Alasan Berhenti

                
                Di bulan Maret 2014 gue sempat memutuskan untuk berhenti ngeblog. Banyak alasan yang melatarbelakangi keputusan gue itu. Salah satunya yang paling berat mungkin karena gue belum cukup siap menghadapi teror ‘haters’ dimasa itu. Gue baru saja menikah satu bulan sebelumnya, orang-orang menanyakan hal-hal pribadi seperti bagaimana kami menikah, bagaimana kami mendapat restu orangtua, bagaimana rumah tangga kami berjalan dan masih banyak lagi. Dan saat itu gue belum siap untuk berterus terang. Tolong jangan berpikiran negatif, gue hanya menjaga perasaan keluarga dan terutama orangtua gue. Tentu gue sangat ingin berbagi cerita perjuangan kami dulu seperti apa, namun gue rasa kurang bijak jika sesaat setelah gue membuat orangtua berderai airmata lalu gue memuat cerita tentang bagaimana cerita dibaliknya. Jadi gue memilih diam dan membiarkan orang lain berpendapat sesuka hati mereka.

                Tidak bisa dipungkiri, setelah gue mulai ngeblog dan (lucky me) punya cukup banyak pembaca setia, kehidupan gue seakan menjadi penting untuk digali. Gue ngerokok dan pergi clubbing sudah jauh lama sebelum gue ngeblog. Tidak ada complain bahkan dari Mahe sekalipun. Begitu gue ngeblog dan pembaca tau gue perokok, semua menjadi penting. Chat line kebanyakan berisi,
                “Kak kenapa sih ngerokok?”
                “Kak kenapa sih clubbing?”
                Hingga,
                “Aku kira Kakak tuh cewek baik-baik, ternyata Kakak cewek gak bener.”
                Ada yang perlu gue jelaskan disini. Standar cewek baik-baik menurut gue pribadi sangat sederhana. Mau perokok, mau minum alkohol, mau jadi pelacur pun, asal tidak merugikan dan menyakiti orang lain, menurut gue itu masih digaris kata ‘baik-baik’. Gue punya beberapa temen yang ‘jualan’. Dan gue sangat anti untuk sok-sok menasehati hidup ataupun jalan yang mereka pilih. Yang jelas gue selalu bercerita bahwa gue punya pengalaman masa kecil tidak menyenangkan dengan wanita ketiga, sehingga gue tidak pernah mau menjadi pengganggu rumah tangga orang. Itulah alasan gue tiap kali mereka memberi penawaran untuk punya pendapatan lebih.
                Gue merokok. Gue minum alkohol. Tapi gue anti memakai obat-obatan terlarang, bahkan selevel inex-pun tidak. Dan yang paling penting, tidak sekalipun gue pernah berpikir untuk berhubungan dengan suami orang semata-mata demi rupiah dari dompet tebal mereka. Jadi wajar bukan gue tidak terima dengan pendapat ababil-ababil yang hampir setiap hari chat line gue demi memberi wejangan-wejangan yang menurut gue salah sasaran itu.
                Belum lagi setelah menikah, gue tertutup dengan prosesi pernikahan gue. Setiap kali ada yang bertanya, gue selalu menjawab bahwa itu urusan pribadi gue yang tidak ingin orang lain tahu. Orang-orang mengira kami menikah beda agama. Mulai meneror gue kembali lewat kolom komentar di blog maupun viat chat line. Bahkan beberapa kali gue mendapat telfon tengah malam yang tidak jelas apa maksud dan siapa penelfonnya.
                Gue depresi. Antara menjaga perasaan keluarga atau menabahkan diri dengan omongan orang. Disatu sisi, jika saat itu gue menulis bahwa gue sudah resmi menjadi mualaf, keluarga gue yang masih baru saja gue buat menangis akan semakin sakit hati. Meski kenyataannya memang benar begitu adanya, namun tetap saja perasaan bersalah itu menghantui gue. Gue tidak bisa membayangkan ketika Ibuk ikut arisan di sekolahnya kemudian salah seorang temannya yang (ternyata cukup banyak) pembaca blog gue berkomentar,
                “Oh jadi si Ugek sekarang sudah mualaf Buk?”
                Atau misalnya ketika Bapak sedang nyupir dan kernetnya (anak kernet Bapak itu pembaca blog gue juga) nyeletuk,
                “Jadi ke Jakarta kemarin acara nikahan Ugek secara Islam ya?”
                Saat itu orangtua gue belum sepenuhnya iklas menanggapi komentar orang. Jadi gue memutuskan untuk diam dan tutup mulut. Sayangnya itu memicu haters untuk meneror gue dengan berbagai makian yang menurut gue tidak pantas. Beberapa mengatakan bahwa gue kafir, bahwa gue najis, dan bla bla bla. Mungkin bagi kalian yang membaca akan berpikiran bahwa yang gue alami saat itu tidak sulit. Ah, seandainya kalian merasakan sendiri beban itu.
                Karena gue tidak sanggup lagi, maka gue memutuskan untuk berhenti ngeblog. Gue mengganti id line. Mengganti nomor handphone. Berusaha mencari ketenangan. Gue ingin mengawali pernikahan gue dengan kebahagiaan, bukan depresi karena bingung menentukan pilihan. Dan itulah alasan kenapa gue sempat berhenti tahun lalu. Gue akan melanjutkan alasan gue kembali ngeblog besok.

                Terima kasih.

Komentar

Unknown mengatakan…
Welcome back mbak,,, semoga smua sdh terlalui dgn baik yaaa.... aamiim
Nining mengatakan…
makin tinggi pohon kelapa makin kencang anginnya, ambil sisi positifnya aja sai.
btw happy newlyweds ya, long last...aamiin :)
dewi ratnasariemj mengatakan…
aku mah suka sama kak radinn alasan nya suka ajah...jadi gak ada alasan untuk gak suka kak radinn.....
"yang penting tidak merugikan orang lain".........love you soo kak radinn
Beby mengatakan…
Welcomebaaaack.. :D

Itu salah satu ciri-ciri blogger favorit yah. Banyak haters. Padahal kita ini kan jugak manusia, ngga selalu sempurna..

Dulu aku ngerokok jugak dan nulis itu di postingan. Niatnya sih pengen cerita apa adanya. Eh sama, ada yang ngemail bla bla bla.. Hahah.. Mungkin karena yang ngomongin lebih baik dari kita yah..

Apa pun pilihan kamu adalah jalan hidup mu.. :)
Upil Enjoy mengatakan…
Terima kasih sudah memutuskan untuk kembali.. Cuekin aja mba haters2 sampah itu.. they're junk...
Radinna Nandakita mengatakan…
Welcome back for my self :D
Radinna Nandakita mengatakan…
I love you too Dew-dew *smooch
Radinna Nandakita mengatakan…
That's right!
Semoga makin banyak pembaca yang mau mengerti kita yaa..
Hehehe.. Kita ngeblog kan buat menghibur. Bukan buat dihina.
Radinna Nandakita mengatakan…
Iyaa.. Makanya sekarang anonim udah ga bisa comment lagi. Twitter dan instagram di protect. Ask.fm juga udah gak bisa pake anonim lagi. Sedikit lebih tenang deh sekarang :)
Cha Vie mengatakan…
Aaaaawwwww kereeeennnn ;)

Pokoknyaaa semangat terus buat mbak dinna :*
Kenapa jg harus perduli ama omongan negatif orangg lain?? Saudara bukan, ngasih makan ngga, ngasih duit ngga, ngebawa ke sorga juga ngga.
Kita dikasih nyawa kan masing2 satu per orang. :D
Lagian haters ama fans kan 11-12 :D
Anyway, keep proud of yourself sista :*
Ganbatte kudasai ^^
Claude C Kenni mengatakan…
Halo, saya pembaca baru nih, sayang banget baru sekarang nemu blog kamu, untungnya kamu memutuskan untuk kembali menulis. Thank you buat semua pengalaman dan buah pikiran yg sudah kamu bagikan di sini. Ga usah peduliin para haters, they hate you because they can't be you.

Keep writing ya, gua bakal sering maen ke sini =)
Matheas Loviga mengatakan…
mba radinna,saya pembaca blog anda dan tahu dari anak training P3N jogja yang sedang training di hotel saya, sejak saat itu saya mulai mengikuti dan membaca setiap artikel yang mba tulis..nah sampai juga di artikel yang perjalanan pernikahan anda, yang menurut saya sah sah saja. karena sayapun menikah beda agama, namun tidak mengorbankan salah satu agama, naah di agama saya ada istilah mengenai dispensasi mba.. begitu. jadi saya rasa orang mau bilang apa kan mereka ngga tau yang sebenernya..jadi Benke wae kalo kata orang jawa. maaturnuwun. tetap semnagat
YR ART mengatakan…
Dari tadi baca pengalaman para blogger indonesia, , ada yang udah 15 tahu stay ngeblog, ada yang baru seupil ngeblog udh keok, banyak lah... Tapi yang kadang-kadangn buat heran ,kok ada orang yg bilang, ngeblog 2-3 tahun udah bisa dapat puluhan juta. Tapi seru juga sih baca-baca pengalaman para blogger lain, buat mengenang masa muda....

Postingan Populer