Skongkol Syndrome
Delay
itu udah biasa. Kadang karena keterlambatan pesawat, kadang karena
keterlambatan penumpang, kadang malah karena keterlambatan crew. Tapi delay
selama 1,5 jam karena traffic?
Okelah, kalau traffic di jalanan
Jakarta, gue masih maklum. Tapi traffic lalu
lintas udara? Selama hampir 1,5 jam? U
should kill me!
Tapi itulah kenyataan yang menimpa
gue saat itu. Gue terjebak di dalam pesawat, dengan kondisi door close. Dan baru mendapat info kalau
kami harus menunggu giliran lepas landas selama 1,5 jam karena padatnya lalu
lintas udara di Bandara Soekarno-Hatta. Jadi ketika Captain mengumumkan bencana tersebut, lolongan penumpang berbagai
nada pun menggema di cabin pesawat.
Para penumpang ngamuk-ngamuk minta makan, atau at least dibolehin turun ke terminal buat cari makan.
“Maaf sekali, Bapak-Ibu. Kita sudah
tutup pintu, dan kita diharuskan untuk mengantri. Kalau kita buka pintu,
berarti kita harus mengantri lagi dari awal. Dimohon kesabarannya ya, Pak. Lalu
lintas udara sedang padat-padatnya sekarang,” kata gue berusaha menenangkan
amukan masa yang mulai membabi buta.
“Tapi gak 1,5 jam juga lah, Mbak!
Udah kaya Jakarta aja, pake traffic segala!”
“Aduh, Bapaaakk. Saya juga gak mau
delay 1,5 jam kaya gini. Capek iya, dimarah penumpang iya, tapi gaji nambah
juga engga. Ga ada untungnya di saya juga kok, Pak…”
“Ya ampun, jadi kalo delay kaya
gini, Mbak ga dapet bonus?”
“Iya Bapak, belum lagi saya masih
punya schedule besok siang. Kalo delay kaya gini, waktu istirahat saya kan jadi
berkurang. Intinya, kita sama-sama gak enak lah pak. Tapi kita gak bisa berbuat
banyak, ini adalah yang termaksimal bisa kita berikan.”
“Waduh, kasian bener ya si Mbak? Ya
udah, jadi saya duduk aja lah ya Mbak?”
“Iya Pak, mending duduk aja. Percuma
juga bapak berdiri marah-marah, kami juga gak bakal buka pintu karena malah akan
memperlambat keberangkatan kita,” tutup gue akhirnya. Pas gue balik ke galley
depan, cabin 1 gue langsung melakukan introgasi.
“Wah, penumpangnya kamu apain Dek?
Kok jadi anteng gitu?”
“Hehehe… aku belajar dari para
hijacker Mbak, cuman rada diplesetin aja. Kalo Stockholm syndrome itu kan
mengubah rasa takut menjadi simpati. Nah, kalo barusan, aku nyoba Skongkol
syndrome, yaitu merubah rasa marah menjadi simpati dan mau diajak bekerja sama.
Hahahaha,”
Komentar
itu dapet penerbangan jam brp mbak emgnya??
ga ngebayangin antrian pesawat di taxiwaynya tuh seberapa panjangnya..