Bapak

 
           Banyak orang sukses di dunia ini. Banyak yang hidupnya memiliki cerita-cerita hebat untuk dipamerkan. Salah satunya adalah Bapak gue. Menuangkannya dalam bentuk tulisan adalah cara gue untuk memamerkan kesuksesan Bapak gue.
          Biar gue jelasin dulu latar belakang Bapak ke kalian semua. Bapak adalah anak terakhir dari 6 bersaudara. Tiga kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Kakek seorang petani yang punya kebun berhektar-hektar, sedangkan Nenek seorang pedagang ‘segala’ yang ulung. Nenek menjual apapun, mulai dari kain kamen, beras, terasi, bawang-bawangan, kebaya dan masih banyak lagi.  Kakek dan Nenek gue adalah tipikal-tipikal orang Bali yang giat dan tekun bekerja. Berdua mereka membangun ekonomi keluarga hingga masuk jajaran ‘mapan’ di desa kami, desa Bengkel,Singaraja-Bali.
          Sebagai anak terakhir, Bapak tidak mendapat kasih sayang berlebih seperti anak-anak bungsu lainnya karena Kakek memutuskan untuk menikah lagi. Perhatian, kasih sayang dan harta tentu saja menjadi terbagi-bagi. Bapak berontak, tapi Nenek gak bisa berbuat apapun. Bapak kemudian dimasukkan panti asuhan di kota Singaraja. Ia tumbuh besar di lingkungan panti yang keras. Bekerja serabutan demi menambah-nambah uang sakunya.
          Masuk usia 16 tahun, Bapak keluar dari panti untuk kemudian melanjutkan pendidikan di bangku SMK dan hidup in the kost. Setelah lulus, Bapak bekerja sebagai montir di bengkel sesuai dengan jurusannya terdahulu. Selain itu, Bapak menekuni hobinya sebagai seorang pembalap dan penyiar. Disanalah ia bertemu Ibu. Gadis yang merantau dari kota asalnya, Denpasar, untuk melanjutkan kuliah keguruannya di Singaraja. Ibu adalah salah satu pendengar setia Bapak.
          Bapak dan Ibu menikah di usia yang cukup muda. Meskipun ada sedikit penolakan dari keluarga Ibu, Bapak toh berhasil membuktikan bahwa ia memang pantas memperistri Ibu. Bapak merelakan diri berhenti dari hobi masa mudanya dan fokus bekerja sebagai supir bus pariwisata untuk menanggung biaya kuliah Ibu. Dan for your information, Bapak gak mau nerima sedikitpun bantuan dana dari orangtuanya. Jadilah Bapak dan Ibu menikah dengan cara sederhana, meski mendapat tekanan dari banyak pihak.
          Bapak dan Ibu hidup bersama belasan tahun hingga memiliki kedua kakak laki-laki gue. Sampai suatu ketika keluarga kami mendapat tamparan karena Bapak menikah lagi hingga menghadirkan Kak Upik ditengah-tengah kami, sebagai saudari tiri gue. Saat gue tau bahwa gue punya saudari tiri, gue benci, benci sebenci-bencinya ke Bapak. Gue kecewa, dan semua rasa bangga gue mendadak hilang. Bapak pun gak pernah berusaha menjelaskan alasan keputusannya itu. Kami menghabiskan waktu dalam diam. Gue mendendam dengan Bapak gue sendiri.
         Hingga akhirnya, Ibu dengan berbesar hati menjelaskan keputusan Bapak menikah lagi tak luput dari kesalahannya. Ibu mengakui kelalaiannya dan malah berbangga karena Bapak masih lah seorang pria yang bertanggung jawab. Menikahi Ibu tiri gue itu adalah salah satu bentuk tanggung jawabnya. Gue pun menyesal sejadi-jadinya karena telah berburuk sangka dengan Bapak gue sendiri.Seorang Bapak yang meskipun ‘berandal’ tapi mampu dengan telaten mengurus bayi-bayinya. Seorang Bapak yang meskipun tidak berpendidikan tinggi, tapi mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Seorang Bapak idola bagi gue dan kakak-kakak gue.
        Hidup bukanlah hidup tanpa cobaan. Ya, cobaan datang lagi ke keluarga gue. Bapak terpaksa berhenti menjadi supir bus setelah kesehatannya kian memburuk. Bapak kena asam urat. Bapak menganggur cukup lama. Perekonomian keluarga semakin jatuh. Pengiritan ini itu terpaksa kami lakukan.Tapi satu yang gak pernah mau Bapak irit, pendidikan. Ya, memang cukup aneh seorang seperti Bapak yang hanya seorang supir sangat mengedepankan pendidikan anak-anaknya. Ketika rekan-rekan seprofesinya hanya mampu menyekolahkan  anak-anak mereka di sekolah ‘biasa’ yang biaya SPP-nya relative murah, Bapak malah selalu menyekolahkan kami di sekolah-sekolah terbaik dan favorit dengan biaya SPP yang relative mahal.
       Bapak gak mau tinggal diam. Setelah meminta bantuan kesana kemari, Bapak akhirnya menerima tawaran kakak laki-lakinya untuk menjadi supir truk, membawa hasil panen atau barang-barang ke daerah lain. Kadang hanya diseputaran Bali. Kadang harus menyeberang pulau ke Jawa atau Lombok.
       Waktu gue masih di rumah, gue sering jemput Bapak dari pool-nya. Gak lupa gue bikinin kopi kesukaan beliau, kopi hitam dengan setengah sendok teh gula pasir sebagai balasan atas berbagai oleh-oleh yang selalu Bapak bawa pulang. Kemudian gue akan menceritakan pengalaman-pengalaman gue selama beliau meninggalkan rumah untuk nyupir. Gue akan mengadu tentang galaknya Ibu, atau betapa menyebalkan guru-guru di sekolah. Dan Bapak akan selalu kembali menyemangati gue, hingga suatu kali, Bapak pernah berkata,
     “Gek,kalo kamu udah sukses nanti, jangan lupa bilang ke orang-orang, ‘ini lo Bapakku. Ini lo, Bapaknya anak-anak yang sukses’. Biar Bapak Cuma supir begini, anak-anak Bapak sukses semua!”
       Sekarang, gue bisa mewujudkan keinginan Bapak, dalambentuk yang berbeda. Gue gak menceritakan kesuksesan gue (karena gue emang belum sukses saat ini). Gue menceritakan kesuksesan Bapak gue dalam membesarkan dan mendidik gue hingga seperti ini. Gue bangga dengan diri gue. Gue bangga dengan Bapak.
      Bapak mungkin gak sadar, Bapak bukanlah sekedar seorang Bapak. Bapak sangat berperan dengan kepribadian anak-anaknya sekarang.Gak banyak anak supir truk yang bisa mengenyam pendidikan setinggi kami,anak-anak Bapak. Gue tau, ada beberapa temen-temen dengan latar ekonomi yang sama, atau bahkan lebih kurang mampu dari gue. Tapi mereka gak pernah berniat menceritakan orangtua mereka. Tapi gue, dengan sangat BANGGA memperkenalkan Bapak gue, Ketut Arnaya, seorang Bapak sukses dari Singaraja.

Komentar

skullplayer mengatakan…
the one and only....father
Unknown mengatakan…
Long time no see.. Walo sebentar tp bisa langsung tau beliau memang pribadi yg hebat..
Inget jg, dlu sempat penasaran namamu kok ketut, padahal cuma bertiga dan ga enak untuk bertanya sampai akhirnya km yg cerita sendiri..
Cerita ini salah satu yg terbaik :)
Radinna Nandakita mengatakan…
Long time no see juga :)
Iya, ini adalah salah satu cerita terbaikku, meskipun miskin visitors dan comment. Hehehe. But it's okay, aku lega. setidaknya ak punya bapak yg benar2 membanggakan
Robbin Greene mengatakan…
Tdk miskin ko'..byk visitorny tp mrk tdk koment..mrk membaca mrk tersnyum mlihat tulisanmu, mrk hanya pengagummu dr jauh...secret admirer'..Ơ̴̴͡.̮Ơ̴̴̴͡
Radinna Nandakita mengatakan…
:) senangnya ada lagi yang mulai bersua.. selamat datang di blog saya :)
Okvina Nur Alvita mengatakan…
Pas baca tulisan ini gw malah lebih menggaris bawahi sosok ibu mbak Dinna. Beliau dengan sabar dan lapang dada tetap membela sosok seorang ayah di mata anaknya. Padahal pada waktu yang bersamaan, gw yakin hati beliau sedang hancur-sehancur-hacurnya.
Salam untuk ibu yang memiliki hati seluas samudra dan kesabaran tanpa batas. :)
bebiblu mengatakan…
pasti nangis ya waktu buat tulisan ini geg? hehehe
salut deh buat kamu geg,bisa jadi anak yang membanggakan orang tuanya :)
btw, ijin lanjut baca yang lain ya geg :)
Rahmat hidayat mengatakan…
Sy sampai nangis baca pesan bapak nya . Thanks a lot banyk pelajaran yg d petik Dari cerita2 mba radinaa
Rahmat hidayat mengatakan…
Sy sampai nangis baca pesan bapak nya . Thanks a lot banyk pelajaran yg d petik Dari cerita2 mba radinaa
Unknown mengatakan…
gw nangis, gokil, seorang gw bisa kesentuh dgn tulisan lo, mulai skr gw jadi fans lo, you're a lil bit miracle and lights for me right now, thankyou for sharing :) may ALLAH bless you and your family :)

Postingan Populer