin saja. Dan sejak saat itu, warisan budaya patriarki terus diturunkan antar generasi. <span></span></font></div><a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2020/07/perempuan-dalam-cagar-patriarki.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-46351416594453206762020-07-14T23:38:00.004+07:002020-07-14T23:57:03.527+07:00Pengadilan Agama Dan Situasi Depresif Di Dalamnya<h4 style="text-align: justify;"><span style="font-weight: normal;"> </span></h4><h4 style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-size: x-large; font-weight: normal;"> Saat mengajukan gugatan cerai, pasangan non-islam akan pergi ke pengadilan negeri sementara untuk pasangan islam pergi ke pengadilan agama. Karena aku dan Maherda berstatus agama islam, maka aku mengajukan gugatan ke pengadilan agama hari ini. Kami memang sudah sepakat berpisah sejak desember tahun lalu, tapi aku baru mengajukan gugatan di bulan Juli.</span></div><span style="font-weight: normal;"><font size="5"><span></span></font></span></h4><a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2020/07/pengadilan-agama-dan-situasi-depresif.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-75090117521263836572020-05-07T21:43:00.000+07:002020-05-07T21:43:10.007+07:00Renungan Setelah Bercerai<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5XPTJZsY4LRkSIQfpxAyjdBNsNXncbY6rJR18gFon6J7pVql3x-f24Mk8OMWX4fWGpzdPFYcfE4yV1PgGaUZKeNt2OIWZ2-Fk0AKSYQ8cygUaq4Xsj7S8UN5GQ5lShlgv3u2ILA6RwuQ/s1600/20200507_205610_0000.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5XPTJZsY4LRkSIQfpxAyjdBNsNXncbY6rJR18gFon6J7pVql3x-f24Mk8OMWX4fWGpzdPFYcfE4yV1PgGaUZKeNt2OIWZ2-Fk0AKSYQ8cygUaq4Xsj7S8UN5GQ5lShlgv3u2ILA6RwuQ/s320/20200507_205610_0000.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Belakangan ini, duniaku serasa naik roller coaster. Kadang rasanya runtuh hingga hancur berkeping-keping. Kadang seiring begitu banyak doa dan semangat yang menyertai langkah baruku, rasanya damai. Tentram. Hangat.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Banyak dari kalian yang bertanya-tanya, dan aku akan menjawab berusaha menjawabnya senetral mungkin.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="text-align: center;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="text-align: center;">Sebagai permulaan, aku menikah di usia yang cukup muda. Saat itu aku baru berusia 21 tahun lebih seminggu. Hanya beda setahun dibanding usia ibuku dulu saat menikah dengan bapak.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Pernikahan kami tidak sempurna, tapi aku bahagia. Aku bahagia karena menikah dengan lelaki pilihanku yang aku kagumi dan aku cintai sepenuh hati. Bisa dibilang, aku belum pernah merasakan cinta sebesar itu hingga membuatku rela melakukan apa saja untuk bisa hidup bersamanya. Termasuk keputusan menikah muda, dan pindah agama. Seiring waktu berlalu, kita melalui banyak hal hingga aku semakin yakin bahwa kami memang ditakdirkan menua bersama. </span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Hingga kemudian, dipenghujung tahun 2018, kami berseteru. Bukan masalah besar bagiku, tapi rupanya menjadi masalah besar baginya. Di sana aku melihat sosok baru yang tidak aku sadari sebelumnya. Aku sempat 'kabur' ke Bali untuk menenangkan pikiran, dan memutuskan untuk kembali dan berpura-pura masalah kami sudah selesai. </span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Aku merasa hari demi hari, kami semakin menjauh. Kami bercinta seperlunya dan menyapa seadanya. Berkali-kali aku memperingatkan bahwa api ini mulai padam, tapi pada akhirnya lagi-lagi kami memutuskan mengabaikan masalah yang ada karena kesibukan </span><u><span style="font-size: 1,00em;">masing-masing</span></u><span style="font-size: 1,00em;">. Di sana aku mulai sadar, kekecewaan ini mematikan cinta. Dan bagaikan kanker, rasa sakit hati dan dendam ini menjalar keseluruh tubuhku, membawa banyaaaaak sekali beban dikemudian hari. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Betul saja. Bom itu meledak saat aku sakit dan harus opname. Aku merenung, lamaaaa sekali. Aku sadar, pemikiranku ini tidak akan masuk akal bagi semua orang. Tapi memang inilah yang aku rasakan. Aku akhirnya sad cintaku mati. Cinta butaku yang membuatku rela melakukan apa saja untuknya, entah sejak kapan ternyata sudah tidak bersarang pada tempatnya lagi. </span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Aku memutuskan untuk mengakhiri ini sesegera mungkin, mumpung sakit ini masih bisa aku atasi. Mumpung sakit ini tidak berujung saling serang dan menyakiti satu sama lain. </span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
'Apa kamu gak sayang sama rumah tanggamu? Apa kamu gak sayang, karir suamimu yang sudah mapan sekarang?'</div>
<span style="font-size: 1,00em;"><div style="text-align: justify;">
Itu adalah hal terakhir yang aku khawatirkan. Aku menikah dengannya agar bisa berbahagia bersama. Jika kami tidak saling membahagiakan, untuk apa rumah tangga ini bertahan? Jika sebelumnya aku selalu berhasil melalui berbagai rintangan bersama karena aku sungguh begitu mencintainya, apa alasanku untuk melakukan hal yang sama sekarang?</div>
</span><br />
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
'Apa kamu yakin gak akan nyesal? Jadi janda itu berat lho!' </div>
<span style="font-size: 1,00em;"><div style="text-align: justify;">
Aku yakin, bahkan ketika aku menyesali apapun yang terjadi di hidupku, aku akan selalu belajar dari itu.</div>
</span><br />
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;">'Apa kamu gak kasian sama anak-anak?'</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pastinya. Aku sadar, perceraian orangtua sedikit banyak mungkin saja akan mempengaruhi anak-anak kami nantinya. Entah itu pengaruh yang baik sehingga mereka akan jauh lebih matang saat memutuskan untuk menikah atau pengaruh yang buruk, mereka tidak bisa menghargai komitmen pernikahan. Setidaknya, aku berusaha semampuku untuk tetap memberi kehangatan keluarga pada anak-anak. Mahe masih tetap membuka pintu mobil untukku atau merangkul dan mencium keningku di hadapan anak-anak. Secara hati, mungkin kami sudah benar-benar berpisah. Namun selamanya kami akan terikat sebagai orangtua, dan kami tetap menjaganya demikian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Sebut saja aku melankolis, tapi aku percaya, dasarnya pernikahan itu cinta. Lalu ada bumbu romantisme untuk menjaganya tetap membara. Jika cinta tidak pernah dijaga, bagaimana kamu berharap ia akan bertahan dengan sendirinya?</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Di akhir tulisan ini, aku hanya ingin berbagi. Sama sekali aku tidak bermaksud mengajak kalian untuk menyerah begitu saja dengan pernikahan masing-masing. Selagi ada kesempatan, berjuanglah. Selagi ada waktu, dijagalah. Selagi ada satu sama lain, berbahagialah. Namun jika semua jalan sudah kalian tempuh dan kalian sungguh sudah tidak sanggup untuk bertahan, maka relakanlah. Kamu juga berhak bahagia. Jangan sampai dikemudian hari kamu menyalahkan anak-anakmu dan berkata 'ibu bertahan demi kalian!' padahal sepanjang pernikahan yang kalian 'pertahankan' itu, kalian selalu menjadikan anak-anak pelampiasan emosi dan kekesalan. Jangan pernah menjadikan 'demi anak' sebagai tameng dari ketakutanmu menghadapi perpisahan tapi menuntut imbalan dari anak-anak untuk bisa mengembalikan kebahagiaanmu yang telah hilang.</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Akhir kata.... Aku tidak pernah tau, apa lagi yang menantiku di waktu yang akan datang, mungkin saja seperti yang banyak diprediksi orang, aku akan menyesal karena menua sendirian. Tapi mungkin saja aku akan jauh lebih bahagia karena lepas dari segala beban rumah tangga yang selama ini membelengguku. </span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 1,00em;">Hanya waktu yang bisa menjawabnya.</span></div>
<div dir="ltr">
<span style="font-size: 1,00em;">With all the love,</span><br />
<span style="font-size: 1,00em;">BUDIN</span></div>
<br />Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-72403652787290736012019-08-20T09:56:00.002+07:002019-08-20T09:56:43.129+07:00Surat Kedelapan<span id="docs-internal-guid-f89b6b91-7fff-0a86-8ed9-4e86f8c80d49"><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 12pt; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Lobster, cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant-east-asian: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Surat Kedelapan…</span></div>
<br><div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant-east-asian: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-position: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Aku merindukanmu. Dari sekian banyak laki-laki yang kukirimi surat hari ini, kamu adalah sosok yang paling kurindukan. Kau menyembuhkan aku dengan hadir bagai seorang malaikat yang sengaja dikirimkan Tuhan setelah segala kemalangan yang ia limpahkan di hidupku. Mengelus kepalaku setiap kali aku merajuk. Memelukku setiap kali aku menangis dan berkata, ‘akan kukerjai senior gilamu itu! Lihat saja!’. Lalu beberapa hari kemudian kudengar Arimbi sakit. Overdosis obat pencahar. Rupanya kau menukar obat diet miliknya dan isi perutnya terkuras habis selama 3 hari berturut-turut.</span></div>
</span><a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-kedelapan.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-6682360646105229302019-08-19T11:47:00.002+07:002019-08-19T11:47:49.911+07:00Surat Ketujuh<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Saat aku menulis surat ini, aku sungguh ragu apakah aku boleh mengirimnya padamu atau tidak. Aku tau kau pasti membenciku, tidak diragukan lagi. Tapi aku merasa aku harus menjelaskan banyak hal padamu. Aku berhutang itu.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Kamu adalah laki-laki yang baik, Ben. Aku tidak mengatakan ini hanya untuk menyenangkanmu saja, karena kenyataannya kamu memang sebaik yang aku dan kebanyakan orang lain bicarakan.</span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-ketujuh.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-91403067184142508262019-08-19T11:19:00.005+07:002019-08-19T11:19:37.682+07:00Surat Keenam<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: center; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Surat Keenam…</span></div>
<b id="docs-internal-guid-b7259aef-7fff-d0a3-e4af-b4d45d5de07b" style="font-weight: normal;"><br></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-left: 36pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Mungkin kau sudah melupakanku mengingat daftar wanita yang berhubungan denganmu amatlah panjang. Tapi aku tidak akan lupa dengan laki-laki pertama yang mengajarkan aku tentang prinsip dasar Friend With Benefit. Apa kabarmu, Damian Soebakti?</span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-keenam.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-2538244948769083062019-08-19T11:19:00.002+07:002019-08-19T11:19:06.315+07:00Surat Kelima<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Surat Kelima....</span></div>
<b id="docs-internal-guid-ca9a6d19-7fff-4948-1e64-a16bc256e4b1" style="font-weight: normal;"><br></b>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Bonjour, Julian. Kudengar kau mengambil kursus dan kini Bahasa Indonesiamu jauh membaik setelah berpisah denganku. Jadi kau pasti akan mengerti isi suratku, kan? </span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Suratku ini bukan hanya untuk menyapamu. Tapi aku ingin menjawab semua pertanyaanmu yang tak sanggup kujawab saat kita berpisah dulu.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"></span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-kelima.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-4674074288890401872019-08-19T11:18:00.005+07:002019-08-19T11:18:36.717+07:00Surat Keempat<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Surat Keempat…</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 12pt; margin-top: 12pt;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Assalamualaikum Dimas, bagaimana kabarmu? Saat 5 tahun lalu kita memutuskan untuk berpisah aku tidak menyangka bahwa itu berarti kita tidak berhubungan sama sekali. Maka kuputuskan untuk mengirim surat sebagai bentuk silahturahmi kita untuk yang pertama juga terakhir kalinya.</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"></span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-keempat.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-88782578348310728032019-08-19T11:18:00.002+07:002019-08-19T11:18:04.861+07:00Surat Ketiga<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Surat Ketiga…</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 12pt; margin-top: 12pt;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Hai Gin! Senang sekali melihat Indiana Goes Down wara-wiri di layar kaca, meskipun aku kesulitan menangkap wajahmu karena kamera terlalu menyorot vokalismu. Harusnya kau dulu menurutiku untuk jadi vokalis saja. Penggebuk drum selalu mendapat posisi di belakang dan jarang terlihat. Asal kau tahu, aku akhir-akhir ini mulai menjauhi musik klasik dan keranjingan mendengar musik rock sepertimu. Iramanya membuat jantungku terasa berdetak. Aku merasa lebih hidup karenanya. </span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-ketiga.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7200401010582778438.post-46247781010322715202019-08-19T11:17:00.002+07:002019-08-19T11:17:11.411+07:00Surat Kedua<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: center;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Lobster,cursive; font-size: 36pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Surat Kedua…</span></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 12pt; margin-top: 12pt;">
<br></div>
<div dir="ltr" style="line-height: 1.38; margin-bottom: 8pt; margin-top: 12pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"> </span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;"><span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span></span><span style="background-color: transparent; color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; font-style: italic; font-variant: normal; font-weight: 400; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap; white-space: pre;">Selamat ulang tahun Bi… Pasti hatimu saat ini sibuk bertanya, siapa gerangan pengirim surat tanpa nama ini. Aku tidak akan menjawabnya. Tapi aku akan menceritakan sesuatu. Cerita yang selama ini aku simpan darimu. Dari siapapun yang mengenalmu dan mengetahui hubungan kita 8 tahun yang lalu. </span></div>
<a href="https://radinnanandakita.blogspot.com/2019/08/surat-kedua.html#more">Baca selengkapnya »</a>Radinna Nandakitahttp://www.blogger.com/profile/14007971227000179777noreply@blogger.com0