Senjata Pamungkas Pramugari

     Menurut lo, kenapa pramugari punya syarat mutlak 'MENARIK' untuk para applicantnya? Menurut gue, karena orang-orang menarik sangat bisa diandalkan bagi profesi yang bisa dibilang sebagai frontliner perusahaan. Gue, tidak bisa dipungkiri, adalah tipikal orang yang menarik. Hanya saja kadar menariknya masih dibawah rata-rata. Tapi lumayanlah, yang penting gue bisa menarik hati pangeran unyu gue, Maherda Ekananda. #pramugombalkumat
     Seperti kejadian kemarin, dipenerbangan gue dari Surabaya menuju Makassar. Seperti layaknya peak season, traffic di station-station besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar atau Denpasar bisa dipastikan akan sangat parah. BAYANGKAN! Untuk push back alias pesawatnya mundur keluar dari apron (parkiran pesawat) dan taxi out menuju runway (landasan pacu) kita bisa menunggu hingga 1 jam! Itu baru push back loh! Belum menari untuk lepas landas. Ga percaya? Coba deh pesen tiket Jakarta - Surabaya di sore hari. Gue pastikan penerbangan lo bakal delay lebih dari setengah jam!
    Kalau seperti ini, siapa yang harus disalahkan? Pemerintah? Karena tidak membatasi airlines LCC (Low Cost Carrier) yang sedang menjamur sehingga jumlah penerbangan menjadi semakin membludak? Wah, gue gak tau deh. Ga berani komentar aahh.
    Nah, kejadian kemarin semakin menyadarkan gue, betapa pentingnya peran pramugari/pramugara disuatu airlines terlepas dari tugas safety di pesawat. Jadi ceritanya seperti ini...
    "GILAK! Udah delay 2 jam, sekarang harus delay lagi 30 menit?! Saya gak mau tau, nanti sampai Makassar, anda urus untuk ganti rugi tiket saya! Delaynya parah ini! Parah banget!" bentak seorang Bapak-Bapak setelah FA 1 gue menyampaikan bahwa kita diharuskan menunggu 30 menit  untuk bisa push back. Saat itu, gue sudah terlebih dahulu terbang dari Surabaya - Balikpapan - Surabaya. 1 set crew gue udah berusaha sekuat tenaga buat mempercepat groundtime. Gue bahkan sampai membantu orang cleaning service untuk memungut-mungut sampah supaya cabin ready buat boarding lagi. Tapi apa daya, traffic memang masalah pelik yang susah dihindarkan pada musim-musim begini.
    "Maaf sekali Bapak, perusahaan kami tidak memberi kompensasi berupa penggantian uang tiket kalau delay 2,5 jam." jawab gue dengan senyum.
    "Hah? Gak dapet?! Perusahaan macam apa ini? Kalau bukan karena maskapai ini yang tiketnya masih tersisa, saya gak akan sudi naik pesawat ini!" duh, gemes banget gue sama penumpang model begini!
     "Oh, begitu ya Pak? Mohon maaf sekali ya Pak, saya juga menyayangkan keterlambatan ini. Tapi ini tidak hanya terjadi di maskapai saya Pak. Semua maskapai mengalami keterlambatan yang sama karena kita semua wajib antri untuk lepas landas ataupun mendarat. Semuanya Pak, tanpa terkecuali. Saya mohon kesabarannya ya Pak, 20 menit lagi pesawat kita sudah bisa mundur kok Pak." jawab gue lagi berusaha keras menenangkan si Bapak. Seolah gak punya urat kemaluan, si Bapak yang udah dipelototin berpasang-pasang mata itu tetap menghina-hina perusahaan gue.
    "ALAH! BOHONG! SAYA TETEP GAK TERIMA! Lihat saja, nanti akan saya adukan ke media masa bahwa maskapai ini sangat parah dalam segi pelayanan dan operasional! Lihat saja!" gue kaget. Pelayanan siapa nih yang parah? Gue? Helooo, gak salah?
    "Maaf sebelumnya, pelayanan dari siapa yang Bapak maksud? Saya mewakili perusahaan saya dan air crew lainnya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tapi jika Bapak memang bersikeras memberitakan hal ini ke media, saya tidak bisa melarang. Sekali lagi saya memohon maaf atas keterlambatan penerbangan ini." gue tanpa ba-bi-bu langsung meninggalkan si Bapak yang terus mengamuk seperti godzilla kesetanan. Gue udah bayangin, kalo dia jungkir balik di tengah cabin, gue bakal kumpulin duit dari para penumpang. #Lo kira ini sirkus????
    Gue berusaha melupakan kejadian itu. Bagaimana lagi? Toh memang itu kenyataannya. Kalau dia memang mau melaporkan kejadian ini, ya sudah. Paling juga dia yang malu sendiri, karena yang diberitakan tidak benar dan tanpa bukti yang kuat.
    "TUNG!" sebuah lampu pemanggil pramugari menyala. Ketika gue perhatikan, ternyata berasal dari si Bapak-Bapak pengamuk tadi.
    "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" kata gue ramah.
    "Telinga saya sakit!" jawabnya ketus sambil menutup-nutup telinga.
    "Sebentar ya, Pak..." gue buru-buru balik ke cabin depan dan membuat teh hangat. Gue juga mengambil beberapa permen di handbag gue. Gak lupa mengambil 2 monouse (gelas plastik sekali pakai) yang gue isi tissue dan gue basahi dengan air hangat.
    "Ini Pak, tehnya silahkan diminum selagi hangat. Gulanya saya pisah, silahkan dituang sesuai selera. Nah, dua gelas ini Bapak pasang ditelinga Bapak, agar telinga Bapak hangat. Lalu permen ini bapak emut, agar terjadi aktifitas di rongga mulut Bapak. Itu sangat membantu. Telinga yang terasa sakit atau mendenging itu biasanya terjadi saat pesawat sedang menurunkan ketinggian Pak. Jadi tidak berbahaya." jelas gue panjang lebar bak suster rumah sakit. Si Bapak tanpa terimakasih mengambil semua pemberian gue dengan kasar.
    "Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya gue halus.
   "Gak." balas si Bapak singkat namun tidak lagi seketus beberapa saat lalu. Gue meninggalkan si Bapak yang asik mengemut permen dari gue. Terlihat dia merasa enakan setelah menuruti apa yang gue anjurkan.
    Gak terasa, perjalanan Surabaya - Makassar selama 1 jam 25 menit itu berlalu sudah. Gue mendarat di Makassar tepat jam 3 subuh local time. Badan gue berasa mau ambruk karena belum benar-benar pulih dari demam dan meriang, tapi harus menjalani penerbangan panjang.
    Setelah semua penumpang keluar, gue melakukan prosedur untuk mengecek baju pelampung penumpang, takutnya ada yang hilang atau rusak. Gue dikagetkan oleh sebuah suara.
    "Mbak..." ketika gue perhatikan, ternyata si Bapak pengamuk tadi!
    "Ya Pak? Ada yang bisa saya bantu?"
    "Oh, enggak Mbak. Saya... Saya mau minta maaf, tadi sudah mempermalukan Mbak dengan marah-marah di depan penumpang lain," gue tersenyum. Sebenernya, gue tidak merasa dipermalukan. Gue malah merasa si Bapak mempermalukan dirinya sendiri karena menunjukan emosi dan mengumpat sedemikian rupa, itu menunjukkan bahwa si Bapak bukanlah tipikal orang well educated.
    "Dan, saya juga berterimakasih. Tadi..anu, telinga saya. Ehm... Nggg," sepertinya ia bingung ingin menyampaikan rasa terimakasihnya seperti apa.
    "Telinganya sudah baikan kan Pak? Tidak apa-apa, itu memang kewajiban saya."
    "Iya Mbak, itu maksud saya. Mbak tenang saja, saya tidak akan memberitakan yang tidak-tidak tentang perusahaan Mbak. Saya malah senang sekali, walaupun saya sudah emosi seperti tadi, saya masih sangat diperhatikan." gue lega. Gue sebenernya gak takut akan masuk pemberitaan di koran, karena gue sama sekali gak berbuat salah dan melanggar prosedur. Hanya saja, kalau sampai ia melebih-lebihkan, pasti akan panjang urusannya. Dan itu bakal bikin gue gak bisa terbang untuk urusan investigasi itu.
    "Wah, terimakasih banyak Bapak. Semoga Bapak puas dengan pelayanan kami dan tetap setia menggunakan maskapai kami di setiap perjalanan Bapak yaa.." kata gue sambil promosi.
    "Oh, tentuuu! Maskapai Mbak ini besar sekali! Saya mau pulang ke Makassar punya banyak pilihan waktu. Dan lagi, tiketnya murah, pelayanannya memuaskan. Hahaha," ehbusyeett.. perasaan 1,5 jam yang lalu dia mengatakan komentar yang sebaliknya deh!
   "Oke Mbak Ketut, ya kan? Namanya Mbak Ketut? Emang orang Bali itu ramah-ramah, senyumnya manis pula! Sampai ketemu lagi ya Mbak Ketut!" jawab si Bapak sambil berlalu.
    Ini udah kesekian kalinya gue kena omelan penumpang karena delay. Tapi ini baru pertama kali ada yang mau memohon maaf atas sikap tidak mengenakkan mereka. Gue penasaran, apa yang merubah pendapat si Bapak itu secara tiba-tiba, tapi gue yakin, itu berkat senjata pamungkas para pramugari : SENYUM. Bayangkan kalau tadi gue membalas ocehan si Bapak dengan nada tinggi dan muka mengkerut, gue yakin bakal ada adu jotos dipesawat. Tapi dengan senyum, penumpang semengerikan apapun pasti akan lumer. Senyum yang tulus dari hati, gue yakin, akan sampai juga kehati mereka yang panas. Jadi? Masih berminat menjadi pramugari? Mari latih senyummu mulai dari sekarang. Karena senyum akan menjadi senjata pamungkasmu nanti.

Komentar

Kevin Anggara mengatakan…
Haha, jarang ada orang yang udah marah-marah, malah minta maaf dan mengakui kesalahannya. Keep smile, Mbak Ketut! :D
keep smile mbaak dinnaaaaaaaaaa! *goyang caesarrrr*
Unknown mengatakan…
wahahah... emang tuh entah kenapa ya banyak yang maki - maki tapi tetap aja make itu airlines, apa karena MURAH?? *oke ini curhatan Call Center and Ticketing Staff JT*

haduh.. saking semangatnya tadi gue bacanya Kentut -,- maaf ya mba ketutt :D
Muhammad Esa mengatakan…
heheehehe., bapak itu akhirnya sadar juga :D
Keren kamu mbak, dan masih banyak bapak bapak kayak gitu, sabar ya mbak... ;)
Anonim mengatakan…
Semoga tulisan ini dibaca oleh pimpinan perusahaan ya Din. Biar kisah ini bisa dijadikan pelajaran bagi pramugari lain. :)

Terus terang ketika dulu sering perjalanan dinas dan harus naik berbagai macam maspakai, aku pribadi ngerasa kalo pramugari tempat kamu kerja itulah yang paling pelit senyum hihihi. Tapi aku gak terlalu ambil pusing karena memang gak nyusahin mereka dan mereka pun gak bikin salah (aku pernah loh ketumpahan minum sama pramugari garuda sampe celana basah padahal itu penerbangan pagi dan harus kerja di kantor wilayah kota tujuan hahaha). Tapi aku sama sekali gak marah, toh bentaran juga kering. Dan FA-nya pun minta maaf dengan tulus.

oh ya, semoga juga makin banyak penumpang yang baca blog ini biar tahu suara hati PramuGalau eh Pramugari. ;)


wiraintruder mengatakan…
"kita bisa menunggu hingga 1 jam! Itu baru push back loh! "
trnyata dikit amat yah Pushback Carnya?? sampe kudu ngantri gtu..


btw klo biasanya ada yg treak2 ga jelas kyk gtu biasanya saya nimpalin "Kalo mau cepet dorong sndri aja pesawatnya"


wkwkwkwk


soalnya saya pernah dr CGK-SUB naek maskapainya mbak Dinna delay ampe 1 jam lebih di pesawat cm gara2 ada trouble (30 menit pertama) nah krn delay itu ada org yg katanya ga sanggup buat ngelanjutin penerbangan akhirnya turun deh 3 org dr pesawat buat batalin, alhasil krn mereka bawa koper nungguin ground crew ubek2 cargonya lg (30 menit k2)

saya ampe ketiduran, kebangun pas pesawat lg taxi..
dpkir udah sampe, rupanya masih di Jakarta...
asem bgt, pgen rasanya buka itu pintu darurat :v
wkwkwk
Radinna Nandakita mengatakan…
dicatet : GUE BELOM PERNAH. ini pertama kalinya ada yg udah ngamuk2 sedemikian rupa, eh tp malah berujung minta maaf sgala..
Radinna Nandakita mengatakan…
ASEK ASEK JOOOOSS! *kena virus suling sakti juga
Radinna Nandakita mengatakan…
waduh! Jangan diplesetin gitu om! Kalo diplorotin... GAK BOLEH JUGA!
Radinna Nandakita mengatakan…
Iya nih, makanya mohon dibantu promosiinya ke para penumpang. Hiks, kan kasian saya. Gigi kering senyum mulu, tp jarang banget ada yg balas.
Radinna Nandakita mengatakan…
yoi, aku jg sering ky gtu.. kalo udh kaya gtu, harus ngeluarin jurus rayuan maut spya gak tambah delay.
Kukuh Kurniawan mengatakan…
huaaaa, ceritanya keren loh :)) bisa ngeliat sisi lain dari seorang pramugari. makin semangat ya nulisnya. aku tunggu cerita cerita lainnya hehehe aku suka blogmu :D

Postingan Populer