Sebuah Awal
Itu adalah sebuah apartemen mewah,
bahkan sangat mewah di kota Jakarta. Pilihan warna untuk wallpapernya pun
mencerminkan bahwa sang pemilik unit ingin menonjolkan kesan glamour dirinya. Bisa dilihat pula dari furniture di dalamnya. TV
layar datar keluaran terbaru sedang menampilkan adegan FTV tentang indahnya romansa anak SMA, sungguh
kontras dengan adegan sang pemilik unit dan wanitanya.
“Aku tidak akan pernah
menggugurkannya!” sedetik kemudian suara tangis pecah dari bibir mungil seorang
wanita muda berusia 21 tahun. “Aku tidak akan pernah menggugurkannya… Kau harus
bertanggung jawab, kita harus segera menikah!” Pria dihadapannya menggeram.
“Bodoh! Kau bersikap humanis,
padahal tau itu akan merugikan kita! Bodoh, tolol!” bentak pria itu kasar.
Matanya mendelik tajam, tak tampak sedikitpun cinta disana. “Tak kusangka aku
pernah memberi cinta pada gadis setolol kau! Gugurkan, Mirah!”
“TIDAK! Tidak akan pernah! Aku tidak
akan pernah menjadi pembunuh sepertimu!” bentak sang gadis kasar. Perlu keberanian
besar bagi gadis itu untuk membentak pria dihadapannya.
“Hahaha… sudahlah Mirah, jangan
pura-pura menjadi Ibu peri didepanku. Aku tau persis dirimu sebenarnya, AKU TAU
PERSIS! Aku bisa mendapatkan gadis yang jauh lebih ini-itu dibanding kau, jadi
jangan pernah bermimpi ataupun berharap aku akan mengemis cintamu. Kenyataannya
adalah, kau yang mengemis padaku!”
Mirah terhenyak. Ia sudah mati kutu
dan terpojok. Apa yang dikatakan Ali benar. Ia sangat bergantung dengan Ali.
Harapannya untuk mengikat Ali dengan keberadaan janinnya yang berusia dua bulan
telah pupus. Sebesar apapun usahanya, Ali tidak akan pernah mau menikahinya.
“Aku yang tak menyangka…” Mirah
menggantung kalimatnya. Baru saja Ali ingin menyemburkan berbagai sumpah
serapah dan kata-kata kasar, tapi ia dikejutkan dengan kalimat berikutnya.
“…aku lebih mencintai seorang pembunuh.” Ali tersenyum lega sementara Mirah memaksakan
senyumnya. “Ah, syukurlah. Kau ternyata tidak sebodoh wanita-wanitaku
sebelumnya. Besok kuantar kau ke bidan langgananku. Ia sudah pernah menangani
gadis-gadis ceroboh sepertimu.”
Komentar