Surat Pertama

Surat Pertama…
              
               Hai Angga… Ini aku, Nava. Sengaja tidak kucantumkan nama pengirim di bagian depan khusus agar kau bertanya-tanya dan tak sabar membaca isinya. Tenang… Ini bukan surat tagihan ataupun surat wasiat. Aku hanya ingin mencoba cara lama untuk berbicara. Menulis surat untuk kalian yang pernah kucinta.

Sudah lama sekali ya, kita tidak bersua. 15 tahun lalu ketika kita duduk di bangku SMA. Itu tahun pertama yang sangat mendebarkan dan kau adalah kekasih pertama yang sangat menggairahkan. Kau membuka mataku untuk menikmati hidup layaknya remaja normal di luar sana. Aku berterima kasih untuk itu semua, untuk 3 tahun yang kita lalui bersama.
3 tahun itu adalah masa yang hebat! Sekalipun aku tidak pernah terbayang untuk bisa merasakan serunya kabur di jam pelajaran Kimia, malu-malu-mau bercumbu di balik tembok lab Fisika dan membuat contekan rumus Matematika. Orang-orang berkata bahwa kau mengubahku, tapi tidak sayang… Kau memberi riak pada hariku yang kelam. Tapi tidak sekalipun selama 15 tahun terakhir aku merasa tenggelam. 
Bahkan saat kau putuskan untuk melepasku pergi, tidak pernah ada benci yang tersemat di hati ini. Aku paham, bahwa seberapapun usaha yang kuberikan untuk beradaptasi dengan hidupmu, namun bukanlah aku yang pantas untuk mengisi kekosongan itu. Aku bisa ikut melompat dari ketinggian 1000 kaki disampingmu, aku bersedia menginjak bara api dan menari bersamamu, namun yang kau butuhkan rupanya lebih dari itu. Dan ia adalah Citra, sahabat masa kecilmu.
Ketahuilah bahwa aku tidak pernah menganggap Citra adalah orang ketiga yang datang pada hubungan kita. Kenyataannya adalah aku yang menjadi penghalang di antara kalian. Kau melihatku sebagai gadis pemalu yang menggoda. Citra pun terlupakan. Namun kau tahu apa yang ia lakukan selama tiga tahun kita bersama? Ia menunggu. 3 tahun ia tetap setia menunggu kau kembali bersamanya. Bertualang, melakukan ide gila yang biasa kalian rencanakan berdua. Persahabatan kalian lebih murni dari kisah cinta manapun yang pernah aku baca. Maka dari itu aku senang mendengar kabar 3 tahun lalu kalian berakhir bahagia di pelaminan. Aku sangat senang, meski tidak dapat menunjukkannya melalui tanda tanganku di buku tamu kalian. Aku…Sangat senang untuk kebahagiaan kalian.

Angga… Kau adalah pria pertama yang mengajarkan aku cinta, ciuman pertama dan rasa luka. Namun aku tidak pernah membencimu, juga Citra. Aku menyayangi kalian, layaknya saudaraku yang sedarah. Semoga cinta kalian abadi hingga maut memisahkan.

Komentar

Postingan Populer