Bukanlah Cita-Cita Jika Tidak Diperjuangkan Sekuat Tenaga
Banyak banget yang nanya, 'kenapa blog lo alay begitu?'. Biar gue perjelas, blog gue gak ALAY. Sekali lagi, gak ALAY. Cuma tampilannya terlihat sedikit norak *btw, ini kata norak gak bisa dikecilin yah tulisannya?* karena gue yang rada gaptek masalah lay-out blog. Gue kan penulis, bukan ahli IT yang gape ngehias blognya. Sekarang mah gue udah lebih keren, nulisnya di blog. Dulu-dulu gue nulis di atas batu. Sampe dianggap prasasti segala sama orang di kampung sebelah.
Oke, kali ini gue bukan ngebahas masalah blog gue yang noraknya saingan sama Mpok Ipeh, tetangga sebelah rumah lo, *eh, rumah lo atau rumah siapa ya?* melainkan ngebahas tentang kekecewaan gue sama kalian-kalian yang *ngakunya*sangat bercita-cita menjadi pramugari, tapi mudah sekali menyerah hanya karena gak merasa takut. Baiklah, gue tau... Gue tau... Paragrap pertama dan kedua gak nyambung sama sekali? Ya udah sih, biarin aja. Kan yang nulis blognya gue?
Nah, ceritanya ada salah seorang anak kelas 3 SMA yang bercita-cita banget jadi pramugari menemukan blog gue di dunia maya. Ketika ngebuka postingan Mari Berkawan, ia menemukan akun facebook gue dan ingin berkenalan dengan gue. Gue menyambut hangat niat baik itu dan percakapan seputar recruitment pun terjadi. Gue tentu bangga ketika dia mengatakan 'kalo aku jadi pramugari ntar, aku mau jadi pramugari yang kaya kakak'. Siapa yang gak bangga kalo dijadikan panutan? Sayangnya, gue gak pantes buat dicontoh. Pramugari tengil yang doyan banget ngegalau? Ehm... Saran gue sih, silahkan cari pramugari lain yang lebih pantes buat dicontoh. Seperti di bawah ini misalnya :
Tapi hal itu gak mematahkan semangat gue buat memotivasi dia buat menggapai cita-citanya. Tentu juga gue menyemangati tanpa unsur berlebihan, karena takutnya setelah ia berkecimpung di dunia ini, dia bakal kecewa karena kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang gue ceritakan. Jadi gue menceritakan pengalaman-pengalaman gue pribadi di airlines yang menampung gue saat ini.
Masalah disepelekan penumpang, dimarah hingga dimaki oleh penumpang, diteriakin ditengah cabin karena hal-hal yang sebenarnya bukan salah kita, tapi karena tugas yang kita emban sebagai frontliner perusahaan, pramugari gak punya pilihan lain selain bilang 'iya Pak' atau 'maaf Bu'. Belum lagi senioritas yang membayangi karir kita selama menjadi pramugari junior. Ini jelas jauh berbeda dengan senioritas jaman SMA dimana kalo kita melawan kakak kelas, masih ada temen seangkatan yang bantuin pas bentrok. Sekarang? Jangan harap temen seangkatan kita bakal ngebela, yang ada mereka bakal buang muka karena mereka mau hidup aman. Apa mereka jahat? Tentu engga, karena kalo mereka juga ikut campur, itu berarti nama mereka bakal tercantum di broadcast 'anak titipan' yang disebar oleh para senior. Formatnya sih biasanya seperti ini : 'titip si anu ya, angkatan sekian. Sekalian sama temennya, si anu 2. Abisin aja di pesawat kalo terbang bareng'. Serem yaa? Serem banget! Jaman dulu malah lebih serem lagi. Seiring adanya emansipasi junior, akhirnya senioritas makin berkurang, meskipun masih tetap keterlaluan.
Mendengar kehororan kasus senioritas yang gue ceritakan, nyalinya langsung menciut. Padahal gue sama sekali gak pernah berniat menakut-nakuti, gue hanya menceritakan apa yang sebenernya terjadi dan yang ada dibalik anggunnya seragam kami. Ada wajah-wajah sesangar medusa yang akan menanti kalian semua nantinya. Tapi itu adalah konsekuensi dari cita-cita lo. Semua hal pasti punya sisi baik dan buruknya MbakBrow. Ibarat uang koin, mereka selalu berdampingan. Lo gak bisa belanja dengan satu sisinya doank.
Jadi gue sangat kecewa ketika akhirnya dia berkata 'ih, apa-apaan sih? Serem amat. Ah, males lah kak! bla bla bla...'. Padahal kan salah satu manfaat senioritas adalah membentuk mental kita agar sekuat baja. Jadi gak gampang mewek kalo dikit-dikit diomelin penumpang. Kita didoktrin buat senyum-sapa sama senior, agar kebiasa melakukannya dengan penumpang disetiap kondisi, even kita lagi dicaci-maki. Kita dilatih untuk selalu bilang 'maaf' dan 'permisi' agar kita juga selalu sopan dengan penumpang. Kalo baru ngedenger cerita doank dia udah takut, gue udah yakin dia dipastikan 100% gak bakal kuat bertahan didunia airlines yang keras ini. Seperti yang pernah gue bilang, 'lolos tes pramugari itu lebih mudah daripada mempertahankannya'. Karena kenyataannya memang banyak yang datang dan pergi karena gak tahan diprofesi yang satu ini.
Inti dari postingan kali ini cuma pesen gue, sebagai pramugalau terabsurd sepanjang sejarah penerbangan. 'Bukanlah cita-cita jika tidak diperjuangkan sekuat tenaga'. Bulatkan tekad, kalo lo emang bener-bener pengen jadi pramugari, kuatkan hati dan bergabunglah dilangit bersama kami. See you soon, Dear :)
Oke, kali ini gue bukan ngebahas masalah blog gue yang noraknya saingan sama Mpok Ipeh, tetangga sebelah rumah lo, *eh, rumah lo atau rumah siapa ya?* melainkan ngebahas tentang kekecewaan gue sama kalian-kalian yang *ngakunya*sangat bercita-cita menjadi pramugari, tapi mudah sekali menyerah hanya karena gak merasa takut. Baiklah, gue tau... Gue tau... Paragrap pertama dan kedua gak nyambung sama sekali? Ya udah sih, biarin aja. Kan yang nulis blognya gue?
Nah, ceritanya ada salah seorang anak kelas 3 SMA yang bercita-cita banget jadi pramugari menemukan blog gue di dunia maya. Ketika ngebuka postingan Mari Berkawan, ia menemukan akun facebook gue dan ingin berkenalan dengan gue. Gue menyambut hangat niat baik itu dan percakapan seputar recruitment pun terjadi. Gue tentu bangga ketika dia mengatakan 'kalo aku jadi pramugari ntar, aku mau jadi pramugari yang kaya kakak'. Siapa yang gak bangga kalo dijadikan panutan? Sayangnya, gue gak pantes buat dicontoh. Pramugari tengil yang doyan banget ngegalau? Ehm... Saran gue sih, silahkan cari pramugari lain yang lebih pantes buat dicontoh. Seperti di bawah ini misalnya :
Mbak-Mbak anggun dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Sumber : Google Image |
Mbak menawa dari Batik Air. Sumber : Google Image |
Atau Mbak-Mbak yang cantik ini dari Lion Air. Sumber : Google Image |
Gue (kiri) dan Ernest (kanan). Kalian boleh tiru si Ernest, asal jangan tiru gue. Kecuali kalian udah gak waras lagi dan mau jadi remaja yang tersesat diegalauan kaya gue. Sumber : henponnya Ernest. |
Tapi hal itu gak mematahkan semangat gue buat memotivasi dia buat menggapai cita-citanya. Tentu juga gue menyemangati tanpa unsur berlebihan, karena takutnya setelah ia berkecimpung di dunia ini, dia bakal kecewa karena kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang gue ceritakan. Jadi gue menceritakan pengalaman-pengalaman gue pribadi di airlines yang menampung gue saat ini.
Masalah disepelekan penumpang, dimarah hingga dimaki oleh penumpang, diteriakin ditengah cabin karena hal-hal yang sebenarnya bukan salah kita, tapi karena tugas yang kita emban sebagai frontliner perusahaan, pramugari gak punya pilihan lain selain bilang 'iya Pak' atau 'maaf Bu'. Belum lagi senioritas yang membayangi karir kita selama menjadi pramugari junior. Ini jelas jauh berbeda dengan senioritas jaman SMA dimana kalo kita melawan kakak kelas, masih ada temen seangkatan yang bantuin pas bentrok. Sekarang? Jangan harap temen seangkatan kita bakal ngebela, yang ada mereka bakal buang muka karena mereka mau hidup aman. Apa mereka jahat? Tentu engga, karena kalo mereka juga ikut campur, itu berarti nama mereka bakal tercantum di broadcast 'anak titipan' yang disebar oleh para senior. Formatnya sih biasanya seperti ini : 'titip si anu ya, angkatan sekian. Sekalian sama temennya, si anu 2. Abisin aja di pesawat kalo terbang bareng'. Serem yaa? Serem banget! Jaman dulu malah lebih serem lagi. Seiring adanya emansipasi junior, akhirnya senioritas makin berkurang, meskipun masih tetap keterlaluan.
Mendengar kehororan kasus senioritas yang gue ceritakan, nyalinya langsung menciut. Padahal gue sama sekali gak pernah berniat menakut-nakuti, gue hanya menceritakan apa yang sebenernya terjadi dan yang ada dibalik anggunnya seragam kami. Ada wajah-wajah sesangar medusa yang akan menanti kalian semua nantinya. Tapi itu adalah konsekuensi dari cita-cita lo. Semua hal pasti punya sisi baik dan buruknya MbakBrow. Ibarat uang koin, mereka selalu berdampingan. Lo gak bisa belanja dengan satu sisinya doank.
Jadi gue sangat kecewa ketika akhirnya dia berkata 'ih, apa-apaan sih? Serem amat. Ah, males lah kak! bla bla bla...'. Padahal kan salah satu manfaat senioritas adalah membentuk mental kita agar sekuat baja. Jadi gak gampang mewek kalo dikit-dikit diomelin penumpang. Kita didoktrin buat senyum-sapa sama senior, agar kebiasa melakukannya dengan penumpang disetiap kondisi, even kita lagi dicaci-maki. Kita dilatih untuk selalu bilang 'maaf' dan 'permisi' agar kita juga selalu sopan dengan penumpang. Kalo baru ngedenger cerita doank dia udah takut, gue udah yakin dia dipastikan 100% gak bakal kuat bertahan didunia airlines yang keras ini. Seperti yang pernah gue bilang, 'lolos tes pramugari itu lebih mudah daripada mempertahankannya'. Karena kenyataannya memang banyak yang datang dan pergi karena gak tahan diprofesi yang satu ini.
Inti dari postingan kali ini cuma pesen gue, sebagai pramugalau terabsurd sepanjang sejarah penerbangan. 'Bukanlah cita-cita jika tidak diperjuangkan sekuat tenaga'. Bulatkan tekad, kalo lo emang bener-bener pengen jadi pramugari, kuatkan hati dan bergabunglah dilangit bersama kami. See you soon, Dear :)
Komentar
bagus itu... hehe...
Yang namanya Cita2 walau apapun yg nerjang tetep terus berjuang dan bertahan sampe akhir...
*ga ngerti salutnya dimana*
xx
theanotherpartofme.blogspot.com