Twelve Hours In Jogja : Mengejar Pesawat
Kemarin, gue baru saja menyelesaikan
perjalanan panjang gue dari jam 3 sore waktu Indonesia bagian tengah dari
Makassar – Cengkareng – Makassar Cengkareng. Harusnya sih gue landing jam 11
malam waktu Jakarta, tapi akibat delay berkepanjangan, gue baru mendarat di
Jakarta jam 1 malam. JAM 1 MALAM WOY! Itu mah barengan banci berangkat mangkal!
Tapi ya sudah, itulah konsekuensi pekerjaan ini. Gak boleh ngeluh, gak boleh
ngeluh. #ngelusdada
Nah, sesaat sebelum gue berangkar
dari Makassar ke Jakarta, gue berencana pulang ke Jogja, karena sekolah
pramugari gue dulunya mengadakan semacam OSPEK yang dinamai B-FLAT alias Basic
Flight Attendant yang diadakan di Kaliurang, kawasan Merapi di Jogja dan gue
diundang untuk menjadi salah satu panitia disana. Jadilah gue dibantu Mas Rio,
salah seorang staff P3 Nusantara memesan ticket dengan ETD 05.20 pagi. Gue
berani memesan tiket sepagi itu jelas karena mengira gue akan mendarat dengan
selamat di pukul 11. Ternyata, peak
season belum berakhir pemirsa! Delay masih melanda dimana-mana. Anyway,
saat gue pulang ke Jogja hari ini, gue bukan dalam status libur/day off, melainkan gue berstatus standby dimana schedule gue dikosongkan
akibat pendaratan yang terlalu malam dan waktu istirahat yang minim. Tapi meski
minim waktu istirahat, toh gue merelakan diri jauh-jauh ke Jogja untuk bisa
mendidik dan melatih para adik kelas gue, meski hanya sesaat.
Gue terima nasib dengan tabah. Gue
menginap disalah satu unit apartemen temen gue di daerah Tangerang untuk
menambah waktu istirahat gue. Gue tiba di apartemen pukul 2 malam, dan akhirnya
baru bisa tertidur pukul setengah 3 pagi untuk kemudian harus bangun dan
bersiap-siap dari pukul 3 pagi. Dan kehebohan pun muncul. GUE TELAT BANGUN! Gue
sama sekali tidak mendengar alarm gue meraung dari pukul 3 pagi. Dan apesnya,
HP gue masih dalam mode silent sehingga SMS dan serbuan missed calls dari Mbak
Desvy sama sekali gak menembus alam mimpi gue. Anyway, Mbak Desvy ini adalah kakak
kelas gue di P3 Nusantara sekaligus Ibu asrama gue dulu, sekarang dia malah
menjadi junior gue karena join di maskapai yang sama selang 6 bulan setelah
gue.
Gue terbangun pukul 04.20 pagi.
BAYANGKAN!!! Pesawat gue akan take-off pukul
05.20 dan gue baru bangun 1 jam sebelumnya. Gue gak tau apa yang membangunkan
gue, tapi yang jelas gue merasa ada yang memaksa gue bangun tadi pagi. Tanpa
mandi ataupun cuci muka, gue hanya berkumur menggunakan Listerine dan langsung
buru-buru mengambil tas terdekat yang ada. Memasukkan dompet, hp dan charger.
Dalam waktu 5 menit saja, gue sudah siap dan segera turun ke bawah untuk
mencari taksi. Apesnya, security tidak
sedang berjaga sehingga gue tidak bisa memesan taksi. Gue berlari hingga keluar
kawasan apartment, syukurlah, seolah dibukakan jalan, ada taksi yang melintas
tepat saat gue butuhkan. Gue menyetop taksi seperti orang kesetanan.
“PAK BERENTI!!! ANTER SAYA KE
BANDARA SEKARAAAANNNGG!” lolong gue nyaris seperti serigala.
“I-iya Mbak, monggo masuk!” kata si
supir Biru ketakutan.
“Ke terminal 3 Pak, SAYA UDAH TELAT!”
gue saat itu memang menggunakan Air Asia karena schedule terpagi ke Jogja
disediakan oleh maskapai ini.
“SIAP MBAK!” kata si Bapak gak kalah
histeris. Ia langsung tancap gas dan mobil melaju dengan SANGAT CEPAT. Saking
cepatnya, alarm taksi si Bapak meraung-raung minta berhenti. Syukurlah, jalanan
masih sangat sepi karena pagi hari belum terlalu banyak orang yang lalu lalang.
Tapi memasuki kawasan M1 yang sebenarnya sudah sangat dekat dengan kawasan bandara,
gue harus menghadang kemacetan. Dengan inisiatif tingkat dewa, gue turunkan
kaca mobil dan berteriak, ”BAPAK, IBU, TOLONG BERI JALAN! KAKAK SAYA MAU
MELAHIRKAN! TOLONG PAK, BU!!!”
Ajaib! Kepedulian masyarakat masih
sangat besar, mereka serentak memberi kami jalan lowong. Pak Supir yang gue
duga sebagai mantan pembalap F1 ini langsung memanfaatkan kesempatan ini dan
menyalip beberapa mobil didepan kami yang berbaik hati memberi jalan. Akhirnya,
dengan kesaktian Pak Supir, gue bisa tiba di bandara hanya dalam waktu 15
menit. Rata-rata dalam kondisi yang sama, gue menghabiskan waktu sekitar 35
menit! Ini bener-bener rekor buat gue! Bahkan Maherda pun gak bisa mengalahkan
kecepatan Pak Supir gue kali ini. Untuk bantuan itu, gue memberi tips yang
cukup besar, lebih dari biasanya.
Gue menelfon Mbak Desvy yang memang
sudah berada di bandara dari jam 4 pagi. Ternyata Mbak Desvy sudah terlebih
dahulu mengurus tiket dan boarding pass gue.
Ah, gue sangat berterimakasih dengan Mbakyu cantik yang satu ini!
Gue berlari hingga masuk ke x-ray
pertama. Kalau biasanya gue yang pake seragam pramugari bisa melenggang cantik
tanpa harus antri karena hak prioritas di bandara yang kami miliki, maka kali
ini gue harus bersabar diri mengantri panjang untuk segera menuju x-ray kedua
dilantai atas.
Gue yang sangat jarang olahraga
(dihukum senior buat boarding sendirian itu bagi gue bukan olahraga ya) jelas
saja berlari-lari seperti itu membuat gue ngos-ngosan nyaris mati. Keadaan gue
kacau banget, rambut berantakan tanpa disisir, mata merah lengkap dengan
beleknya, ditambah badan yang lengket karena gue tertidur dengan lupa
menyalakan AC. Sungguh kontras sekali jika dibandingkan dengan Mbak Desvy yang
sudah eksis dengan bulu mata anti tornadonya.
Kami termasuk antrian terakhir yang
masuk pesawat. Gue memperhatikan interior cabin pesawat Air Asia ini. Desainnya
unik dan cheerful sekali! Gue
perhatikan, segmen penumpangnya pun berbeda dengan maskapai tempat gue bekerja.
Rata-rata penumpang saat itu adalah anak muda dan turis luar. Tentu, yang gak
lepas dari pandangan gue juga pramugarinya yang cantik dan ramah sekali. Tipe
kecantikannya pun hampir seragam, tipikal face
ramah dan sangat energik, beda dengan beberapa airlines lain yang
mengedepankan image ramah namun anggun. Bagi gue ini adalah daya tarik
tersendiri! Toh bagi gue mereka tetap terlihat anggun dengan cara mereka
sendiri.
Memasuki fase in-flight, para Mbak-Mbak cantik ini melakukan sky sale. Berbeda dengan gue yang hanya menjual snack, minuman dan
souvenir, Air Asia menyediakan beberapa pilihan makanan berat dan ringan, choices of hot or cold drink, serta
beragam souvenir menarik lainnya yang tidak mampu dompet gue jangkau. Niatan
jahil pun muncul secara tiba-tiba.
“Mbak-Mbak! Skiuzmi, sayah mau order
yaah…” kata gue sok bule gagal. Mbak cantik berambut sebahu yang kalau tidak
salah ingat bernama Revina menyambut panggilan gue dengan ramah.
“Ya Mbak? Ada yang bisa saya bantu?”
widih, gue berasa ngaca nih! Kalo kemaren-kemaren kan gue yang ngomong kalimat
wajib macem itu.
“Iya, jadi saya maw order one Mai-low for my sisters,” kata
gue sambil menunjuk Mbak Desvy , “then
one mineral drink for me.”
“Hm, maaf? Maksud Mbak minuman Milo?
MILO kan?” jawabnya sambil benar-benar mempertegas ucapan yang benar dari
minuman MILO.
“Yak! That’s rite! MILO!” gue menahan geli ketika melihat ekpresi
kebingungan dari si Mbak.
“But,
I mau tidak terlalu dingin, tidak terlalu fanas. Ibarat lagu dangdut, itu
yang sedang-sedang saja. U got what I
mean?” gue dengan naluri humor gue malah membuat si Mbak tersenyum. Ia
segera membuatkan pesanan gue dan menyuguhkannya ke Mbak Desvy.
“Wait!
I change my mind! Ini ice-nya
terlalu dingin, kasihan My Sister. Make
it hot, please!” ralat gue lagi. Gue sengaja menyalahkan pronounce AC menjadi ice, tapi si Mbak tidak lagi berminat
memperbaiki kemampuan Bahasa Inggris gue.
“Okay, thank you! Ada teh tarik gak sih Mbak? Aku ganti minumanku deh,”
dengan sengaja gue memesan minuman yang tidak terdapat didalam menu. Lagipula,
hari gini minta teh tarik di pesawat? Lo kira ini warteg?!
“Oh ada, mau yang panas atau
dingin?” tanpa diduga, ternyeta pesenan itu ada. Gue berhubung gak suka minum
teh tarik, buru-buru meralanya lagi.
“Eh,
no deh. I maw Nescafe azah! I feel so sleepy,” kata gue sambil
merajuk. Penuh dengan kesabaran, Mbak Revina tetap membuatkan pesanan gue dan
memberikannya dengan senyum tanpa lepas dari bibirnya. Gue senang sekali kalau
menemukan banyak pramugari yang sukses membawakan peran pramugarinya. Gue tau
perasaannya ketemu penumpang reseh, tapi gue tetep harus berpura-pura tidak
menganggapnya demikian, dan gue harus tetep TERSENYUM!
Okeh, gue puas bikin repot
pramugarinya. Saatnya kita melanjutkan cerita.
Sesampainya kami di Jogjaaa…. –to be
continued-
Mbak Desvy, sang penyelamat (kiri). Foto ini diambil tepat setelah kami menginjakkan kaki ditanah JOGJA! |
Boarding timenya 04.40 WIB kan? Gue baru nyampe Bandara 05.00 WIB |
Komentar
Gantian ya sekarang jadi penumpang normal :p
Iya nih.. kkmrin lupa kalo lg jadi penumpang, asal nyerobot antrian aja.
hahahaha
ngerjain FA asik yah mbak? :p
btw beneran tuh istirahat cm 30 menit doang??
padet bgt yah jadwalnya 0_0
hahahaha...
yah, harusnya begitcu.. tp ketiduran smpe hampir jam stg 5. tp pas lagi acara gw sama sx ga ngantuk loh. semangat bgt malah