Marry Me - Jason Derulo
Allune membalik badan dan melihat pantulan dirinya yang terbalut gaun putih dari designer favorit dunia, Vera Wang. Ia mematut dirinya di depan cermin cukup lama, berpikir keras apakah ia siap dengan keputusannya. Menikah.
“Shan, gue gak siap!” serunya tiba-tiba. Ishani yang sedang merapikan bucket lili untuk Allune mendadak terdiam. Ia meletakkan hand bucket itu di atas meja dan menghampiri Allune yang berdiri di depan cermin.
“Bukannya telat banget buat bilang gak siap sekarang? You are gonna be married! Not only fitting your wedding dress!”
Allune mendesah panjang. Ia tahu. Hari ini adalah hari pernikahannya. Seandainya saja ia sadar bahwa dirinya belum siap sebulan yang lalu, ia pasti bisa dengan mudah membatalkannya. Gadis itu menjadi gelisah, bayangan akanbetapa memuakkannya hidup sebagai seorang istri muda membuatnya ketakutan.
“Waktu gue iya-in lamaran Arga, gue bener-bener gak kepikiran soal bangun pagi buat siapin sarapan suami, tidur larut buat jagain anak. Shit, gue gak bisa! Duh bantuin gue donk! Cari cara supaya gue bisa kabur or something, kenapa lo malah main handphone?! Shani!!!”
Ishani menyerahkan handphonenya ke Allune. Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum sebuah suara berat menjawabnya. “I help you this way. Ngomong langsung sama dia, gih.”
Allune menerima handphone itu dengan tangan gemetar.Masa ia harus bilang langsung ke Arga ‘sorry Ga, gue gak siap buat ngelepas kehidupan gue yang menyenangkan dan menukarnya dengan hidup menderita sebagai istri muda. No way! Gimana kalo kita batalin pernikahan kita sekarang? Iya. Sekarang juga’. Arga bisa mati mendadak karena serangan jantung saking shocknya.
“Halo?” Allune memberanikan diri untuk memulai percakapan.
“Loh, aku kira Ishani yang telefon. Kenapa kamu gak telefon aku dari handphone kamu, sayang? Ada apa?” suara yang menenangkan, seperti biasa. Tangan Allune tak lagi bergetar. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya seolah baru saja terlepas dari sebuah beban berat. Kemudian kalimat itu meluncur begitu saja.
“Ga, aku mau kita batalin pernikahan kita sekarang,” Allune menunggu jawaban. Atau mungkin makian, apa saja. Namun ternyata hening, Arga tidak menjawab apapun untuk beberapa detik. Maka Allune melanjutkan kalimatnya. “Aku tau kamu pasti shock dan marah banget sama aku, tapi kamu tahu kan? Nikah di agama kita sekali seumur hidup, dan aku gak mau kamu salah pilih. Kamu baik banget, aku gak pantes jadi istri kamu.”
Arga berdehem pelan, ia tidak memaki seperti yang Allune bayangkan. Suaranya masih lembut seperti biasa. “Sayang… Aku juga ga pantes buat jadi suami kamu. Makanya kita menikah, supaya kita memantaskan diri untuk masing-masing.”
“Oke, aku ganti alasan tadi. Actually, aku gak mau nukar hidup aku sebelumnya dengan pernikahan ini. I mean, aku suka jadi Allune yang bisa senang-senang setiap saat, sama siapa aja dan kapan aja. Aku gak mau jadi Nyonya Malligan yang harus bermonogami sama kamu doang!”
Arga mendesah, namun masih cukup sabar untuk menahan emosinya. “Sayang, kita bisa bersenang-senang dengan cara yang berbeda. Apalagi kalau nanti kita sudah punya anak.”
‘Justru itu yang aku takutkan’ batin Allune.
“Baiklah, kita punya anak kalau kamu sudah siap. Apapun mau kamu, asal jangan batalin pernikahan kita. Kamu mungkin pengen niru Julia Roberts di Runaway Bride kali ini, tapi aku gak bakal biarin kamu kabur gitu aja. Okay? Sayang?”
‘Hemm… Tanpa anak? Boleh juga…’
“Kita have fun sampai tua ya, aku gak mau Cuma duduk diem di rumah dan merajut kaya nenek-nenek.”
“It’s okay, asal Cuma kita berdua. Gak ada cowok lain, deal?”
Allune mengendikkan bahu, masih ragu dengan penawaran itu. Bagaimana kalau suatu saat nanti ia bosan dengan Arga? “Liat aja nanti.”
Ishani mengambil kembali handphonenya dengan kesal.Tak habis pikir dengan sahabatnya itu. Apalagi kurangnya Arga?Super-duper ganteng, tajir mampus, yatim-piatu (yang artinya Allune bebas dari hubungan tidak mengenakkan dengan mertua), penyabar, baik dan romantis. Dan Allune masih ragu untuk menikah dengan pria satu itu? Allune pasti gadis terbodoh yang pernah Tuhan ciptakan.
“Apa lagi sih mau lo, Lune? Lo gak perlu takut mata lo berkantung karena begadangin bayi, Arga udah iyain mau lo buat ga punya anak dulu.”
“Kalo gue beneran married, artinya gue harus bermonogami sama Arga. Gimana kalo gue bosen?”
“Gak ada alasan bosen buat cinta.”
Kalimat itu mengingatkan Allune pada Sean, betapa bertahun-tahun ia mempertahankan cinta sejatinya hanya untuk Sean. Selama ini ia bermain-main dengan pria lain tanpa pernah sekalipun memberikan cinta, karena semuanya sudah ia berikan pada Sean dan tidak berniat untuk mengambilnya kembali. Bahkan hingga saat ini. Tapi… bagaimana dengan Papa Andrew dan Mamanya? Mereka pisah karena Papa Andrew bosan. Bosan setia, bosan menjadi Ayah untuk Sean, bosan dengan pernikahannya. Bagaimana kalau nanti ia mengikuti jejaknya?
“Talk to my parents then.” Bantah Allune.
Ishani memegang pundak Allune dan membalik tubuh gadis itu. “Lune, bukan karena pernikahan Papa Andrew dan Mama Sandra hancur, itu berarti pernikahan lo dan Arga nantinya juga bakalan hancur. Kalian berbeda. Kalo lo batalin pernikahan ini, apa lo yakin bisa ngelepas Arga begitu aja? He’s one in million, ga banyak cowok kaya Arga. Sebenernya gue kasian sama Arga, cinta tulusnya jatuh ke bocah labil macam elo. Tapi berhubung gue sahabat elo, jadi gue juga kasian samaelo. Kalo bukan Arga, siapa lagi coba yang khilaf nikahin lo?”
Allune terduduk di tepi tempat tidur hotel yang disewa Arga untuk acara resepsi mereka nanti malam. Mobil pasti sudah menunggu untuk mengantarnya ke gereja. Ia masih bisa kabur dan membatalkan pernikahan ini dengan tidak terhormat. Tapi kata-kata Ishani menyadarkannya. Apa Allune yakin bisa melepas Arga begitu saja? Selama ini Allune menganggap Arga adalah pengganti Sean dalam hidupnya. Apa yang harus dipilihnya? Kehilangan lagi atau terikat dalam pernikahan?
“Gue gak bisa!”
***
“Arga Malligan, bersediakah menerima wanita di sampingmu sebagai istri dan berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu serta menjaganya hingga maut memisahkan?”
“Saya bersedia.”
“Dan Allune Keylandra, apakah engkau bersedia menerima Arga Malligan sebagai suami dan berjanji di hadapan Tuhan untuk selalu setia dalam suka maupun duka dan tunduk kepadanya hingga maut memisahkan?”
Ada jeda yang panjang setelah Pak Pendeta bertanya kepada Allune. Para tamu di gereja mulai kebingungan karena Allune tak kunjung memberi jawaban. Arga menatap Allune, bukan untuk menuntut jawaban, tapi hanya sebuah kejujuran.
“Ga, sumpahnya terlalu berat! Aku takut…” bisik Allune hampir menangis. Ia melirik sekilas tatapan jemaat gereja yang tertuju padanya.
“I know,” Arga mendesah pelan. “Ini bukan main-main. Sebaiknya memang kita batalkan saja kalau kamu memang ragu.”
“Memangnya kamu gak ragu sama sekali?” selidik Allune.Arga masih tetap tersenyum, sama sekali tidak ada ekspresi kesal terpancar di wajahnya.
“Sedikit. Aku ragu akan seperti apa hidupku nantinya tanpa kamu.”
Allune tertegun. Arga benar-benar mencintainya, dan benar kata Ishani, ia akan menjadi mahluk paling bodoh jika melepas Arga begitu saja. Persetan dengan kehidupan yang nantinya akan memuakkan, toh ia bisa join ke club desperate housewifedan membuat program acara di TV. Yang jelas saat ini ia tidak akan melepas Arga!
“Saya bersedia. Saya bersedia menerima Arga Malligan sebagai suami saya, dalam suka maupun duka, saat ia sehat ataupun sakit, saya akan setia dalam keadaan apapun hingga maut memisahkan.” Jawab Allune mantap. Tanpa diberi aba-aba, ia mencium Arga yang saat itu resmi menjadi suaminya.
“I love you so much!” Arga memeluk Allune dan berkali kali mengucap syukur karena gadis itu akhirnya benar-benar menjadi istrinya. Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan bagi Arga. Senyumnya tak pernah lepas dan aura kebahagiaan memancar dengan sangat jelas.
Acara resepsi mereka berlangsung malam hari di hotel Grand Hyatt. Mereka tidak banyak mengundang tamu karena memang pernikahan mereka hanya terbuka untuk keluarga besar dan sahabat dekat. Allune sudah mengganti gaun pegantinnya dengan gaun yang lebih sederhana agar ia bisa berkeliling untuk menyapa para undangan.
Ishani dan keluarga yang tidak hadir di gereja langsung menghambur ke arah Allune untuk meminta cerita. Bagaimana proses upacara tadi dan kenapa Allune membatalkan niatnya untuk kabur dari upacara itu.
“Well aku bilang gak bisa bukan berarti aku gak bisa nikah sama Arga, Shan. Justru maksud gue adalah, gue gak bisa hidup tanpa dia.”
“Alhamdulillah ya Lune, kamu sudah sold out sekarang. Mama ikut seneng. Doain Ishani biar cepet laku ya, Mama udah kebelet pengen nimang cucu!” canda Mama Inggit. Ishani yang merasa tersindir mengerucutkan bibir.
“Gitu-gitu Allune kesayangan Mama ini niatnya mau kabur ala-ala Runaway Bride tau. Jadi gak usah dipuji-puji deh, nanti dia besar kepala, Ma!”
Wisnu yang sedari tadi sibuk mengunyah semua makanan itu akhirnya angkat bicara, “kak Allune kan udah gak kerja jadi pramugari lagi, terus kakak mau kerja apa dong? Kalo kakak ga kerja, aku gak bisa minta cokelat lagi nanti.”
Iya ya? Allune baru kepikiran. Arga tidak memperbolehkannya bekerja sebagai pramugari lagi karena mereka akan sulit bertemu kalau masih sama-sama bekerja di penerbangan. Ia baru resign seminggu sehingga masih menikmati masa senang-senangnya menjadi pengangguran. Tapi mau sampai kapan?
“Hemm… Kakak belum tau mau kerja apa, tapi yang jelas Kakak bakal sering beliin kamu coklat. Oke?”
Wisnu mengacungkan jempolnya. Mulutnya penuh dengan makanan sehingga jawabannya terdengar aneh seperti “hoheh hak hahun!”
Arga memeluk pinggang Allune tiba-tiba dan mengenalkan teman-temannya kepada Allune.
“Sayang, ini Rey. Sahabatku yang bantu aku buat acara lamaran kita kemarin,” kata Arga memperkenalkan sahabatnya satu persatu. Allune tersenyum ramah dan membalas jabatan tangan Rey.
“Wah, berarti kamu pemilik Cloud Lounge? Itu tempat nongkrong favorit aku dan temen-temen loh!” Rey yang merasa terpuji karena restoran miliknya ternyata punya banyak penggemar.
“Thanks ya! Kalo kamu mau datang, contact aku aja. Nanti bisa aku kasih harga sahabat. Eh, kenalin juga. Ini Natta, cewek aku.” Natta menjulurkan tangannya dan segera disambut Allune dengan bonus cium pipi kanan-kiri. Kebiasaan Allune saat di Airlines dulu. Tatapan Allune berhenti pada gadis di samping Natta. Gadis itu cantik sekali dengan gaun merah maroon yang terbelah di paha kirinya. Ia menjulurkan tangan, Allune menyambutnya. Namun kalimat berikutnya membuat Allune urung untuk memberikan kecup pipi persahabatan.
“Hai. Gue Andin.” Allune tercekat. Itu adalah awkward moment baginya. Mantan pacar suaminya datang di resepsi pernikahannya?
“Em… Allune.” Jawabnya singkat. Andin tersenyum.
“Yea, I know. Ada nama lo kok di undangan.” Gurauan Andin tanpa disangka membuat Allune kesal.
“Oh ya? Memangnya dapat undangan dari siapa?” Allune melirik Arga yang terlihat salah tingkah. Tatapannya seolah berkata ‘jangan harap lo dapet apapun buat malam pertama!’.
“Menurut lo siapa?” Arga kelimpungan, tidak menyangka acara perkenalan yang diharapkan akan singkat dan tanpa masalah ternyata begitu mengancam jatah malam pertamanya.
“Eh? Oh iya! Soalnya aku mau ngenalin istriku samasahabatku. Aku pikir gak etis kalo aku undang Rey dan Natta, tapi aku gak undang Andin.”
Suasana diantara mereka mendadak kaku. Mood Allune yang awalnya bagus mendadak berubah. Ia kesal, dan memang tidak berniat untuk menyembunyikannya. Ia ingin Arga tahu bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Andin di pernikahan mereka.
“Yeah, whatever. Seneng ketemu kalian semua, by the way.Aku mau kesana dulu yaa, ketemu Papa sama Mama aku.”
Allune bergegas meninggalkan mereka dan menghampiri meja Papa Andrew dan Mama Sandra. Arga mengekor di belakangnya, ia merasa bersalah. Ia tidak menyangka Andin akan benar-benar datang ke pernikahannya. Padahal ia hanya menitipkan undangan pada Rey sekedar pembuktian pada Andin bahwa ia berhasil melanjutkan hidupnya.
“Apa-apaan sih lo, Din? Lo bikin gue gak enak sama Arga dan istrinya!” bentak Reynaldi yang kesal dengan sikap Andin.
“Cuma ngusilin bocah kok. Ternyata seru juga.”
“Udah deh, jangan cari masalah. Udah cukup lo ngancurin hidup Arga dulu, jangan lo ancurin rumah tangganya sekarang.” Natta ikut kesal dengan ulah sahabatnya. Bagaimanapun juga, iatahu tabiat sahabatnya. Ia suka mempermainkan kehidupan orang lain yang menarik baginya. Dan Natta tidak ingin sahabatnya mengganggu rumah tangga siapapun, terlebih Arga.
“Gak dihancurin kok. Cuma ujian rumah tangga. Udah yukcabut, gak seru disini!”
Andin dan Natta akhirnya pergi meninggalkan acara tanpa berpamitan terlebih dahulu. Rey masih tinggal karena ada beberapa sahabatnya juga di acara itu. Lagipula ini adalah acara pernikahan sahabat terbaiknya. Tidak mungkin ia hanya datang sebentar dan pergi begitu saja.
Allune masih belum dapat menghilangkan kekesalannya pada Arga. Namun ajakan Arga bagaimanapun juga membuatnya cukup senang.
“Ke club yuk? Sekarang juga, kita tinggalin pesta dan pergi ke Lucy.” Ide yang menarik! Allune belum pernah clubbing dengan wedding dress. Lagipula club pasti bisa menenangkan moodnya yang sedang buruk.
“Aku culik Ishani dulu ya! Kita perginya misah aja, aku naik mobil Ishani. Kamu sama temen-temen kamu. Kita ketemu di Lucy!”
Arga langsung mendatangi sahabatnya dan mengutarakan keinginannya. Julian dan pacarnya, Bianca langsung mengiyakan ajakan Arga. Rey masih bingung karena pacarnya sudah pulang lebih dulu dan tidak mau hanya menjadi obat nyamuk nantinya.
“Tenang, ada Ishani. Temennya bini gue, dia sendiri kok.Dan, gue gak bakal bocor sama Natta tentang malam nanti. Promise!”
Dan akhirnya dua mobil itu meluncur di jalanan Jakarta yang lenggang saat tengah malam. Mereka masuk ke club terkenal yang menjadi langganan para artis untuk menikmati dunia malam. Tentu saja dengan pakaian yang mereka kenakan, mereka langsung menjadi pusat perhatian. Namun Allune tidak peduli, ia langsung memesan double shot Margarita favoritnya dan kemudian melangkah ke dance floor. Arga berdiri di belakangnya dan memeluk pinggang istrinya dan menciumi tengkuk leher Allune membabi buta. Sudah sebulan Arga tidak bersentuhan seintim ini dengan Allune dan ia sangat merindukan gadis itu dipelukannya.
“Jangan capek-capek, nanti malam masih ada acara lagi kan? Ehem… di tempat tidur.” Arga tersenyum malu-malu, berharap Allune sudah memaafkannya.
“You wish!” kata Allune sambil menjawil hidung suaminya.Gadis itu tertawa dan menarik Arga makin ke tengah dance floor.
Di titik lain, Ishani dan Rey duduk di bar sambil menikmati pemandangan dua sahabat mereka yang terlihat sedang berbahagia.
“Mudah-mudahan mereka terus berbahagia.” Kata Rey tiba-tiba. Ia menenggak vodka ke-empatnya dan menatap Ishani yang sudah hampir sekarat. Ishani tidak kuat minuman beralkohol, dua gelas saja cukup untuk membuatnya teler dan tertidur selama 18 jam. Rey mengecek dahi Ishani untuk memastikan gadis itu tidak demam. “Are you okay? Atau kamu mau aku antar pulang aja?”
“Noooo… I just drunk-hik! Aku ga mau pulang, ayo kita dansaaah!” Ishani menarik Rey ke lantai dansa dan mereka berpelukan agar Ishani tidak terjatuh. Rey mendadak melupakan Natta, dan Ishani? Ah… Apalah yang bisa dipikirkan orang yang sedang mabuk.
Tidak lama Arga mendekati Rey sambil setengah menyeret Allune yang sudah tertidur pulas. Ishani terlihat lebih baik, meski pandangannya kosong dan beberapa kali ia hampir saja muntah.
“Cabut yuk, bini gue udah sekarat!”
“Sama, temen bini lo juga. Tapi gue gak tau rumahnya dimana.”
“Dia ada jatah kamar kok di Hyatt, kunci kamarnya dititip di resepsionis. Bilang aja atas nama Ishani Pramendara. Julian mana?”
“Gak tau, tinggal aja deh. Suruh mereka naik taksi.”
***
Allune sedang mengeringkan rambutnya saat Ishani dengan histeris menjelaskan pengalamannya kemarin malam.
“Gue udah maksa dia buat ngaku, tapi dia kekeh bilang dia Cuma naruh gue di tempat tidur dan karena capek akhirnya ketiduran di samping gue. Masalahnya gue bangun dengan kondisi gak pake baju sama sekali dan dia Cuma pake daleman doank. Gak mungkin banget kan dia gak perkosa gue?!” seru Ishani menggebu-gebu. Allune hanya terkekeh.
“Mana ada orang diperkosa lupa sama kejadiannya? Lagipula lo kan masih perawan, harusnya ada darah donk kalo emang bener dia ngapa-ngapain elo. Udah lah… Anggap aja pengalaman one night stand bersama cowok cakep kaya artis Korea.”
‘Ya tapi masalahnya gue udah gak perawan gara-gara kakak lo. Jadi gimana gue bisa tau gue bener-bener gak diperkosa kemarin malem?’ batin Ishani. Tentu saja ia tidak berani mengatakannya terus terang, selama ini Ishani menganggap Allune tidak mengetahui hubungannya dengan Sean.
“Shut up! Gue gak suka artis Korea, onderdilnya tidak meyakinkan! Tititnya Rey aja kecil ba- OH MY GOD! Gue bener-bener diperkosa sama Rey! Makanya gue tau titit doi kecil kaya perkutut! Gue harus nuntut tanggung jawab! Eh, tapi gue gak mau! Eh tapi kalo gue hamil gimana? EH-“
“Udah udah, silahkan lo pikirin sendiri ya. Gue maudigenjot nih sama suami. Bhay!”
Tuutt. Allune mematikan telfon, tidak peduli Ishani sedang mengamuk di seberang sana. Arga tersenyum dan menarik tubuh istrinya ke tempat tidur. Semalam Allune sudah tidak sadarkan diri dan tertidur pulas seperti bayi. Kali ini Arga menuntut jatahnya sebagai suami.
“Hei.” Arga merapikan rambut yang terjatuh di pipi Allune.Allune menjalarkan tangannya dari leher hingga kemudian kedua tangannya menggenggam rambut Arga. Ia duduk di atas pangkuan suaminya dan dengan sedikit tarikan wajah Arga sudah tertangkup di depan dadanya.
“Kecil mana ya punya kamu sama Rey? Harusnya sebelum nikah kita test drive dulu.”
Arga melepas lingerie Allune perlahan. “Jangan kaget yaa...”
“Surprise me then.”
Arga mengabulkan keinginan Allune. Ia bangkit dan membuka seluruh pakaiannya. Otot-otot yang terbentuk berkat exercise gym yang Arga ikuti 2 kali seminggu itu menonjol dengan sempurna. Allune belum pernah melihat Arga telanjang, dan kali ini ia terpana karena belum pernah melihat tubuh seindah itu. Hanya dengan membuka bajunya Arga sudah berhasil membuat Allune bernafsu untuk menerjangnya. Tapi Allune lebih dikagetkan lagi setelah melihat ukuran ‘onderdil’ suaminya.
“Is that a penis? Or some kind like monster-banana?” kata Allune shock. Ia tidak bisa membayangkan benda sebesar itu memasuki liang vaginanya.
“Are you surprised now? And yeah, it’s a some kind of monster-banana. In extra large size!”
Arga kembali memberikan ciumannya yang bertubi-tubi, meninggalkan jejak merah di sekitar leher Allune. Ia memberikan foreplay terbaik yang bisa ia lakukan karena mengingat ukuran penisnya yang terlalu besar biasanya menyakiti beberapa wanita pada awalnya. Saat Allune berhasil basah dibuatnya, barulah ia memasukkan penisnya.
“You know how to treat me so damn good!” bisik Allune yang hanyut dalam kenikmatan orgasmenya. Belum pernah iabertemu dengan pria yang lebih mengutamakan kepuasan wanitanya terlebih dahulu. Semua pria yang ia kencani sebelumnya selalu saja terburu-buru dan egois dengan klimaksduluan, benar-benar mengabaikan keinginan Allune untuk juga dipuaskan. Arga berbeda. Ia selalu bertanya apakah dirinya membuat Allune nyaman atau justru kesakitan? Well, normal sekali sedikit sakit untuk ukuran penis sebesar itu. Tapi itu hanya sepersekian detik, setelahnya hanya ada desah puas di ranjang mereka.
“I give my best for my best. I love you, sayang. Aku boleh keluarin sekarang? Kamu udah keluar berkali-kali kan?” bujuk Arga. Tampaknya ia mulai kewalahan menghadapi Allune yang tenaganya sekuat kuda.
“Dih, barang doank gede, bisanya Cuma 4 ronde. Masih kurang tau, aku masih pengen lagi. Setengah jam lagi deh yaa?”
“Sayaaanngg, kamu mau buat aku mati lemas? Besok aku kan masih harus terbang.”
Allune mendadak berhenti menggerakkan tubuhnya.Bibirnya mengerucut sebal karena Arga tidak bisa cuti panjang untuk pernikahan mereka. Mereka bahkan belum sempat berbulan madu kemanapun! “Bolos aja lah sayang… Sehari aja gak bakal jadi masalah besar kan?”
“Ga bisa sayang. Ini lagi peak season. Lagipula aku ga mau ngasih contoh yang jelek ke murid-muridku.”
“Kalau gitu jangan harap kamu boleh keluarin!” Allune menarik tubuhnya dan memungut lingerienya kembali. Arga langsung gelagapan, bingung harus memilih nafsu atau professional kerjanya.
“Eh, oke sayang. Ya udah, aku minta ijin ya besok. Ayo dong sayang, lanjutin lagi. Belum juga kelar.”
Allune tersenyum. Ia memang selalu berhasil mendapatkan apapun keinginannya dari Arga. Syukurlah Arga tidak berubah meski mereka sudah menikah.
“You are my perfect man! Ever!” sambut Allune gembira.
“Yea… Created for the most perfect one.” Arga kembali melayangkan ciumannya.
Komentar
Jangan lupa mampir yak.
Cuitansebuahrasa.blogspot.com