EVENT : Memastikan Tumbuh Kembang Si Kecil Sesuai Usianya
GAMBAR 1 : Aku dan Akira di acara www.parentingclub.co.id |
Pada weekend ini aku mendapat kesempatan emas untuk hadir di acara @parentingclubid di Miniapolis, Plaza Indonesia. Acara yang berlangsung selama 3 jam dan mendatangkan narasumber Dokter Dr. Ahmad Suryawan SpA(K) atau yang akrab disapa Dokter Wawan ini membuatku mendapat banyaaak sekali wawasan baru yang makin membuka mata dan pikiran tentang membesarkan si Kecil. Acara ini juga sukses menjawab pertanyaan terbesarku sebagai orangtua : ‘sudahkah si Kecil tumbuh kembang sesuai usianya?’
GAMBAR 2 : Dokter Wawan saat mengisi acara talkshow kemarin. |
Selama aku memutuskan untuk menjadi
seorang ibu rumah tangga dan menghabiskan hampir 1x24 jam full bersama anak, aku seringkali ragu dengan diriku sendiri.
Karena sebelumnya aku bukan pecinta anak kecil, aku jadi punya ketakutan
sendiri kalau nanti tidak bisa mengurus anak-anakku dengan baik. Dan aku selalu
menganggap bahwa anakku tertinggal dibanding anak lain. Ketika melihat anak
lain yang sudah bisa berjalan di usia 9 bulan sementara anakku belum menunjukkan
langkah pertamanya di usia yang sama, aku langsung panik, senewen, bingung dan
mencari segala cara supaya anakku tidak tertinggal. Rupanya sikap kompetitifku
ini tidak baik dan akan memberi dampak buruk ke anak kita nanti. Karena menurut
Dokter Wawan, setiap anak yang terlahir ke dunia pasti berbeda-beda. Mereka
punya ciri, kemampuan dan perkembangan yang tidak selalu sama. Tapi kita boleh
saja memiliki acuan dasar misalnya : anak berusia 9-12 bulan biasanya sudah
memulai langkah pertamanya, dan akan semakin membaik di usia 14-15 bulan. ‘Lalu bagaimana kalau usia 14 bulan, si
Kecil masih belum bisa berjalan?’ Nah, mengutip kata Dokter Wawan,
jawabannya hanya satu : ‘berilah
stimulasi tanpa pakai emosi.’
Mendengar
ini, aku langsung membatin : ‘iya ya?
Selama ini aku seringkali membandingkan anakku dengan anak lain dan menganggap
mereka tertinggal.’ Nah perasaan ini membuatku merasa bersalah karena
seringkali pesimis dengan kemampuan Akira dan Gending, aku juga seringkali
emosi ketika mengajarkan hal baru ke Akira tapi Akira tidak menangkap apa yang
aku ajarkan. Dokter Wawan menyemangati para ibu yang hadir di acara tadi untuk
tidak larut dalam rasa bersalah. “Jangan
merasa bersalah ketika anda tidak tahu,’’ kata Dokter Wawan. Baiklahhhh,
karena sekarang sudah punya ilmu baru, aku jadi siap untuk memperbaiki diri dan
menjadi orangtua yang lebih baik lagi.
Lalu di acara ini aku mendapat ilmu
tentang 4 proses tumbuh kembang anak, yaitu :
- Motorik Kasar > Kemampuan
anak untuk melakukan aktifitas yang menggunakan otot besar dan menggunakan
kekuatan. Contoh : duduk, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.
- Motorik Halus > Kemampuan
anak untuk melakukan aktifitas yang melibatkan otot kecil dan
berkoordinasi dengan panca indra. Contoh : menyusun balok, mengambil
remote, bermain puzzle dan lain-lain.
- Bicara Bahasa > Kemampuan
anak untuk memahami berbagai informasi yang didapat dari lingkungannya dan
bisa mengekspresikan ide dan keinginannya secara verbal atau melalui
kata-kata.
- Personal Sosial > Kemampuan
untuk mengembangkan aktifitas kemandiriannya dari hasil berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh : anak
berkeinginan meniru orangtua untuk makan sendiri tidak disuapi.
Ketika
4 proses tumbuh kembang anak ini bersinergi, maka akan menghasilkan anak yang cerdas
dan baik prilakunya. Nah, bagaimana cara
untuk memastikan apakah kemampuan Akal, Fisik dan Sosial si Kecil sudah
bersinergi atau belum? Untuk itu hadir aplikasi KALKULATOR AFS yang bisa Mam
gunakan secara mudah dan tentunya gratis di website www.parentingclub.co.id
Step
pertama setelah Mam masuk ke website www.parentingclub.co.id
adalah melakukan registrasi melalui akun facebook atau email. Setelah proses
registrasi berhasil, Mam akan menemui halaman seperti di bawah ini :
GAMBAR 4 : Klik bar ‘ANAK’ seperti gambar di atas |
Step selanjutnya, klik tools
‘KALKULATOR AKAL FISIK SOSIAL’ seperti gambar di bawah ini. Oh iya, selain
kalkulator AFS, www.parentingclub.co.id ini punya tools lain yaitu ‘SMART
CONSULTATION’ yang bisa Mam coba untuk berkonsultasi secara online. Nantinya
pertanyaan Mam akan dijawab oleh para psikolog ahli dibidangnya.
GAMBAR 5 : Klik tools Kalkulator Akal Fisik Sosial |
Setelah
itu Mam harus memasukkan data anak yaitu jenis kelamin, nama, dan tanggal lahir
si Kecil. Nah yang bikin website ini makin keren, setelah kita melakukan test,
kita akan mendapat reminder untuk melakukan test ulang beberapa bulan kemudian nih Mam. Cocok banget buat aku
atau ibu-ibu lain yang pelupa.
GAMBAR 6 : isi profile anak |
Berikutnya Mam tinggal menjawab test yang diberikan sesuai dengan kehebatan si Kecil. Di akhir test, Mam akan ditunjukkan halaman untuk lanjut melihat hasil dan rekomendasi stimulasinya. Silahkan langsung dicoba dengan klik link berikut https://www.parentingclub.co.id/kalkulator-afs ya Mam.
GAMBAR 7 : isi test sesuai kehebatan si Kecil. |
Aku bahkan sempat berkonsultasi langsung dengan Dokter Wawan
tentang Akira yang pasif sekali bicaranya. “Jadi
begini dok, saya ibu dua anak. Yang satu baru berusia 1 tahun, satu lagi akan
genap 3 tahun tanggal 30 Januari nanti. Nah saya ingin bertanya tentang anak
pertama saya yang bernama Akira. Anak saya ini pasif sekali bicara bahasanya
dok, misal kalau ditanya, ‘kak laper gak?’ dia pasti cuma jawab ‘iya’ atau
‘enggak’. Nah kalau laper, begitu saya tawarin ‘mau makan apa kak?’ Dia gak
langsung jawab apa menu makanan yang dia mau. Harus saya tawarin satu persatu sampai dia bilang ‘iya,
mau telur’. Padahal teman sekolahnya usia 3 tahun sudah bisa lancar bicara
5-6 kata dan berbentuk kalimat utuh dengan subjek+predikat+objek. Sementara
Akira iriiiiit banget dan kadang suka gak mau jawab kalau ditanya. Hanya saja
anehnya, kalau saya minta tolong, misalnya ‘kak, tolong ambil/buang popok’ dia
mengerti dan menjalankan instruksi dengan baik. Anak saya ini tergolong speech
delay gak ya dok?”
Lalu Dokter Wawan memberi penjelasan yang sangat melegakan. “Jadi Mam, kami para dokter spesialis tumbuh
kembang anak sangat berhati-hati dalam menentukan apakah seorang anak itu
speech delay atau tidak. Kami akan melakukan analisis yang mendetail dengan mempertimbangkan
berbagai komponen, beda sama orangtua yang mikirnya ‘yang penting ngomong’. Mam
ngeluh karena anak Mam pasif bicaranya, apa kalau nanti anak Mam sudah cerewet,
Mam berhenti mengeluh? Oh enggak. Banyak pasien saya yang datang karena anaknya
terlalu cerewet. Ditanya satu pertanyaan, jawabnya panjaaaaaang melebar
kemana-mana. Dikit-dikit nanya, gak peduli ibunya lagi capek pulang kerja,
ibunya lagi sibuk masak, sampai ibunya kesal sendiri. Akhirnya apa? Datang ke
saya dan ngeluh ‘aduh dok, tolongin saya dok. Anak saya cerewet banget, gimana
ya caranya biar anak saya kalem, anteng dan manis dok?’. Nah Mams ini mempermasalahkan sesuatu yang
sebenarnya bukan masalah. Maka dari itu saya dan tim menyediakan kalkulator AFS
ini sebagai salah satu cara sederhana untuk mendeteksi apakah tumbuh kembang si
Kecil sudah sesuai usianya atau belum. Nah kalau sudah, Mam tidak perlu
khawatir kalau ada anak lain yang kemampuannya lebih cepat dari anak Mam.”
Begitu kira-kira isi jawaban yang diberi oleh Dokter Wawan.
Dokter Wawan menyarankan aku untuk terus menstimulasi Akira
sesuai dengan rekomendasi di kalkulator AFS yang langsung aku coba praktekkan
di rumah agar sinergisme Akal, Fisik dan Sosial-nya tetap baik. Nah untuk memastikannya, tentu kita harus rutin memantaunya agar kita tahu perubahan kemampuan anak di setiap tahapan usianya.
GAMBAR 8 : Dokter Wawan menjelaskan tentang pemauntauan sinergi AFS si Kecil |
Selain dipantau secara rutin, pemantauan ini harus dilakukan sejak dini. Karena apa? Kepintaran di usia awal akan membentuk kepintaran anak di usia selanjutnya. Mendengar ini aku jadi merasa sedikit lega karena cukup telaten memperhatikan tumbuh kembang Akira sejak bayi. Dan setelah melihat hasil kalkulator AFS yang menunjukkan sinergi 100% pada perkembangan akal, fisik dan sosial Akira aku pun bisa bernafas lega.
GAMBAR 9 : Hasil kalkulator AFS Akira yang bisa Mam coba di SINI |
Tapiiii... Masih ada tapinya nih Mam, kita harus tetap melakukan pemantauan secara reguler dan kontinyu. Sejak bayi baru lahir hingga satu tahun, kita harus memantau perkembangannya setiap bulan. Sementara setelah anak berusia 1-2 tahun, pemantauan dilakukan setiap 3 bulan. Setelah 2-6 tahun, pemantauan bisa dilakukan setiap 6 bulan.
Nah bicara soal stimulasi, dalam talkshow kemarin Dokter Wawan menjelaskan bagaimana sebaiknya stimulasi diberikan.
- Berlandaskan rasa cinta dan kasih sayang
- Menyenangkan dan tidak memaksa
- Diberi selama pengasuhan sehari-hari
- Dibantu dengan permainan sederhana dan aman
- Anak laki-laki dan perempuan sama, jangan dibedakan
- Diberikan dengan frekuensi yang rutin dan reguler
- Bertahap sesuai usia si Kecil dan sesuai kemampuan yang dikuasai saat itu
- Diberikan dalam bentuk dan jenis yang dapat mengembangkan semua kepintaran akal, fisik dan sosial si kecil secara seimbang.
Seperti gambar di bawah ini, aku sedang mengajak Akira jalan-jalan di
sekitar komplek rumah dan menjelaskan
benda yang kami lihat sepanjang jalan. Di sini Akira belajar mengenal
nama benda, konsep besar dan kecil, warna hingga jumlah. Misal, “kak, lihat deh. Itu namanya mobil. Namanya
apa kak? Mobil yaa. Warnanya apa ya? Oh mobilnya berwarna merah. Merahnya mirip
warna cabai ya kak? Nah itu yang besar-besar namanya roda. Rodanya ada berapa
tuh Kak? Kita hitung sama-sama ya! 1, 2, 3,4. Wah mobil merah itu punya 4
roda!”
GAMBAR 10 : Aku sedang mengenalkan Akira dengan benda di sekitar rumah. |
Stimulasi lain yang aku lakukan di rumah adalah membiasakan
Akira merapikan kembali sepatunya, lalu mencuci tangan setelah masuk ke dalam
rumah, membiarkan ia memilih buku yang ingin dibaca hingga menemaninya mencoba
mandiri dengan makan sendiri.
GAMBAR 12 : Aku menemani Akira yang berusaha makan sendiri. |
Aku jadi sadar kalau selama ini aku membandingkan Akira dengan anak lain sebagai
indikator tumbuh kembangnya.
‘Oh anak lain usia 9
bulan udah bisa jalan, Akira udah 10 bulan tapi kok belum ya?’
‘Oh anak lain usia 2
tahun udah lancar ngomong 4-5 kata, Akira udah 2,5 tahun tapi kok belum ya?’
Nah setelah mengenal kalkulator AFS, aku jadi
tau indikator sebenarnya seperti apa sih? Karena untuk menjatuhkan vonis
‘terlambat’ itu tidak bisa dilakukan oleh orang awam lho Mam. Kita harus konsultasi ke pakar tumbuh kembang anak seperti Dokter
Wawan untuk memastikan apakah betul ada ketertinggalan di tumbuh kembang si Kecil. Makanya, aku sangat menyarankan Mam untuk mencoba kalkulator AFS
ini sebagai cara mudah melihat sinergi akal, fisik dan sosialnya. Nah jangan lupa
share juga hasil testnya di Instagram Mam untuk mengikuti photo contest yang
diadakan oleh ParentingclubID ya!
Terakhir, aku mendapat sebuah pesan penting nih dari Dokter
Wawan selama talkshow kemarin : ‘berilah stimulasi tanpa memakai emosi’. Jadi
kalau anak kita memang pasif bicara, ya sudah. Stimulasi si Kecil untuk
merespons obrolan kita tanpa harus memaksa dia mengikuti kemauan kita, jangan
paksa anak kita untuk menjadi cerewet hanya karena kita menginginkannya. Ya
kalau anaknya memang kalem pendiem, mosok
dipaksa jadi bawel tho buuukkk. Jadi
sebenarnya kitalah sebagai orangtua yang harus lebih flexibel dalam menerima mereka. Selalu doktrin diri kita sendiri
bahwa anak kita istimewa, dan cintai mereka seutuhnya. Niscaya itu akan membuat
masa parenting menjadi ‘lebih’ mudah.
Komentar