Surat Keempat

Surat Keempat…

               Assalamualaikum Dimas, bagaimana kabarmu? Saat 5 tahun lalu kita memutuskan untuk berpisah aku tidak menyangka bahwa itu berarti kita tidak berhubungan sama sekali. Maka kuputuskan untuk mengirim surat sebagai bentuk silahturahmi kita untuk yang pertama juga terakhir kalinya.
               Tidakkah menurutmu kita berdua unik? Kamu Muslim, aku Kristen dan kita dipertemukan di pulau yang mayoritas penduduknya Hindu? Kita berdua menjalin hubungan karena memiliki pandangan hidup yang sama, bahwa cinta tidak boleh dikotak-kotakkan oleh agama. Merasa sangat kuat untuk melawan dunia seperti kisah roman jaman dulu kala. Namun dua bulan kemudian kita menyerah karena sadar, bukanlah dunia yang sedang kita lawan… tapi keluarga. Dan sayangnya kita berdua berasal dari keluarga fanatik yang tidak akan pernah mengerti pemahaman kita. Sampailah kita di penghujung jalan yang bercabang dua : perpisahan atau pengkhianatan. Demi nama kesetiaan dan bakti kepada orangtua, maka kita putuskan untuk berpisah secepatnya.
               Katamu, “rupanya kita salah. Ternyata cinta memang harus dibentengi dengan agama. Muslim harus mencinta yang Muslim. Kristen harus mencinta yang Kristen. Agar tidak ada lagi kisah cinta seperti kita yang bertemu hanya untuk dipisahkan.”

               Biar aku benahi. Cinta tidak harus mengenal agama. Namun di Indonesia, menikah harus dengan yang se-agama. Aku mencintaimu, tidak peduli apapun keyakinanmu. Dan ketahuilah, penyesalan terbesarku adalah melepasmu pergi begitu saja tanpa sempat mencoba sedikiiiit saja untuk bertahan. 

Komentar

Postingan Populer