Perempuan Dalam Cagar Patriarki

            Indonesia dan banyak negara lain masih menganut budaya patriarki, dimana laki-laki selalu dianggap setingkat lebih tinggi daripada perempuan dan menempatkan mereka (perempuan) sebagai warga kelas dua yang kurang diperhitungkan. Hal ini menyebabkan perempuan seringkali berada di posisi inferior karena laki-laki selalu mendapat 'hak istimewa-nya' sebagai penguasa tunggal. Budaya patriarki ini sudah ada sejak manusia masih hidup di jaman berburu. Laki-laki bertugas mencari hewan buruan, sementara perempuan hanya bertugas mengurus urusan domestik di rumah dan mengangkang saat sang laki-laki sedang ingin kawin saja. Dan sejak saat itu, warisan budaya patriarki terus diturunkan antar generasi. 

            Tidak hanya di seputar rumah tangga, makin kesini, patriarki merambah ke lini kapitalisme. Lihat saja, banyak sekali tayangan iklan yang menggunakan model perempuan cantik dan membentuk standar kecantikan perempuan harus lah berkulit putih dan bertubuh langsing. Lantas makin ke sini, makin banyak saja tuntutannya. Bergigi rapi, berdagu lancip, berhidung mancung, tidak berkerut, memiliki lipatan mata dan masih banyak lagi. Buruknya, banyak perempuan yang termakan iklan ini dan melakukan usaha-usaha mengikuti tren kecantikan terkini bukan untuk kesenangannya sendiri, melainkan untuk menggaet laki-laki hidung belang yang bisa menopang biaya hidup hedonis-nya. Ini buruk karena justru melanggengkan budaya patriarki dalam bentuk perempuan yang termarjinalisasi.

         Bahasa iklan yang menggiring perempuan untuk mementingkan kecantikan fisik demi memuaskan laki-laki saja juga turut berperan. Banyak sekali iklan yang menggunakan premis standar, seperti misal di produk A ada menayangkan perempuan yang sebelumnya tampak berjerawat dan berkulit kusam minder karena tidak dilirik oleh laki-laki. Lalu ia mencoba sebuah produk dan tiba-tiba saja kulitnya menjadi putih, bersih, mulus dan bersinar (meski tidak dalam gelap). Lantas bisa ditebak adegan berikutnya adalah para lelaki berkerubung bak semut memperebutkan gula. Memang sudah ada beberapa produk yang tidak lagi menggunakan template bahasa iklan standar seperti ini, tetapi masih kalah akan permintaan pasar dan produk mereka tidak seberapa berkembang penjualannya jika dibandingkan produk setipe yang menggunakan bahasa iklan seperti produk A. Ini memalukan karena perempuan jadi termakan hasutan dan tanpa sadar melanggengkan salah satu bentuk budaya patriarki dimana kebahagiaan perempuan terletak pada kepuasan laki-laki terhadap fisik mereka.

            Hal ini masih sangat bisa dirubah dengan gerakan-gerakan feminisme yang tepat, tidak hanya digaungkan oleh para perempuan saja, namun harus ada laki-laki yang turut serta menyuarakan kesetaraan gender ini. Karena disadari atau tidak, laki-laki turut dirugikan dalam budaya patriarki itu sendiri. Ungkapan-ungkapan klasik seperti laki-laki harus lebih kuat dari perempuan, laki-laki tidak boleh terlihat lemah dengan menangis, laki-laki harus menanggung lebih banyak beban sebagai kepala keluarga baik dari segi pekerjaan fisik dan juga financial. Karena begitu banyak kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepada laki-laki, mereka menjadi merasa berhak untuk mengatur perempuan di bawah kuasanya. Dan ini, adalah sesuatu yang ingin sekali aku rubah. Perempuan berhak menjadi partner equal, baik dalam rumah tangga ataupun dunia kerja.

          Langkah yang aku ambil saat ini memang baru sebatas menggaungkan kesetaraan gender dan mengedukasi banyak follower perempuanku untuk tidak menjadikan pernikahan sebagai jalan ninja agar tidak perlu bekerja. Aku memotivasi mereka untuk berkarir dan menggapai cita-cita mereka sebelum dan bahkan setelah menikah. Mengingatkan mereka, jika memang mereka memutuskan untuk menikah, sangat penting untuk memilih suami yang bisa menghargai perempuan dengan setara dan tidak menganggap perempuan hanya mahluk lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa laki-laki.

            Dan menurutku, bukan tugas laki-laki untuk melindungi perempuan, kecuali konteksnya adalah melindungi orang yang dikasihi karena melindungi tidak mengenal gender dan bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Hal yang bisa dilakukan oleh kaum laki-laki untuk membantu pergerakan kami adalah dengan menggunakan privilege yang ia punya untuk turut mengedukasi laki-laki lain terkait kesetaraan gender. Jika kalian adalah orang yang memiliki jabatan tinggi dalam pemerintahan, kalian bisa menggunakan privilege yang kalian miliki untuk membuat kurikulum baru di sekolah mengenai issue ini. 

            Besar sekali harapanku bahwa saat anak-anakku tumbuh  menjadi perempuan dewasa, Indonesia sudah bisa terlepas dari cagar patriarki yang membelenggu banyak akses dan hak perempuan.

Komentar

Postingan Populer