Pramugari Syndrome



              'Kalo ada yang namanya Star Syndrome, mungkin yang gue alami saat itu adalah Pramugari Syndrome......'
        Gue inget, pernah ada sebuah SMS yang datang dari (sebut saja dia…) Septi di Padang. Ia mengirimkan SMS di tengah malam dimana gue lagi nyenyak-nyenyaknya tidur di hotel mewah Swiss Bell Inn Palu.
            ‘Malem Mbak. Saya Septi dari Padang. Saya ingin sekali menjadi pramugari, gimana caranya ya?’
            Gue terbangun dan sempat membaca isi SMS tersebut. Tapi karena gue ngantuk berat, dan harus terbangun jam 3 subuh untuk bersiap-siap terbang, gue memutuskan untuk membalas esok paginya. Gak lama, sebuah nomor yang sama menelfon gue. Ketika gue angkat, suara ‘nutt nutt nutt…” mengakhiri panggilan tersebut. Karena sudah terlanjur tersadar, gue akhirnya membalas SMS tersebut.
            ‘Maaf Mbak Septi, saya baru saja tertidur sehingga belum bisa membalas SMS Mbak. Tapi karena Mbak sudah membangunkan saya, akan saya jawab pertanyaan Mbak
‘Menjadi seorang pramugari sebenarnya mudah saja. Kalau di perusahaan saya, mereka mematok berat dan badan yang ideal dengan tinggi minimum 160 cm. Tidak menggunakan kacamata atau kontak lensa, tapi bukan berarti kalau mata Mbak minus, tidak bisa menjadi pramugari. Hanya saja, pada saat proses seleksi, Mbak tidak dianjurkan menggunakan alat bantu tersebut. Buktinya ketika mengikuti tes, mata saya minus 1 tapi terbukti saya lolos seleksi dan sudah menjadi pramugari aktif sampai sekarang.
‘Untuk info umum lainnya, bisa Mbak baca di website perusahaan saya atau bisa googling langsung untuk info di maskapai lainnya. Terimakasih.’
Bukannya merasa tersindir karena telah mengganggu tidur tenang gue, orang itu malah makin gencar bertanya.
‘Trus Mbak, susahnya di bagian apa?’
Gue mendesah. Gue berjanji dalam hati, setelah membalas SMS ini, gue akan mematikan HP agar bisa melanjutkan istirahat gue yang emang minim itu.
‘Susahnya adalah ketika Mbak sudah menjadi pramugari, dan mempertahankan posisi itu. Menurut saya itu adalah hal tersulit, bertahan. Banyak sekali godaan dan tekanan yang kalau kita tidak kuat iman, kita akan berbelok dari jalur yang seharusnya. Pramugari sebenarnya hampir sama dengan profesi lainnya. Tapi Mbak pasti tidak tahu, kami di gaji mahal bukan hanya untuk menggantikan resiko nyawa yang mungkin direnggut. Kita dibayar mahal untuk membayar waktu yang hilang. Kalau Mbak menjadi pramugari, Mbak harus berpisah dengan hari raya, perayaan ulang tahun atau pesta, libur bersama keluarga, bahkan quality time Mbak bersama teman dan pacar Mbak akan semakin menipis.
‘Bayangkan saja, Mbak bekerja 5-6 hari dalam seminggu dengan waktu libur 1 hari.1 hari itu pun harus Mbak bagi untuk berolahraga, merawat diri, relaksasi dan bertemu kerabat. Hari kerja tidak memandang tanggal merah atau hari raya keagamaan dan jam kerja yang tidak menentu. Kadang jam 3 pagi Mbak sudah harus geret koper ke Bandara untuk tugas terbang, kadang jam 12 malam Mbak baru pulang untuk beristirahat. Jam kerja Mbak sehari juga gak terpaku 5-6 jam sehari, tapi bahkan bisa sampai 14 jam sehari, apalagi kalau terjadi delay berkepanjangan sehingga menambah jam tugas Mbak. Mbak perlahan akan kehilangan apa yang disebut social life. Bagus kalau orang-orang terdekat Mbak bisa menerima dan tetap mendukung Mbak. Tapi kalau tidak? Mbak akan menyerah dan melepaskan apa yang telah Mbak capai.
‘Itu saja menurut saya, Mbak. Kalau ada pertanyaan lebih lanjut akan saya jawab besok Saya perlu istirahat. Terima kasih.’ (Long Message Service ini gue kirim dalam 3 LMS berbeda loh, saking panjangnya)
Gue mematikan telfon dan lanjut tertidur. Keesokan harinya, ketika gue mengaktifkan telfon, gue mendapatkan SMS dari Septi.
‘Maaf sekali Mbak, saya pasti mengganggu. Saya kemarin hanya bingung antara mencoba mewujudkan cita-cita saya menjadi pramugari atau berusaha realistis bahwa mimpi saya itu terlalu tinggi untuk digapai. Saya Cuma orang kampung dan tamatan SMA, perlu tekad besar untuk merantau ke Jakarta. Menjadi pramugari kini terasa makin jauh. Maaf Mbak, saya tidak akan mengganggu lagi,’
Gue seperti ditampar keras banget, ntah kenapa gue merasa isi SMS gue kemarin ‘tinggi’ banget. Gue lupa, gue juga dulunya seperti itu. Kesana kemari cari informasi, hanya saja informan gue gak pernah protes dan selalu memberikan motivasi kepada gue. Gue bener-bener menyesal dan merasa sangat bersalah. Astaga, betapa sombongnya gue saat itu, sampai-sampai memupuskan cita-cita orang la. Cepat-cepat gue balas SMS dari Mbak Septi.
‘Selamat pagi, Mbak Septi. Maaf kalau kemarin saya terkesan kurang ramah, saya hanya merasa kelelahan kemarin. Saya benar-benar minta maaf kalau membuat Mbak merasa tidak enak, tapi saya tidak menganggap Mbak mengganggu.
‘Wah, apa Mbak benar-benar ingin menjadi pramugari? Kalau benar, seharusnya Mbak tidak semudah itu menyerah. Mimpi, bukanlah mimpi kalau tidak memerlukan perjuangan. Sayang sekali, Mbak sedang tidak berbicara dengan seorang motivator. Tapi saya punya satu video reference yang mungkin bisa menginspirasi Mbak. Mbak bisa search di youtube dengan keyword ‘Inspiring person : Maherda Ekananda’. Itu adalah cerita tentang seseorang yang setelah berjuang belasan tahun, akhirnya berhasil menerbangkan mimpinya. Mudah-mudahan bisa memotivasi Mbak kedepannya. Salam kenal!’
Gue menunggu balasan SMS, tapi hingga saat ini gue gak pernah mendapat kabar dari Mbak Septi. Jujur, gue sangat menyesal. Gue emang bukan motivator yang baik. Tapi gue mengakui saat itu, gue kena ‘star syndrome’. Gue lupa, sebelum gue menjadi pramugari, gue pun seperti Septi. Gue pun pernah ngerasa menjadi pramugari bukan profesi yang pantes buat orang kampung kaya gue. Tapi toh, gue berhasil membuktikan profesi ini milik kalangan mana pun. Profesi ini milik mereka yang benar-benar menginginkannya, dan melakukan  apa pun untuk bisa mewujudkannya.
So, buat kalian yang punya mimpi menjadi seorang pramugari, jangan pernah ngerasa minder. Kalian belum mencoba kan? Siapa tau suatu saat nanti gue bakal jadi penumpang di pesawat kalian. Who knows?

Komentar

Unknown mengatakan…
Sepasang pilot dan pramugari yang menginspirasi.. Benar-benar limited edition :)
Radinna Nandakita mengatakan…
Amiinn.. mudah2an bs seperti itu :)
Unknown mengatakan…
Maaf pesan terakhir dari mbak Septi sangat menyentuh perasaan saya :'( , saya sangat bersimpati karena mungkin memang background kita saya, saya orang kampung tapi saja juga mempunyai cita2 yang besar (walaupun bukan menjadi seorang FA) tapi ini adalah masalah cita2 yang ingin kita semua rai.
bukan salah mbak kita juga, saya percaya mbak orangnya tidak seangkuh itu mungkin dulu memang kurang tepat saja waktu berkomunikasinya :)
Unknown mengatakan…
Td aku hbs baca blog kakak, bagus bgt blognya sgt mmbantu. Aku dsni mau tya. Tgg aku 169 dan bb 55. Ktnya klo pramugari itu g blh ad bkas luka ya? Aku ad bkas luka di lutut dan kaki ky keloid gt bkas jatuh dr mtor. Ad juga bkas kena knalpotdi bagian betis bwah. Apa itu ttp bs mmenuhi syarat?
Tlong dbls yaaaaa kak, dtggu :3 makasih

Postingan Populer