Surat Kelima

Surat Kelima....

Bonjour, Julian. Kudengar kau mengambil kursus dan kini Bahasa Indonesiamu jauh membaik setelah berpisah denganku. Jadi kau pasti akan mengerti isi suratku, kan? 
Suratku ini bukan hanya untuk menyapamu. Tapi aku ingin menjawab semua pertanyaanmu yang tak sanggup kujawab saat kita berpisah dulu.
Ketahuilah, tidak sepertimu, aku sangat awam dalam dunia percintaan. Dengan sifat pemalu yang mendarah daging ini, aku sungguh kesulitan menjalin hubungan romantis dengan laki-laki. Namun aku belajar banyak dari 4 pria yang hadir di hidupku. Masing-masing dari mereka mengajariku bahwa tidak ada cinta yang sempurna. Dan kamu… terlalu baik untuk jadi nyata.
CEO baru perusahaan kita, expatriat tampan dengan mata biru dan lekuk leher yang menggoda, mengejar sekretarisnya sendiri? Bukankah itu hanya ada di drama romantis TV series? Aku terlena. Aku menikmati ujaran penuh iri dari karyawan lain dan tanpa sadar jatuh cinta lagi. 
Satu bagian dalam diriku meyakinkan aku untuk terus menjalani hubungan itu. Menikmati setiap sajak pendek yang kau kirim untukku tiap malam. Menikmati setiap kecupan kening yang kau beri setiap kali mengantarku pulang. Menikmati semua hal yang sebelumnya hanya bisa aku baca pada tulisan Rainbow Rowell di Fangirl. Namun satu bagian lain menamparku dengan keras dan berontak. ‘Wake up! Jangan mau disakiti lagi, Nava!’
 Jadi kuputuskan untuk kembali ke dunia nyata. Mengajukan surat pengunduran diriku dengan alasan ingin kembali ke Jakarta. Lalu… mundur teratur dari hidupmu.
Saat itu kau langsung memberondongku dengan pertanyaan. ‘Apa aku tidak mencintaimu? Apa aku tidak cukup baik untukmu? Apa aku bukan tipe laki-lakimu?’
Aku mulai mencintaimu dan kau sungguh jauh melebihi ekpektasiku. Tapi masalahnya bukanlah kamu, Julian. Masalahnya ada di aku. Aku terlalu takut untuk tersakiti lagi. Aku lebih mempedulikan perasaanku nantinya dan mengabaikan perasaanmu saat itu. 
Saat itu aku tidak sempat meminta maaf dan menjelaskan alasanku. Mungkin bagimu, sudah sangat terlambat untuk memaafkanku. Tapi setidaknya, sebelum tutup usiaku, aku ingin meminta maaf dan pengertianmu.

I’m so sorry…

Komentar

Postingan Populer