INSECURE

     Masih inget pilot bernama Dhanis yang pernah gue ceritakan di blog ini? Ituloh, copilot ganteng yang mirip banget dengan Maherda tapi versi idaman wanita? Yang waktu itu hampir nikung gue pas jaman alay kami putus-nyambung-putus-nyambung itu? Wah, gak tau. juga? Ya sudahlah gue flashback dulu yaa...
     Jadi di suatu masa dimana kami (gue dan Maherda) baru banget jadian, kami mengalami masa galau yang juga dialami beberapa pasangan ababil lainnya. Karena terlalu banyaknya perbedaan diantara kami, maka gak heran kalo gue dan Maherda bisa putus nyambung berkali-kali. Nah, saat gue dan Maherda sedang dalam posisi rawan itu, gue terlibat penerbangan 4 hari bersama Dhanis. Gue in charge sebagai FA 4 saat itu, yang berarti gue selalu bolak balik service cockpit. Disanalah kemudian perasaan itu tumbuh, jeng jeng! Perhatian Dhanis dan sifat-sifatnya yang romantis, belum lagi ditambah kepintarannya yang diatas rata-rata (gelarnya sama kaya gelarnya Habibie loh) dan juga beberapa kesamaan kami yang membuat kami ngobrol sepanjang malam. Akhirnya gue yang sebelumnya merasa bahwa gak bakal ada cowok lain yang lebih baik dan sabar dari Maherda, setelah penerbangan hari ketiga mengubah pandangan tersebut. Okelah Maherda baiknya kebangetan, sabar dan tabah banget menghadapi segala kemiringan dan manja ala-ala gue, tapi ada orang lain yang mampu membuat gue bahagia, dan dia adalah Dhanis. Maka dimalam ketiga gue mensahkan pemutusan hubungan berpacaran gue dan Maherda yang diterima Mahe dengan nada datar datar saja..
     "Yaudah kalo itu mau kamu."
     Semudah itu kami berpisah. Agak sesek juga sih, secara gue ngarepnya Mahe bakal sakit hati waktu gue bilang ternyata ada cowok lain yang lebih baik dari dia. Ternyata apa yang gue harapkan gak berjalan sesuai kenyataan.
     Gue kira setelah hubungan kami kandas, gue dan Dhanis bisa berbahagia. Nyatanya, di penerbangan terakhir kami menuju Jakarta Dhanis memberitahukan bahwa dirinya sudah menikah dan punya seorang anak. JENG JEEENNGG!!!
     "Ini anak dan istri aku. Kalau memang mau lanjut ya kamu tau kondisi kita..." jelasnya lembut sekali. Gue gak nyangka, cowok sebaik dan sesempurna Dhanis tega melakukan ini kepada gue. Terlebih kepada anak istrinya. Mungkin kalau gue tidak mengalami trauma sebagai anak korban poligami, gue bakal santai aja dengan predikat wanita simpanan yang bakal gue sandang nantinya. Sayangnya gue tau pait-getirnya perselingkuhan itu seperti apa, dan gue gak mau itu terjadi kepada anak dan istrinya. Maka gue memilih untuk mundur teratur. Dhanis menghormati keputusan gue dan memilih untuk tidak banyak berbicara.
      Kami tidak pernah lagi dipertemukan setelahnya. Hingga 1,5 tahun kemudian...
     "Banyak banget reimburst taksinya?" sapa seorang pria di sebelah gue. Saat itu gue sedang mengisi form reimburst taksi untuk penggantian uang gue.
      "Cuma satu kok, ini kertas banyak begini cuma buat jaga-jaga," gue menoleh dan refleks menutup mulut gue agar seruan kaget tidak keluar dari sana. Dhanis berdiri dengan senyum menawannya seperti biasa. Dada gue berdegup lebih cepat, dan saat Dhanis sedang sibuk menulis, gue secepat kilat menyemprotkan parfum ke beberapa bagian di badan gue Belum selesai dikagetkan dengan keberadaan Dhanis di sebelah gue, ada sebuah pandangan tajam yang menusuk gue dari sisi sebelah. My God, gue lupa banget kalo ternyata ada Maherda disana! Dan tentu dia sudah memperhatikan kami dari tadi. Suasana menjadi begitu awkward bagi gue, di satu sisi ada perasaan sedih karena cowok yang gue suka ternyata udah punya istri, dan ia muncul lagi mengingatkan gue betapa penerbangan kami dulu begitu menyenangkan. Di sisi lain, gue pun kini sudah memiliki seorang suami dan gue ditikam rasa bersalah karena masih menyimpan perasaan itu ke Dhanis.
     Gue memutuskan untuk cepat-cepat pergi dan tidak membahas kejadian tadi. Maherda yang biasanya cuek mendadak menawarkan diri untuk membawa koper gue dan menggandeng tangan gue dengan mesra. Di dalam mobil ia berkali-kali mengelus kepala gue dan sesekali mencium kening gue seolah-olah akhirnya setelah sekian lama, ia takut kehilangan gue.
     "Kamu satu-satunya wanita yang bisa survive dengan sifatku yang seperti ini. Jadi wajar aku takut kehilanganan wanita satu-satunya ini hanya karena Dhanis yang sudah beranak istri itu."
     Ah Maherda, seandainya gak ada kejadian seperti ini, apa kamu bakal tetep takut kehilangan aku?

Komentar

Anonim mengatakan…
haii kak Dinna, baru ikutan komen nih tapi dah lama baca2 postingan disini.. suka cerita2 ttg kehidupan sbg pramugarinya :)
salam kenal yahh dan semoga ga byk spam2 ga jelas lagi supaya blognya tetep selalu diupdate ^^
Unknown mengatakan…
suka banget postingan cerita2nyaa..
salam kenal kak :)
Anonim mengatakan…
hehe, agak tragis ceritanya mbak
:-) , Raras jadi ikut sedih juga, hihihi
Unknown mengatakan…
Tulisannya bagus, berasa baca novel.
Salam kenal kak, dari panjot (cowok dengan rasa jagung bakar original)
Ain Mungil mengatakan…
Pilot di mana-mana hampir semuanya sama sejejer di sepanjang garis lurus. Garis hitam penuh noda. Alaaah... -_-

Kakaknya temenku juga pramugari, dan sempet pacaran sama si pilot yang na'ujubile ganteng (katanya sih gitu) eh ga taunya, setelah pacaran 3 bulanan, baru ketauan punya anak bini. Lah ilah.. pilot lokal, pilot bule sama crazy-nya..
zaki dinul mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
zaki dinul mengatakan…
nice blog, always curious kehidupan pilot dan pramugari. Btw jangan sering2 galau mba, galau dekat dengan depresi dan bipolar. sumber: udoctor.co.id

Postingan Populer